Bonus Chapter.
Having sibling is weird, because like one minute you want to strangle her and then later you always feel protective of her. I love to hate her but still can't imagine life without her. She annoy me, basically know all my strengths and weaknesses and usually my first best friend. I'm smilling because you are my sister, I'm laughing because there's nothing you can do about it. ~ Alex
I hate you, and then I love you. It's like I want to throw you off a cliff, then rush to the bottom to catch you. You might not know this. But I'd go out of my way just to make sure that you are okay. ~ Alice
Menjadi anak kembar dari seorang mantan mafia berbahaya membuat mereka menuruni sikap ayahnya yang tak pernah luput dari masalah. Berkelahi bagi mereka merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan. Mereka sangat suka tantangan. Hidup itu keras, kalian tak akan tahu betapa kerasnya hantaman dari kehidupan sekaligus saudara atau saudarimu yang mencoba membunuhmu kapanpun. Hidup itu kejam, seperti manusia yang hidup seolah ingin membunuh satu sama lain.
Name: Nicholas Bernadeath (Alice's husband)
Born: In New York, America 22 April 2014
Age: 27 years old
Height: 188 cm
Power :
-Invisible
-Shapshifter to cheetah
-Healing Factor
-Super speed
-Never missed his shot


Name: Alexander Travolt
Born: In Oakland, Amerika 1 January 2012
Age: 29 years old
Height: 190 cm
Power:
-Shapeshifter to sabertooth
-Healing Factor
-Telepathy
-Wall Crawling with claw
-Teleportation
-Super Strength
-Memanipulasi medan magnet

Name: Alice Travolt
Born: In Oakland, Amerika 1 January 2012
Age: 29 years old
Height: 170 cm
Power:
-Shapeshifter to sabertooth and imitate other people's faces
-Superhuman Strength
-Healing Factor
-Telepathy
-Wall Crawling with claw
-Solar Form
-Melewati ruang dan waktu

