webnovel

The Tales of Lixe

Pada suatu hari, ketiga dunia yang seharusnya terpisah bersatu. Dunia itu adalah Iume, Lapha, dan Veden. Masing-masing dunia mempunyai ras-ras yang menghuninya. Kejadian itu membuat seluruh dunia terkejut, tetapi di tengah itu tiba-tiba ras-ras dari Lapha menyerang dan mengakibatkan perang besar pertama. 20 tahun kemudian Edward, seorang pemuda yatim piatu yang mempunyai sebuah tujuan besar yaitu untuk membuat perdamaian di seluruh dunia. Edward adalah pemuda yang tidak mempedulikan ras karena dia menganggap seluruh ras itu sama. Tetapi tujuan itu sangatlah jauh dari jangkauannya yang sekarang, tetapi apakah ini sebuah keberuntungan atau kesialan, dia mengalami kejadian yang merubah hidupnya dan itu membuatnya semakin dekat dengan tujuannya itu. Inilah kisah dari dari dia yang telah menjadi legenda di masa lalu, maupun masa depan. Sebuah kisah legenda yang telah terlupakan tentang dia yang agung.

OlphisLunalia · 奇幻
分數不夠
105 Chs

The Fox Empress, Tamamo no Mae Part 2-3

Tebasan pedang itu dengan cepat mengarah ke Tamamo dan yang lainnya dan akhirnya meledak dengan hebat menyapu semuanya.

Ledakan berwarna hitam dengan petir kemerahan itu semakin membesar dan membesar melahap seluruh bangunan markas pusat mereka.

Ledakan itu mungkin tidak separah yang pernah Lily keluarkan ketika di kerajaan roh yang bisa menyapu sepertiga bagian kota tetapi tetap saja ledakan raksasa itu sama-sama mematikannya.

Bagi mereka yang tidak sanggup bertahan, jalan mereka hanyalah kebinasaan dan itulah yang terjadi kepada seluruh prajurit yang berjaga-jaga di markas pusat itu tidak peduli siapapun mereka.

Edward yang berhasil menghindar pun kembali ke tempat Lily.

Sementara itu Kon yang melihat kekuatan Lily sama sekali tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Seorang gadis yang terlihat lugu itu ternyata mempunyai kekuatan yang seperti ini besarnya.

Red Lily, itulah Lily yang sekarang ini. Salah satu wujud Lily yang dipenuhi oleh emosi kemarahan dan emosi negatif lainnya tetapi emosi itu akan stabil jika dia berada di dekat tuannya.

Mungkin bisa dibilang kalau satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Lily adalah Edward, dan tidak ada yang mau membayangkan apa jadinya kalau Lily benar-benar di luar kendali ketika sesuatu terjadi kepada Edward.

Tujuan Edward kali ini selain menghentikan peperangan juga ada satu tujuan dia kenapa sampai repot-repot meminjam kekuatan Lily.

Tujuan Edward tidaklah sesuatu yang berjangka pendek, melainkan sesuatu yang berjangka panjang. Dengan memperkenalkan Lily yang sekarang ini sedang menyamar menjadi anggota LEON maka menunjukkan kekuatan absolutnya ke dunia pasti akan membuat siapapun tidak berani berurusan dengan LEON.

Setelah ledakan itu, yang tersisa dari markas mereka hanyalah cekungan tanah raksasa yang terbentuk akibat serangan Lily itu yang telah mengubur Tamamo dan yang lainnya hidup-hidup.

Kon pun langsung muncul dari balik semak terkejut dengan apa yang baru saja Lily lakukan.

"Hoi, kenapa kalian malah mau melenyapkan mereka semua? Bagaimana dengan tubuhku?"

Dengan serangan Lily yang merusak itu, Edward yakin kalau Tamamo dan yang lainnya masih hidup tetapi tidak dengan orang-orang yang menjadi penjaga disana.

"Apa kau selemah itu untuk bisa mati hanya dengan serangan seperti itu, Tamamo?"

"Ti-tidak, bukan seperti itu."

Kata-kata yang dingin itu, kata-kata yang tidak pernah ia dengan dari Edward yang biasanya.

