2 Tahun Kemudian...
Tok! Tok! Tok!
Suara bunyi gedoran pintu terdengar jelas di kamar kosan yang hanya berukuran 2 petak. Berhasil membuat tubuh seorang gadis gemetaran ketakutan dan bersembunyi di bawah kolong meja.
Hari ini hari terburuk dalam hidupnya, bagaimana bisa ibu kosan bertubuh gelambir penuh dengan lemak itu menjadikan hari ini sebagai hari di mana ia menagih uang bulanan. Terlebih lagi ibu kosannya tidak bersikap mudah.
Bagaimana tidak? Ia sudah menunggak selama enam bulan lamanya. Dan ibu kosannya sudah cukup bersabar dalam kurun waktu lama itu. Jadi apa yang harus dilakukan dirinya seorang gadis miskin sebatang kara?
Di depak oleh neneknya sendiri hanya memberinya beberapa potong roti, dan beberapa helai baju yang sudah lobang sana sini, betapa miskinnya dia.
Sebelum 6 bulan terakhir itu ia masih memiliki pekerjaan layak untuk menopang hidupnya. Tapi karena suatu insiden yang tidak menyenangkan, terjadi padanya.
Bos tempat kerjanya di restauran cepat saji mengingikan dirinya untuk menjadi istrinya, padahal ia sudah memiliki 3 istri muda segar, dan bening.
Dan sialnya, orang itu mengancamnya apabila ia tidak menerima lamarannya. Nami bakal dipecat. Terlebih lagi. halo? Umurnya yang paling muda saat ini, 15 tahun bukankah kalau mereka melakukan ikatan itu.
Maka sama saja ia menikahi seorang yang pantas di panggil ayahnya, dan terlebih lagi akan terlihat bahwa dia seorang gadis pencinta om-om kaya.
Ayolah itu menggiurkan karena dia cinta uang, tapi harga diri dan kesuciannya akan selalu menjadi miliknya sebelum ia siap memilih. Jadi dia menolak dan membuat bosnya itu meledak marah, dan keluar kata-kata merendah dan melecehkan.
Bahkan setelah ia di depak keluar, bosnya tak memberi gaji pada bulan itu. Padahal dia orang yang paling bekerja keras dari pada pelayan lainnya, dan sekali lagi bosnya itu menerimanya karena wajahnya yang cantik, walau dalam keadaan lusuh dan bau.
Dia adalah seorang gadis pecinta uang seumur hidupnya. Jika seseorang beraninya menyusahkannya di kala ia sudah bekerja keras. Dia akan membalas orang itu 10 kali lipat.
Dengan sekali jentikan dari tangannya sebuah kilatan besar dari awan hitam yang awalnya cerah mengarah kepada restauran itu.
Zing!
Sekali sambaran kilat itu berhasil melahap habis restauran itu. Untung saja dia melakukan aksi balas dendamnya saat toko benar-benar tutup, dan itulah kenapa tidak ada korban jiwa.
Mata dibalas mata, gigi dibalas gigi, kejahatan dibalas kejahatan. Jika ada seseorang merugikan uangnya, ia tak segan menghabisinya.
***
Kembali lagi ke masa ia ketakutan setengah mati karena ibu kosnya yang marah besar. Tubuh gemetaran berbanding terbalik dengan sikapnya di masa lalu yang mengerikan. Tapi karena ini salahnya itu tidak bisa sebagai hitungan.
"Kalau kau tidak keluar aku akan membakar pintu ini. Dan menyeretmu pada hari ini juga!" Ancam ibu kosan yang tidak kenal ampun, dan ya, dia pengendali elemen api.
Gadis bertubuh mungil itu nampak menunjukkan raut wajah horrornya. Ini tidak baik jika pintu terbakar akan menjalar dan melahap bangunan. Tapi bukankah itu akan menimbulkan kebangrutan yang nyata pada pemilik bangunan?
Tunggu ada yang salah jika ia selamat saat dilahap api tanpa luka. Orang-orang akan curiga padanya.
Dan neneknya selalu memberi peringatan padanya tidak masalah menggunakan sihir semaunya, tetapi ia harus tetap low profile, dan tidak menarik banyak bencana dalam kehidupan sendirinya.
