webnovel

The Truthful Boy And A Love Story

Keharusan melengkapi biodata sistem akademik kampusnya membuat Hardi, seorang mahasiswa harus membuka kembali lacinya. Sebuah laci yang tidak hanya menyimpan semua berkas penting miliknya, tapi juga menyimpan sebuah kenangan akan kisah cinta yang tak akan bisa dia lupakan, kisah cinta yang terus-menerus menghantuinya dengan segudang misteri dan kejanggalan di dalamnya. Seperti apakah kisah cinta tersebut? Bagaimana bisa kisah cinta itu terus menerus menghantui Hardi? Misteri serta kejanggalan apa saja yang ada di dalamnya?

CTRIP · 灵异恐怖
分數不夠
28 Chs

Tugas Dari Sekolah

Aku terbangun dan tersadar sedang berada di kamar tidurku. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul satu lewat tiga puluh lima menit.

Tiba-tiba tenggorokanku terasa sangat kering dan haus sekali. Maka aku beranjak dari tempat tidur, membuka slot pintu, keluar dari kamar tidur, sambil membawa handphone di saku celana.

Saat keluar kamar tidur, terasa suasana rumah yang sangat sepi, serta terang benderang oleh cahaya lampu. Perlahan aku melangkahkan kaki menuju dapur, dan ketika melewati ruang makan, pandanganku langsung tertuju pada meja makan, terlihat di atas meja makan terdapat kantong plastik bening dengan sebuah bungkusan kertas makanan di dalamnya. Aku seketika itu berpikir bahwa itu adalah nasi goreng yang tadi ibu tawarkan.

Sesampainya di dapur, aku langsung mendekati lemari pendingin, serta membukanya. Dan terlihatlah lemari pendingin yang hanya berisi beberapa botol minuman di rak bagian sampingnya, serta Freezer yang berisi gumpalan-gumpalan es dengan sebuah lubang di tengah-tengah gumpalan itu. Lalu aku mengambil satu botol plastik besar berisi air dingin di rak bagian samping, dan meminum sebagian isinya. Air putih yang menyegarkan, manis, serta sensasi dingin mulai mengalir dan membasahi tenggorokanku.

"Ahhhhh...." Perasaan segar serta lega mulai menyelimuti sekujur tubuhku, tak hanya dahaga saja yang hilang, bahkan saat itu mataku benar-benar dibuat melek oleh air dinginnya. Setelah puas, aku taruh kembali botol plastik itu di rak bagian samping lemari pendingin.

Setelah minum, aku saat itu merasa sangat segar dan bertenaga. Aku tutup kembali lemari pendingin itu, dan berjalan menuju ruang TV sambil membawa kantong plastik dari meja makan.

Kutaruh kantong plastik itu di meja, serta duduk di sofa di depannya sambil menaikkan kedua kaki ke meja, mengapit kantong plastik tadi. Aku keluarkan handphone dari saku celana. Dan terlihat ikon aplikasi WhatsApp bertanda 99+, setelah membuka WhatsApp, ternyata ada ratusan pesan tidak terbaca dari grup kelas, setelah kubaca pesan-pesannya, rupanya selama satu jam sebelumnya semuanya ramai membicarakan tugas matematika yang sempat diberikan petugas piket kepada kita.

Kulihat Anto beberapa kali dipanggil dan akunnya juga di tag, tapi dia sama sekali tidak menjawab ataupun menanggapi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebagian besar dari mereka nampak panik serta mengeluh karena belum mengerjakan dan sebagian lain hanya membaca kata-kata penuh keputusasaan dari mereka. Perbincangan mereka berakhir begitu saja pada pesan dari seseorang pada pukul dua belas lewat empat puluh menit yang pasrah dengan tugasnya dan memutuskan untuk tidur. Aku hanya bisa tertawa menyeringai melihat solidaritas diantara mereka.

"Hahahaha.. Nice." Sambil menyeringai, aku tutup kembali aplikasi WhatsApp itu, saat pandangan dan fokus pada handphone berkurang, aku baru menyadari bahwa ibu dengan daster putih serta aroma bunga yang samar-samar tercium dari dirinya, telah berdiri di depanku.

"Kaki!" Sindir ibu.

Seperti maling yang ketahuan sedang beraksi oleh warga, aku segera menurunkan kedua kaki dari atas meja. Kemudian ibu duduk di sebelahku, dan menyalakan TV. Beberapa saat setelah TV menyala dan menampilkan berita penemuan potongan mayat misterius di sebuah pinggiran sungai, ibu mulai melemparkan pertanyaan kepadaku.