***
Dari kejauhan rumah Alice tempat Bruce dan Devon bermain di tamahan halaman belakang, Alex sedang bersandar di sebuah pohon besar sambil meminum whiskey dari botol berbentuk kotak alumuniumnya. Bruce yang merasa dirinya diawasi pun menoleh ke arah pohon tempat Alex bersandar. Devon pun juga mengikuti Bruce karena tidak mau ditinggal sendirian.
"Paman!" Seru bocah berambut pirang dengan kedua mata birunya yang berbinar sambil berlari memeluk Alex.
Alex langsung tersenyum dan memberikan sebuah bingkisan permen kepada Bruce dan juga Devon.
"Yeay!" Sorak Bruce
"Sssstttt, pelankan suaramu. Nanti ibumu dengar, dia tak boleh tahu kalau aku kesini. Dia bisa mengusirku lagi hanya karena memberimu permen. Kau ingat apa yang terakhir kali terjadi saat aku mengajakmu keluar untuk naik wahana roller coaster maut? Ibumu menggila padaku." Kata Alex
"Kenapa? Padahal paman adalah orang yang menyenangkan." Jawab Bruce
"Itu karena ibumu adalah orang yang membosankan dan ibumu tak suka orang yang menyenangkan sepertiku." Bisik Alex
Tiba-tiba sebuah kapak melesat di dekat kepala Alex dan menancap di pohon. Hal tersebut langsung membuat Bruce dan Devon kaget, sedangkan Alex hanya memutar bola matanya malas seolah-olah itu sudah biasa terjadi padanya.
"Aku mendengarnya, sialan!" Kata Alice sambil menghampiri Alex.
"Itu adalah fakta." Jawab Alex
"Untuk apa kau kesini? Bruce, Devon buang permennya. Mungkin permen itu sudah diracuni oleh pamanmu. Jika tidak diracuni maka permen itu bisa merusak gigimu." Tanya Alice ketus
"Tidak mau!" Kata Bruce sambil menjulurkan lidahanya kepada ibunya dan menarik tangan Devon untuk pergi berlari. Alex pun tersenyum puas dan menahan tawanya.
"Serius, Al. Untuk apa kau kesini?" Tanya Alice malas.
"Ayah mengajak kita foto bersama tengah hari ini di villa milik ayah. Kau sudah tak menemuinya selama bertahun-tahun, dia rindu padamu. Soal foto bersama itu bukan hanya foto kita berdua tapi ayah juga akan ikut berfoto dan juga bersama asistenku, Jean Lopez. Entah kenapa ayah menganggapnya sebagai keluarga. Kau tahu mengurus kelompok organisasi besar tidaklah mudah jika sendirian. Aku butuh asisten tentunya." Kata Alex
"Sudah? Hanya itu? Ya sudah pergilah! Hush! Hush! Hush! Pergi sana!" Kata Alice sambil mengusir saudaranya itu dengan gerakan tangannya.
"Hei! Aku baru sampai! Apakah ini caramu memperlakukan tamumu?" Balas Alex
"Hanya kau satu-satunya tamu yang kuperlakukan seperti ini." Jawab Alice
"Setidaknya beri aku makan, atau biarkan aku bermain dengan Bruce?" Kata Alex tidak terima.
"Baiklah, masuk sana ke dalam. Awas kalau kau meletakkan bom di rumahku. Aku akan menggantungmu." Kata Alice sambil menarik tangan Alex masuk ke dalam.
Sesampai di dalam rumah, Alex langsung duduk di sofa dan menaikkan kedua kakinya di meja seenaknya seperti berada di rumahnya sendiri.
"Aku belum membuat makan siang hari ini. Bagaimana kalau kita buat fish and chips?" Tanya Alice
"Tidak mau." Jawab Alex
"Itu adalah makanan kesukaanmu Alex!" Kata Alice sambil menyernyitkan dahinya tidak mengerti.
"Aku hanya suka memakannya, bukan membuatnya." Jawab Alex
"Ngelunjak, bocah ini." Kata Alice sambil menjitak dahi saudaranya itu.
"Baiklah, aku akan membantumu! Puas?! Tapi aku memperingatkanmu aku tak bisa masak. Jangan salahkan aku jika dapurnya kebakaran." Kata Alex sambil melangkah ke dapur.
Beberapa menit pun berlalu, setelah menggoreng kentang. Tibalah di saat mereka menyelimuti daging ikan tersebut dengan tepung, tapi tak lama kemudian mereka malah saling melempar tepung.
"Woah, Devon! Lihat ini! Rumahnya bersalju!" Kata Bruce yang baru saja membuka pintu rumahnya dan menemukan rumah mereka penuh dengan tepung.
"Uhuk! Uhuk! Baiklah, kurasa itu tepung terakhir." Kata Alex dengan tubuh yang diselimuti oleh tepung.
"Mereka juga menjadi manusia salju." Kata Devon yang menunjuk ke arah Alice dan Alex yang penuh dengan tepung, tak luput juga dari wajah mereka.
"Ini semua salahmu! Beruntung aku sudah meletakkan kentang goreng dan sausnya di tudung saji stanless steel agar tidak terkena tepung yang kau lempar!" Kata Alice
"Bukan hanya aku satu-satunya orang yang melempar tepung itu, bodoh!" Balas Alex
"Mereka terlihat manis sekali." Kata Devon
"Manis katamu?! Hoek! Tidak sudi! Aku dan dia adalah musuh bebuyutan, tidak mungkin aku berteman dengan orang berengsek seperti dia!" Kata mereka bersamaan dan saling tunjuk satu sama lain.
"Apa kata ayah jika melihat rumahnya penuh salju?" Tanya Bruce
"Oh shit! Aku harus membereskan ini semua sebelum Nicholas melihatnya! Masukkan dagingnya ke penggorengan, Al!" Kata Alice sambil melangkah pergi dan mulai membersihkan rumah.
Alex pun langsung memutar kompor apinya untuk menyala, tapi api itu malah menjadi besar menjulur ke atas.
"Uacckkkk! Kebakaran! Kebakaran! Alice!" Pekik Alex
"Tinggal begini saja kan bisa bodoh! Kau memutarnya terlalu keras, yaampun memangnya tanganmu itu terbuat dari apa? Apa kau tinggal di goad an hidup seperti manusia purba?" Kata Alice yang mengatasi semuanya dengan tenang dan santai.
"Aku tinggal di Texas." Jawab Alex
"Jauh sekali darisini, bagian Texas yang mana?" Tanya Alice sambil menyajikan makanannya kepada mereka.
"Bukan urusanmu, nanti kau akan mengunjungi rumahku dan menaruh bom disana." Balas Alex sambil melahap makanannya.
"Tidak adil! Kau sudah tahu rumahku." Kata Alice kepada Alex yang masih mengunyah makanannya.
"Port Isabel, itu adalah salah satu rumahku yang berada di Texas." Jawab Alex
"Kota pesisir tertua di Texas? Itu kan dekat dengan perbatasan Meksiko?" Tanya Alice
"Begitulah."
"Kau pernah tinggal di Meksiko?" Tanya Devon sambil menikmati makanannya.
"Iya, dari bayi sampai usiaku mungkin sekitar 8 atau 9? Aku diculik dan dibesarkan oleh gangster Meksiko."
"Keren." Sahut Bruce
"Tidak, itu tidak keren. Lihatlah dampaknya kepada dirinya yang menjadi seperti ini. Karena itu aku tidak ingin dekat-dekat dengannya agar tidak emnjadi sepertinya." Kata Alice sambil menunjuk ke arah Alex.
"Aku ingin menjadi seperti paman karena dia keren." Kata Bruce yang langsung membuat Alex tertawa puas.
"Seharusnya aku tidak membiarkan Bruce menemuimu, sekarang dia mulai menjadi sepertimu. Kau membawa pengaruh buruk baginya." Kata Alice sambil melanjutkan bersih-bersihnya.
"Ya sudah, aku pergi. Terimakasih untuk makanannya." Kata Alex sambil langsung melangkah pergi keluar rumah.
Setelah membersihkan dan membereskan rumahnya, Alice pun bersiap-siap pergi sambil membawa tasnya.
"Ibu mau pergi ke kota Eternity Future?" Tebak Bruce dan dibalas dengan anggukan ibunya.
"Ibu akan pergi berfoto, lalu mengunjungi kota milik keluarga Severus. Oh iya! Devon, aku mau pergi ke kota Magnus sebentar lagi. Bagaimana kalau aku mengantarmu pulang ke mansion daripada kau menunggu disini?" Tawar Alice dan Devon langsung menggeleng cepat.
"Tidak mau! Aku mau disini saja bersama Bruce karena ayah sedang sibuk di perusahaan dan Damian sedang pergi bersama ibu untuk menemaninya menghadiri kompetisi lomba." Kata Devon
"Kan ada Dylan di rumah?" Tanya Alice
"Justru itu masalahnya! Aku tidak mau berdua dengan Dylan." Kata Devon yang masih menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bukankah katanya dia adalah anak yang baik?" Tanya Alice
"Ibu! Dia baik hanya kepada orang dewasa saja! Dia itu psikopat sinting! Karena itu tidak mau bermain dengannya, dia bahkan menyiksa dan membunuh hewan-hewan." Kata Bruce sambil membuat isyarat tanda kutip saat mengucapkan kata sinting.
"Ya sudah, Bruce jaga Devon di rumah sampai ayah pulang, ya? Jangan nakal atau kujual semua mainanmu. Kalau ada orang jahat masuk kau boleh menembaknya di kaki." Kata Alice sambil melangkah pergi keluar rumah.
"Yes! Mau memanah di halaman belakang?" Tawar Bruce dan Devon langsung mengangguk.
Tak lama kemudian, Alice pun sampai di villa ayahnya. Terlihat di suatu ruangan disana bahwa, Alex, sedang duduk di meja komputernya di damping oleh ayah dan Jean, asisten manusianya yang telah mengetahui semuanya, tentu saja Vincent yang merekrutnya. Karena dia adalah mantan tangan kanan Vincent di dunia gelapnya, dia sudah bertahun-tahun kerja kepada Vincent untuk mengurus dunia gelap. Jadi, tentu saja Vincent mempercayainya untuk menceritakan semuanya kepada wanita itu. Hanya saja, Jean tak pernah mengurus ataupun bertemu Alex dan Alice karena Vincent tak pernah memperkenalkan mereka kepadanya. Barulah, semenjak empat tahun terakhir ini Vincent mengenalkannya kepada Alex.
"Bagaimana ini bisa terjadi? Aku kira aku sudah menghentikan produksi senjata yang bisa membunuh orang-orang Cycrotonicus seperti kita? Jelas-jelas aku meledakkan pabrik terakhir mereka setahun yang lalu." Kata Alex tak mengerti.