Segera ia keluar dari kolong meja tanpa memikirkan bidang meja yang ia tabrak, dan menghasilkan benjolan dengan cepat. Ia meringis dan mengutuk mejanya, namun ia tidak bisa terlalu lama.
Ia sudah merasakan sebuah energi yang kuat keluar dari telapak tangan seseorang yang tak lain adalah ibu kosannya. Dengan langkah penuh,
Ceklek!
Nami membuka pintu dengan kondisi kacau balau,
"E-eh halo Nyonya besar!" Sapa gadis itu tersenyum getir, dan sedikit menjilat.
Penampilan bu kos tak pernah berubah sampai hari ini tubuh berlemak mengalahkan daging asli yang merekat di tulangnya. Ia memberi tatapan merendahkan ke arah gadis bernama Nami itu.
"Ternyata kau berada di dalam. Kau sungguh berani membuatku menunggu. Tapi lupakan itu, berikan aku uang tagihan kosan selama enam bulan. Dan aku tidak akan marah padamu." Ujar ibu kosan, dia tidak marah tapi ekspresinya membuat siapa pun takut.
Nami langsung bergetar memucat, tagihan enam bulan? Satu bulan saja ia tak mampu. Bahkan uang di balik kantongnya juga kosong. "Mana?" Titah bu kos dengan alis terangkat menambah keseraman wajahnya, itu sekali lagi membuatnya bergidik ngeri
"Hehehe...begini nyonya besar mmm..." Dia tampak ketakutan, ia tidak bisa bertindak licik sekarang. Ia menautkan jarinya bertingkah imut agar diberikan keringanan.
"Jadi kau tidak sanggup bayar lagi!" Emosi ibu kos meningkat dan kali ini kemarahannya bakal meledak, dan tampak kebal dari sikap manjanya.
Nami mundur ke belakang takut, dan segera ingin menutup pintu. Tapi sebelum itu dilakukan, ia sudah terlempar jauh ke belakang bersama pintu yang sudah terlepas dari tempatnya. Seberapa kuat bu kosnya ini?
"Aku rasa pinggangku mau patah." Ringis Nami kesakitan.
Tanpa rasa bersalah sama sekali setelah menendang jauh Nami, "Puih! Kau membuang banyak waktuku. Dan karena kau aku kehilangan banyak orang yang ingin menghuni kos ini. Sudah cukup kesabaranku. Keluar dari kosku sekarang juga. Dan cari tempat lain yang ingin menanggung orang miskin seperti dirimu!"
***
Langit cerah, cerah, dan cerah. Tapi kenapa malah suasana yang ia rasakan mendung, mendung, dan mendung.
Pertama diusir nenek walau sudah dua tahun berlalu, tapi neneknya tak kunjung menyuruhnya pulang selain meminta dikirimkan uang, dasar nenek tua peyot.
Yang kedua kehilangan pekerjaan dengan cara tidak terhormat. Cantik adalah masalah besar dalam hidup, tanpa uang dikantong, ia diinjak.
Dan yang terakhir ibu kos oh ibu kos. mengapa kau begitu kejam kepada anak sebatang kara dan masih muda ini dengan mengusirnya begitu kejam, bahkan pemulihan untuk tulang belakangnya terjadi begitu lambat.
Hari-harinya sangat berat, ia harus tinggal di mana? Mendapat pekerjaan di mana mengingat orang-orang tak menerima anak di bawah umur untuk bekerja.
Setiap kali ia melamar pekerjaan ia mendapat pelecehan secara verbal, dan ia tidak segan menghabisi mereka, dan pekerjaan pun lenyap di depan mata.
Ia tampak tak memperhatikan arah ke mana ia berjalan, dan sekarang sudah berada di pasar. Langkahnya terhenti kala mendengar pembicaraan para ibu bergosip.
Ibu A berkata, "Aduh ibu anak saya sudah hebat loh cari uang. Saya selalu dikirimkan sekantung uang ruby! Betapa bahagiannya saya untuk tidak khawatir lagi harus dapat uang di mana lagi. Karena suami saya sudah tidak sanggup bekerja lagi."
Seketika pupil mata Nami melebar. Seakan rezeki nomplok di depan mata. Ia segera mengkhayalkan uang jatuh dari atas kepalanya. Dia pun ketawa-ketawa sendiri menjadi milyader dadakan.