"Gimana sekolahmu Di? gak ada masalah kan?" tanya ibu.

"Baik-baik aja kok Mak!" jawabku.

"Baguslah kalau baik-baik aja, kamu udah gak ada masalah sama tugas-tugas kan?" tanya ibu

"Ha? engga kok, engga ada masalah! tumben Mak tanya tugas Hardi!" balasku.

"Ya... cuma mau tau aja, pas ngambil raport semester lalu kan kamu ditegur sama wali kelas kamu karena suka telat ngumpulin tugas!" ungkap ibu.

Ketika mendengar sindiran ibu itu, telingaku berdengung seperti dikerumuni oleh ribuan nyamuk, risih sekali rasanya. Sambil jari dan mata pura-pura berfokus pada layar handphone, aku perlahan berdiri dan berjalan menuju kamar tidurku meninggalkan ibu yang tengah menonton acara berita sendirian.

Ketika sampai di kamar tidur, aku kunci kembali pintunya, kemudian langsung merebahkan diri ke kasur. Sambil telentang di atas kasur, aku mulai membuka game di handphoneku.

"Apaan sih malem malem ngomongin tugas? gajelas! ngerusak mood banget." Sisa malam hari itu aku habiskan dengan bermain game sambil menggerutu menahan kesalku pada ibu.

Sampai terdengar ketukan keras di pintu, "Di bangun Di! udah siang!"

Dengan mata yang tiba-tiba terasa berat, aku alihkan pandangan dari handphone ke jam dinding, dan ternyata sudah pukul enam lewat empat puluh menit. Perlahan aku bangun dari kasur dengan mulut yang menguap lebar sampai mata yang terasa mengeluarkan airnya. Setelah memasangkan pengisi daya pada handphone dan mengambil satu set seragam Pramuka, aku bergegas keluar dari kamar tidur.

Saat aku membuka pintu, ternyata dibaliknya ibu sudah berdiri dengan kemeja dan celana capri hitam panjangnya menungguku.

"Cepetan sana mandi! nasi goreng kemarin ada di meja tuh, tadi udah diangetin!" ucap ibu sambil melemparkan selembar handuk padaku.

Dengan mulut yang masih menguap-uap, aku berlari kecil ke kamar mandi. Setelah badan terasa lebih segar dan rasa ngantuk yang sedikit terobati, aku keluar dari kamar mandi dengan berpakaian mengenakan seragam Pramuka sekolah. Kemudian aku kembali ke kamar tidur, melepaskan pengisi daya dari handphone serta memasukkannya ke dalam tas, dan langsung keluar lagi dari kamar tidur.

Saat keluar dari kamar, aku mendengar seperti suara motor di depan rumah yang perlahan pergi menjauh. Aku langsung menganggap bahwa itu adalah ojek online yang baru saja mengantar ibu pergi bekerja.

Sambil menjinjing tas, aku berjalan keluar dari rumah. Setelah mengunci kembali pintu dan mengenakan sepatu, aku segera naik ke atas motorku.

Setelah mesin motor itu dinyalakan, kuperhatikan jarum di indikator bensin menunjuk ke arah garis tipis yang berada dekat dengan huruf E yang menandakan bahwa isi tangki bensin motor itu tinggal seperempatnya saja. Aku langsung berpikir akan mengisinya sepulang dari sekolah nanti, kemudain kukenakan helm dan langsung berangkat ke sekolah.

Saat sampai di depan sekolah, aku meihat di gerbang sekolah, seorang satpam sedang mengambil ancang-ancang untuk menutup gerbang itu sambil melihat jam tangannya. Tapi ketika dia melihat ke arahku, dia langsung tersenyum dan membuka gerbangnya lebar-lebar. Ketika aku melewati gerbang itu, diapun melemparkan sebuah sapaan hangat.

"Selamat pagi Dek! tumben kamu dateng jam segini!" sapa satpam itu.

Aku baru menyadari, bahwa dia adalah satpam yang juga menyapaku kemarin pagi.

"Iya nih Pak! kesiangan saya bangunnya!" balasku sambil melemparkan senyuman kecil.

"Oh begitu! yaudah semangat ya Dek belajarnya! biar kamu bisa jadi orang hebat!" kata satpam itu.

"Aamiin Pak! aamiin!" ucapku.

Setelah bertegur sapa dengan satpam itu, kuparkirkan motorku dan bergegas berlari ke ruang kelasku.

Berikan saya kritik!

Berikan saya saran!

Berikan saya vote!

Add novel ini ke library anda!

Thanks you, karena sudah mau mampir

CTRIPcreators' thoughts