"Para manusia kini menyebut orang-orang Cycrotonictus dengan sebutan mutant karena mereka punya kekuatan." Kata asistennya itu.
"Coba lihat ini, pemerintah mendengar berita soal manusia berkekuatan super di Texas. Identitas manusia super itu masih tidak diketahui dan masih diselidiki." Kata Vincent
"Jujurlah padaku Alex apa yang kau lakukan? Bukannya kau sudah berjanji untuk tidak memakai kekuatan?" Tanya Vincent sambil mengambil cangkir tehnya yang masih panas.
"Karena, jika aku tak menolong mereka. Padahal aku sudah tahu bahwa aku bisa membantu mereka tetapi aku diam saja. Maka, jika terjadi sesuatu kepada mereka, semuanya akan menjadi kesalahanku." Kata Alex
"Sifatmu terkadang seperti ibumu yang sangat peduli pada orang-orang." Kata Vincent sambil meminum tehnya lagi.
"Aku akan mencari tahu informasi lainnya." Kata wanita tersebut sambil berjalan tempat lain dan sibuk dengan laptopnya.
"Sepertinya si berengsek telah membuat masalah." Kata Alice duduk di dekat asistennya itu, sedangkan Alex menoleh ke arah Alice tersebut. Vincent terlihat sedang berdiri di depan Alex sambil menikmati tehnya.