"Emang kerjaannya apa sih bu? Sampai uangnya sebanyak itu?" Tanya Ibu B penasaran.
"Anak saya seorang ksatria sihir." Ujar Ibu A bangga.
Nami yang sudah tersadar dari cengirannya karena bisikan orang lain menganggapny gila. Ia mengerutkan keningnya. Ksatria sihir? Apa itu sejenis makanan? Oh bukan pekerjaan pasti.
"Wah hebat banget anak ibu, di sana kan susah sekali masuknya. Terlebih lagi penjagaannya sangat ketat. Di luar lingkaran tembok kita hanya orang biasa yang tidak diperbolehkan masuk apalagi tinggal di dalam kecuali kita memiliki status tinggi terlebih lagi darah bangsawan dari l ahir. Saya iri berat sama anak ibu. Anak saya kerjanya makan tidur menggoda anak gadis dan sudah berapa kali mengajukan diri. Tapi masih saja tidak diterima. Tapi kali ini dia menyerah lebih baik mengajukan diri bersekolah di sekolah sihir." Cecar ibu C itu putus asa.
"Wah malah itu kesempatan bagus dengan belajar di sekolah akan menjadi satu-satunya kesempatan diterima sebagai--" Belum selesai ibu itu menjelaskan Nami sudah gagah berani menuju ke tempat gerbang kokoh tempat di mana istana dan tempat tinggal para bangsawan, pedagang kaya raya, dan orang terhormat lainnya dengan status tinggi.
Ia tak sabar mendapatkan satu kantong Ruby yang notabene mata uang di sini.
Dan gaji itu akan ia dapatkan setiap bulan belum lagi biasanya mereka mendapat uang tambahan. Matanya membulat dia bisa membelikan neneknya alat pijat yang lagi ngetren saat ini.
Mengingat neneknya selalu mengeluh encok di bagian pinggangnya. Akhirnya ia memutuskan untuk masuk di sana.
***
Bruk!
Nami langsung di lempar keluar oleh penjaga gerbang. Dan bokongnya berhasil mendarat tanah.
Ia mencoba berdiri, dan memeriksa bajunya. Dan astaga! Neneknya sudah sepenuh tenaga mengejarkan bajunya ini dengan tekun tanpa bantuan sihir sama sekali.
Walau lusuh dan ditambal sana-sini dengan kain percah yang tidak sesuai dengan kain aslinya, itu masih layak pakai oleh orang miskin seperti dirinya.
"Hei bocah miskin! Jangan mengganggu tugas kami, sebaiknya kau pulang dan merawat nenekmu."
"Apa? Kalian mengenal nenekku? Jadi kita ternyata keluarga jauh? Bahagianya aku. Karena kita keluarga, bisakah anda mempermudah saya?" Jelas Nami dengan tidak tau diri dipandupadankn dengan kerlingan mata seolah dia memberi kode genit.
Si penjaga mendapat pukulan sudut bibirnya bergetar. Padahal dia asal menebak. "Siapa nenekmu? Aku tidak mengenalnya. Kau bocah miskin beraninya kau ingin menjadi ksatria sihir. Apa kehebatanmu hingga berani mengajukan diri. Kau hanya makhluk lemah dan rendahan yang hanya perlu merangkak di tanah dan menjilat sepatu orang setiap hari. Itu pekerjan bagus untukmu. Jadi pergilah dari sini dan jangan mengganggu kami sedang bertugas! "
Penghinaan tak berdasar itu telah meluki batin Nami. Menjilat sepatu? Walau dia miskin ia takkan pernah mau merendahkan dirinya melakukan itu.
Walaupun dia terkenal gila uang, dan melakukan apa pun.
"Tapi tunggu sebentar diperhatikan dari wajahmu hmm... " Salah satu dari mereka mencoba menelitinya dan menutupi tubuhnya dan hanya wajah Nami yang terlihat.
"Kalau dipikir kau memiliki kulit wajah yang halus, putih bersih walau sedikit kumal tapi tidak menutup diri kalau kau sangat cantik." Dia mulai mencoba menyetuh pipinya.
Nami membeku bukankah ini namanya pelecehan seksual? Dia harus menekan amarahnya dengan mengepalkan tinju hingga membiru.