Saat ini dia tahu kalau Edward benar-benar sedang serius. Inilah wujud dan sifat Edward ketika dia tampil sebagai sang kematian, dia tidak akan merasa kasihan atau apapun karena yang ia lakukan adalah hal yang dia percayai bahwa itu adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan.

Dari balik reruntuhan tanah muncullah sosok ketiga Tetua, bersama dengan sang Kaisar wanita, Tamamo no Mae.

Seorang gadis rubah cantik yang memiliki delapan ekor. Sama seperti yang lainnya, gadis itu memiliki rambut berwarna putih dengan ekor yang juga memiliki warna yang sama.

Saat melihat Tamamo, satu hal yang baik Lily dan Edward tahu, Tamamo tidaklah dalam keadaan dikendalikan atau apapun yang berarti ini adalah murni harapannya dan pada saat itu Lily merasakan sesuatu.

"Dia benar-benar..."

Edward sudah menduga ini kalau Tamamo tidak dikendalikan. Dia sudah bisa menebaknya dari Kon yang memisahkan diri dari tubuh aslinya.

"Seperti yang sudah kuduga, kalau begitu aku tidak akan segan-segan lagi."

"Ed...ini..."

"Dia melakukannya atas kehendaknya sendiri. Kalau kau tidak sanggup menghadapi saudarimu, biar aku sendirian saja yang melakukannya, aku tidak memiliki ikatan emosi dengannya sehingga akan lebih mudah."

Di dalam hatinya, Lily mulai mempertanyakan kebenaran. Apakah keputusan yang diambilnya salah? Apakah keputusan yang diambil Yulia selama ini benar dengan memusuhi semuanya?

Kalau memang adik-adiknya berkhianat memang karena kehendaknya sendiri, maka apakah ia akan masih membela mereka?

"Tunggu, apa yang kalian mau lakukan?", tanya Kon dengan khawatir.

Edward pun menoleh ke arah Kon.

"Sejujurnya aku tidak yakin dengan menggabungkan kalian bisa membuat semuanya berjalan lancar karena bagaimanapun kau adalah satu dari sembilan bagian."

"Ja-jadi a-apa tuan akan membunuhnya? Membunuh diriku yang ada disana?"

Edward terdiam seribu bahasa.

"Dari awal kau memisahkan diri aku sudah menebak kalau kau tidak mau menerima dirimu sendiri, dirimu yang ada disana itu. Aku bertanya kepadamu sekarang, apa kau menerima yang disana itu dirimu?"

Kon tidak bisa menjawab pertanyaan dari Edward itu.

Melihat Tamamo yang sekarang, entah kenapa Kon juga memandang Tamamo seperti orang yang tidak layak menjadi dirinya.

Tamamo yang melihat baik Edward, Lily, dan dirinya yang ada di sana pun tersenyum lebar sampai-sampai ia menampakkan taringnya.

"Sudah kuduga kalian akan datang. Aku memang sudah menunggu kalian."

"Menunggu? Apa kau sudah tidak sabar menghadapi takdirmu?"

"Takdir? Ah...kelihatannya kau memang benar-benar meremehkanku ya?"

Tamamo pun memanjangkan kukunya dengan ekspresi wajah yang menyeramkan.

"Memang aku yang dulu mungkin tidak sanggup, tetapi!"

Tamamo pun melompat tepat ke arah Edward, begitupun Edward yang tanpa senjata atau apapun dia juga ikut melompat ke arah Tamamo.

Memang reputasi Tamamo sebagai orang terkuat di seluruh ras manusia hewan itu benar adanya, tetapi dia melupakan sesuatu yang berharga kalau dia tidak boleh meremehkan orang yang ada di depannya itu.

Dengan sekejap mata, mereka sudah saling melewati dan terlihatlah siapa pemenang dari pertandingan singkat tadi.

Tanpa luka sedikitpun Edward berhasil melukai sang rubah itu dengan sebuah sabetan pedang khayalan yang pernah ia pelajari dulu.

Semua orang terlihat tidak percaya dengan ini, mereka dengan jelas melihat Edward tertusuk cakar tajam Tamamo tetapi kenapa dia tidak terluka.

Dengan luka yang diterima, Tamamo berhasil mendarat tetapi rasa sakit dari luka itu entah kenapa terasa sangat sakit.