"Sugardaddy?" Tanya Jean kepada Alice sambil menunjuk kepada Alex.
Vincent langsung menyemburkan tehnya dan tersedak minumannya. Sedangkan Alice menyernyitkan alisnya.

"Dia saudari kembarku, berengsek!" Kata Alex sambil melemparkan gagang pistolnya ke kepala wanita itu.
"Mustahil! Dia terlalu cantik untuk jadi saudari kembarmu!" Balasnya sambil menggosok-gosokkan kepalanya yang sakit.
"Hahahahahahahaha, itu pasti karena saudaraku berpenampilan seperti gelandangan." Kata Alice sambil tertawa.
"Apa kau bilang?! Apa menurutmu aku tak cukup tampan untuk menjadi saudara kembarnya? Gadis-gadis banyak yang mendekat padaku." Kata Alex tidak terima.
"Tampan dari mana? Mereka saja yang terlalu buta karena penampilan fisikmu yang terlalu diidamkan oleh wanita. Dasar suka tebar pesona! Kau mengingatkanku pada ayah. Kau adalah saudara yang terburuk." Kata Alice sambil memutar bola matanya.
"Aku tidak percaya! Lebih tepatnya dia kelihatan lebih muda darimu. Sedangkan kau terlihat lebih tua darinya untuk disebut anak kembar." Katanya
"Yah, wajah Alex memang terlihat lebih tua daripada Alice. Itu juga karena badan Alex yang tinggi dan besar. Saat mereka kecil ukuran tubuh mereka sama dan wajah mereka terlihat seumuran, jika kau melihat mereka saat kecil kau pasti akan percaya kalau mereka kembar." Kata Vincent
"Oh iya! Siapa nama asisten wanita ini?" Tanya Alice
"Namanya Jean Lopez." Kata Alex
"Ayah, bagaimana kalau kita tunda sesi fotonya beberapa jam lagi. Maksudku, kalian pasti punya urusan untuk diselesaikan terlebih dulu, kan? Setidaknya kalian harus berbuat rencana terlebih dulu. Karena aku mau ke kota tersembunyi yang bernama Eternity Future, milik keluarga Severus. Aku masih terlibat dalam projectnya." Kata Alice
"Baiklah, kau bisa pergi. Dan, Alex… aku masih belum selesai denganmu. Kita harus memikirkan ini." Kata Vincent dan langsung dibalas dengan hembusan nafas pasrah Alex.
***
Sesampai di salah satu ruangan tertutup untuk project milik Magnus. Alice pun Nampak sudah selesai memakai setelan pakaiannya, dan mengambil sebuah busur panah yang dibalut kain. Tiba-tiba kedua pintu terbuka, Alice langsung menoleh kepada Magnus masuk ke ruangan tersebut.