Nami menoleh ke samping menghindar
Ia menahan amarahnya, dan mundur ke belakang. "Kalau kau tak ingin pergi? Sebaiknya menjadi istriku. Menjadi ranjang hangat saya setiap malam. Aku akan merawatmu dengan baik." Kata orang itu tidak tahu malu dengan kerlingan mata genit.
Seluruh tubuh Nami gemetar jijik. Apa-apaan orang ini tiba-tiba berubah presepsi dan menawarkan hal tidak disenanginya. "Kalau saya tahu. Saya sebaiknya memilih pergi dari pada menjadi pasangan anda, yang manusia rendahan. " Dengusnya sambil mengembang-kempiskan hidungnya. Dia pergi dengan langkh berat.
"Wanita s*alan siapa yang kau sebut rendahan! Awas kalau kau datang ke sini lagi." Ancam mereka, kalian pikir seorang Nami akan menyerah, kalau berurusan dengan uang, mimpi kalian.
Nami dengan pendengaran tajam setelah berada dari kejauhan sepuluh meter. Berhenti ditempat. Sekali uluran tangannya. Sebuah titik air, api, dan tanah menyatuh membentuk bola ukuran kecil.
"Hancurkan pintu itu." Ujar Nami seolah memberi perintah pada elemen sihirnya.
Brak!
Seperti ledakan bom menghancurkan pintu kokoh itu dengan lubang besar menghiasinya. Semua orang yang ada di sana terkaget dengan fenomena ini.
Lalu dua penjaga itu terlempar jauh terluka parah. Apa yang terjadi? Bagaimana bisa? Padahal mereka tidak merasakan hawa permusuhan.
Terlebih lagi orang macam apa yang melakukan ini? Bukankah dengan cara seperti itu sama saja dia melakukan pemberontakan dan berani melawan otoriter pemerintahan kekaisaran.
Sedangkan seorang gadis yang terlihat puas dengan fenomena ini. "Kerja bagus!" Seru Nami sambil mengambil langkah ringan seolah tidak ada yang terjadi.
Dia memikirkan cara lain bagaimana ia menjadi ksatria sihir, oh bukan panglima sihir yang tak pernah ia sadari panglima sihir = kaisar sihir. Jadi jika ia ingin menjadi panglima ia harus menggulingkan kaisar.
Mungkin mengingat gaji ksatria sebesar itu, apalagi kalau dia menjadi seorang panglima.
Ia mungkin berada pada surga uang ruby, beberapa potong emas, dan berlian menjadi miliknya.
Setelah Nami lenyap tak ada lagi berada sekitaran tembok pembatas. Semua orang terkaget dengan apa yang terjadi, bagimana tidak? ini adalah fenomena langka. Bagaimana seseorang bisa menguasai 3 elemen.
Bahkan api bisa bercampur dengan air. Namun kecerdasan menjadi hal yang hebat ia membiarkan tanah sebagai perantaran air dan api itu agar tidak tercampur.
Ini darurat orang ini bisa menjadi pengancam kerajaan. Karena selama ini hanya segelintir orang yang bisa mengusai dua elemen. Sedangkan 3 elemen lainnya hanya dimiliki lima besar penyihir terkuat dikerajaan ini. Apalagi ketiga elemen itu adalah elemen yang hebat.
Siapa orang itu? Dan ia telah menjadi orang yang paling di cari di kerajaan ini. Jika ia bersedia menerima negosiasi dan berdamai ia akan menjadi salah satu bagian dari jenderal sihir.
Tapi kalau dia menolak tak ada pilihan lain selain memusnahkannya segera.
Tak ada yang tahu perbuatan itu berasal dari seorang gadis muda, dan miskin. Dan sebenarnya ia bukan hanya menguasai 3 elemen saja. Tapi lebih dari itu.
"Hatcih!" Nami menggosok hidungnya yang gatal setelah bersin.
"Siapa yang mengutukku?!"
"Hatcih! Hatcih! Hatcih! " Untuk kesekian kalinya Nami bersin, dan menyerang orang-orang sekitar. Bersin Nami seperti senjata, tapi agak berlendir, diharapkan kepada pembaca yang bijak untuk tidak mengkhayalkan terlebih jauh.