Pada saat itu dia menyadari kalau itu bukanlah luka biasa, melainkan ini juga bercampur dengan racun.

"KAU!", Teriak Tamamo dengan marah.

Dengan perlahan Edward berjalan ke arah Tamamo.

Suzaku dari kejauhan pun menyemburkan apinya kepada Edward tetapi dengan cepat dia berlari menghindari serangannya.

Edward terus berlari dan berlari dengan cepat tetapi tiba-tiba di depannya terlihat Byakko yang sudah dalam wujud Beastnya bersiap menerkam Edward.

"Sudah kuduga memang binatang, tetapi..."

Byakko menerkam Edward tetapi setelah ia lihat lagi, sama sekali tidak ada Edward disana

"Apa ini? ilusi?"

Dengan kemampuan Stealthnya, Edward berada tepat di samping Byakko.

"Aliran Kurogami: Dark Slash!"

Dengan mengandalkan tangannya sebagai pedang, Edward membuat jurus tebasan khusus dari klan Kurogami.

Tebasan itu dengan cepat mengenai tubuh Byakko dan membuatnya terluka.

"Ack!"

"Jurus itu?! apa dia klan Kurogami?", ucap Suzaku dengan ekspresi terkejut.

"Sayangnya bukan! Dark Slash!"

Terlihat tebasan pedang yang menyasar Suzaku dan berhasil mengenaainya. Tebasan pedang itu tidak lain berasal dari wakil ketua, Kurogami Koharu.

Suzaku pun sangat terkejut melihat serangan dari koharu bisa benar-benar melukainya tetapi saat dia melihat ke arah katana yang dibawa oleh Koharu.

"I-itu...Mura...masa!"

Itu merupakan sesuatu yang sama sekali tidak Suzaku duga. Dia sama sekali tidak menduga kalau musuhnya kali ini mempunyai pedang Muramasa, pedang yang dikatakan bisa melukai apapun termasuk dirinya.

Tentu untuk melukai dirinya yang merupakan seekor burung yang terbentuk dari api, bukanlah sesuatu yang gampang karena apapun serangan fisik yang dia terima, maka hanya akan menembus melewatinya.

Bagi Suzaku, pedang terkutuk Muramasa adalah pedang yang menjadi kelemahannya dan ini semua tentu sudah diketahui baik oleh Koharu maupun Edward.

Pada saat itulah Koharu menyarungkan pedang Muramasanya dan dia bersiap untuk melancarkan serangan selanjutnya untuk menghabisi Suzaku.

"Kau pikir akan kubiarkan, gadis muda?!"

Tamamo dengan cepat berlari menuju ke arah Koharu berusaha menyerangnya.

"Tch! Sialan!"

Koharu terlambat melancarkan serangannya sehingga kemampuan regenerasi tamamo berhasil menetralisir racun dari Edward.

Koharu menagkis serangan Tamamo itu dengan pedangnya dan mereka pun saling beradu serangan sementara Edward masih berurusan dengan Byakko.

"Hoi, cepat berdiri!"

Edward menendang Byakko dengan keras dan membuatnya terlempar jauh menghantam dinding tanah di tepi cekungan.

"Sialan!���

Melihat Edward yang mendekat, Byakko pun mengeluarkan aumannya yang membuat Edward terhempas ke belakang.

Sang Harimau putih itu pun mulai menunjukkan taringnya.

Harimau putih sang pengendali angin, mulai mengeluarkan kekuatannya yang ditakuti itu.

"Jadi begitu, tidak heran dia berpasangan dengan Suzaku."

"Benar sekali!", ucap Suzaku sang burung api.

Kemampuan Byakko mengendalikan angin bisa membuat api Suzaku menjadi senjata yang mematikan. Setidaknya Edward sekarang sudah bisa melihat dengan kedua matanya, melihat kekuatan mereka berdua.

Sejujurnya ini agak merepotkan bagi Edward untuk tidak mengeluarkan kekuatan Cahayanya tetapi dia ingin menyimpan kekuatan itu kalau-kalau ada gangguan dari luar.

"Tch, kurasa aku harus bertarung secara biasa. Baiklah kalau begitu..."

Tatapan mata Edward pun berubah, dia sekarang menjadi sangat Fokus kepada lawan-lawannya dan hanya memikirkan tentang pertarungan.

Byakko pun mengeluarkan semburan anginnya yang disertai api dari Suzaku. Sebuah semburan angin dalam kecepatan tinggi yang terlihat seperti pisau yang siap untuk menyayat-nyayat tubuh Edward beserta api yang siap untuk membakar kulit beserta dagingnya sampai ke tulang.

Edward menghirup napas dalam-dalam dan ia meninju tanah dengan keras. Ia sengaja melakukan itu untuk membuat tameng dari batuan tanah keras yang ada di bawahnya.

Cara itu benar-benar ampuh karena angin yang bercampur api itu tidak bisa menembus bebatuan tanah yang keras.

Tidak menyerah dengan itu, Suzaku terbang dan menyemburkan apinya dari atas tempat Edward berada.

Edward menatap Suzaku dan tiba-tiba dia menghilang dari sana layaknya asap yang terbawa angin.

"Apa? Apa itu Ilusi?!"

Bahkan untuk Edward, akan menyusahkan untuk melawan Suzaku tanpa mengeluarkan sihir atau tanpa alat khusus seperti Muramasa, untuk itulah...

Edward menancapkan tombak dan menjerat Suzaku dengan rantai.

Rantai itu menjerat Suzaku dengan sangat erat sampai-sampai dia tidak bisa hanya untuk mengepakkan sayapnya. Dia juga mencekik Suzaku dengan rantainya itu yang membuatnya tidak berdaya.

Sementara itu White, Chamuel, dan yang lainnya sedang berada jauh dari Edward dan yang lainnya. Mereka dilarang untuk ikut dalam misi ini dan menuju ke tempat selanjutnya untuk melihat keadaan di dalam garis depan.

Chamuel memang agak keberatan tetapi memang benar jika kabar bahwa dia ikut campur dalam misi Edward maka mungkin akan menjadi masalah lagi yang lain apalagi melihat posisinya sebagai Archangel.

Dia pun menghampiri sahabatnya, Mikaella yang juga sedang ada disana.

"Mii-chan, bagaimana menurutmu tentang perang ini? Apa menurut Mii-chan ini semua karena..."

"Tamamo...ya? aku mengerti perasaannya saat mungkin dia mengingat dirinya sendiri, tetapi masing-masing dari kita mempunyai pikiran sendiri untuk menerima itu."

Mikaella juga ingat itu, ingat apa yang terjadi sebenarnya saat itu, saat mereka dengan sang Cahaya sendiri.

Tetapi sampai sekarang dia terus berpikir apakah itu benar-benar sang Cahaya? Apa itu benar-benar tuan mereka, Liela Xea?

Ini memang sesuatu yang miris melihat saudarinya yang seharusnya sama-sama ada di pihaknya, telah jatuh ke dalam kegelapan.

White disana hanya terdiam dan memikirkan apa yang ia dan Luxia bicarakan kemarin yaitu tentang dirinya yang lain.

Jika itu memang benar, maka satu-satunya kemungkinan hanyalah satu, yaitu kemampuan untuk membelah diri sama seperti yang dilakukan oleh Tamamo no Mae.

Disaat itu dia mengingat tuannya sang Cahaya dengan segala keagungannya yang telah berkorban demi mewujudkan sebuah harapan.

Tuannya yang agung yang wujudnya jauh lebih indah dari segala bintang yang ada di dunia itu yang sama layaknya permata berkilauan yang tidak bisa diraih. Layaknya Fatamorgana, semakin dikejar akan semakin menjauh.

Dia mengingat saat-saat itu dimana tuannya meninggalkan dunia ini dan menuju ke sebuah dunia yang tak terjangkau oleh makhluk dunia.

Tiba-tiba White terkejut karena seharusnya ingatan itu tidak ada padanya. Ingatan itu, sebuah ingatan yang terkunci di dalam dirinya itu tiba-tiba teringat lagi di dalam kepalanya.

Sama seperti White yang ini, White yang lainnya sekarang berada di pinggiran sebuah tebing sambil memandangi lautan luas dengan langit mendung.

Tiba-tiba angin menerpa tubuh dari White menyampaikan kata-kata dari dia, sang Innocentia.

"Ya, aku tahu. sebentar lagi..."

Mimpi itu bukanlah sekedar mimpi, melainkan mimpi itu adalah sebuah kebenaran yang akan terjadi di masa depan dimana mereka semua akan takjub akan kekuatan sebenarnya dari cahaya itu.

"Mereka yang meremehkannya, akan merasakan akibat dari menghadapi sebuah eksistensi yang keberadaannya sendiri sulit dibayangkan dan itu hanyalah awal dari semuanya."

Ini bukanlah lelucon, melainkan kebenaran itu sendiri. Mereka yang melawan sang Cahaya sebenarnya hanyalah orang bodoh yang tidak mengetahui apapun tentang dunia ini dan juga kebenaran dari mereka, orang yang menjadi tangan kanan dan tangan kiri sang Cahaya.

Mungkin karena mereka berpikir kalau musuh alami dari cahaya, adalah kegelapan tanpa tahu kebenaran yang sebenarnya sehingga mereka yang mempunyai kekuatan itu berbondong-bondong ingin melawannya. Tetapi apa yang mereka dapat? Hanyalah keputusasaan yang menancap tajam di hati mereka.

Di dalam hati White sama sekali tidak ada keraguan karena dia sudah mengetahui segalanya, dia mengetahui seperti apa tuannya itu yang sebenarnya.

Dari suara angin itu pun terdengar suara seorang wanita yang lembut terdengar di telinga White.

"Walau seluruh dunia ini melawan kita, siapa pemenangnya sudah dipastikan sejak awal."

Semenjak dari awal, semua orang yang mengetahui kebenaran pasti akan tahu semuanya. Kebenaran tentang tidak ada satu makhluk dunia yang bisa mengalahkan Innocentia, sang pengubah kenyataan dan White sang mahadewi dari kahyangan ketika mereka benar-benar serius mengeluarkan seluruh kekuatannya.

"Aku dan juga dirimu...Wahai yang disebut mahadewi dari Kahyangan."

Di dalam gemuruh ombak dan angin itu, White pun mulai bernyanyi.

"ᚨᛏ ᚦᛖ ᛊᛏᚨᚱᛏ ᛟᚠ ᚲᚱᛖᚨᛏᛁᛟᚾ, ᚠᚱᛟᛗ ᛊᛏᚨᚱᛊ ᚨᚾᛞ ᛊᛈᚨᚲᛖ ᛁᛟᚢ ᚹᛖᚱᛖ ᛒᛟᚱᚾ (At the start of creation, from stars and space you were born)

ᚠᚱᛟᛗ ᚦᛖ ᛚᛁᚷᚺᛏ ᚨᚾᛞ ᚦᛖ ᚺᛖᚨᚢᛖᚾ ᛁᛟᚢ ᛏᛟᛟᚲ ᛁᛟᚢᚱ ᛈᛟᚹᛖᚱ, ᛁᛟᚢᚱ ᛊᛟᚢᛚ (From the Light and the Heaven you took your power, your soul)

ᚾᛟᚹ ᛁᛟᚢ ᛊᛚᛖᛖᛈ ᚨᚾᛞ ᛚᛖᚾᛞᛊ ᛒᛖᛁᛟᚾᛞ ᚹᚺᛖᚱᛖ ��ᚺᛖ ᚨᚾᛞ ᛊᚲᛁ ᚠᚨᛞᛖᛞ ᛏᛟ ᚷᛚᛟᛟᛗ (Now you sleep and lends beyond where sea and sky faded to gloom)

ᛟᚾᛖ ᛞᚨᛁ ᛁᛟᚢ ᚹᛁᛚᛚ ᚨᚹᚨᚲᛖᚾ ᚨᚾᛞ ᚲᚱᛖᚨᛏᛖ ���ᛁᛊ ᚹᛟᚱᛚᛞ ᚨᚾᛖᚹ (One day you will awaken and create this world anew)"

Suara nyanyian itu menggema ke seluruh penjuru arah terdengar oleh alam.

Bersamaan dengan ombak yang berdebur kencang, White menghilang bersama dengan Innocentia. Yang terlihat disana hanyalah sebuah tebing tinggi di pinggir lautan yang berarus kencang.

You thought Loli characters was the most OP thing in this story? Unfortunately, I am in Nee-san Team.

OlphisLunaliacreators' thoughts