"Alice, jika kau melihat sesuatu yang membuatmu merasa tidak nyaman. Aku ingin kau keluar dari pikiranmu dan tersadar kembali. Ini hanya untuk latihanmu saja, jadi tidak perlu terlalu serius dalam melakukan ini. Aku tidak ingin kekuatanmu meledak dan menghancurkan sebagian besar gedung ini seperti dulu." Kata Magnus
"Aku mengerti." Kata Alice sambil memasang helm canggih dari setelan pakaian khususnya dan memasuki portal. Tepat pada saat itu, Magnus langsung keluar dari ruangannya dan menuju hologramnya.
Kini, Alice sudah berada di jaman perang entah abad ke berapa dengan hanya disenjatai panah. Alice pun menyerang musuh-musuhnya dengan senjata tersebut.
Ia memanah musuh yang berada di depannya, lalu menunduk menghindar dari tebasan musuhnya. Kemudian, menancapkan anak panahnya ke kemaluan musuhnya hingga membuat musuhnya mengerang. Setelah itu, Ia langsung mencabung dan melemparkan anak panah tersebut ke depan sehingga anak panah itu menancap ke kepala musuhnya yang lain.
Setelah membunuh sebagian musuhnya yang berada di belakang kastil, dan mengambil sebuah pion emas centaurus dan sebuah belati pisau dengan ukiran yunani kuno. Ia langsung menuju berlari ke arah hutan, sambil memanah beberapa musuhnya yang menunggang kuda saat mengejarnya.

Alice! Dimana kau? Sesi fotonya bisa-bisa berakhir! Kenapa kau lama sekali? Kata Alex dalam telepatinya, meskipun mereka berbeda jaman ruang dan waktu tapi sangking kuatnya telepati mereka, Ia bisa menembus ruang dan waktunya.
Bisa diam Alex? Apa kau mau kusumpal mulutmu dengan batu? Aku sedang sibuk disini! Tak perlu mencemaskan aku! Gara-gara kau aku tak bisa mendapatkan banyak di tempat ini! Tidak usah bicara denganku lagi, kau hanya menggangguku saja. Aku akan datang sebentar lagi! Batin Alice sambil memanah musuhnya dan makin berlari menembus hutan.
"Magnus! Bawa aku kembali ke villa ayahku!" Kata Alice sambil berlari sekencang-kencangnya.
Syut! Syut! Syut! Syut! Syut!
Beberapa panah langsung melesat di samping Alice, namun Alice terus-terusan bergerak menghindar sehingga pion emas centaurus itu terjatuh di antara daun-daun musim gugur. Ketika, Alice melihat pion tersebut dan mau memungutnya. Ia langsung menghilang berteleport ke villa ayahnya di masa sekarang. Pakaiannya pun kini berubah disesuaikan dengan jamannya oleh Magnus. Daun-daun gugur yang seharusnya menjadi alas berpijaknya tadi berubah menjadi rerumputan taman. Dan, tanpa disadari wajahnya pun berubah karena ulahnya sendiri.
"Sial! Pion emas centaurusnya tak sempat kuambil!" Kata Alice yang masih dalam posisi memungut itu sambil menoleh ke arah saudara dan ayahnya itu.

"Alice, akhirnya kau datang juga. Aku kira kau tidak datang dan bakal sibuk menjadi ibu rumah tangga untuk mengurus Bruce puteramu." Kata Alex
"Reuni foto keluarga? Mana mungkin aku tidak datang, walaupun aku harus melihat wajah berengsekmu." Kata Alice yang baru saja kembali sambil membawa sebuah busur panahnya, dan pakaian pemburunya.
"Apakah itu Alice? Dia sedikit berbeda." Kata Jean sambil menyernyitkan dahinya.

"Yup! Itu Alice, dia dapat merubah wajah naturalnya menjadi berbeda." Jawab Alex
"Kau tak lagi sedang menyamar, Alice. Tunjukkan wajah aslimu. Apa gunanya foto keluarga, jika kau tak menunjukkan wajah aslimu?"
"Baiklah, hanya untuk foto sekali. Lalu, setelah itu sudah." Jawab Alice sambil mengubah wajahnya menjadi wajah aslinya. Rambutnya tetap cokelat hanya saja matanya yang tadinya hijau menjadi biru kehijauan, dan bibir tipisnya yang pucat menjadi sedikit tebal dan lebih merah. Dan wajahnya terlihat menjadi lebih muda.
"Kau persis telihat seperti ibu tapi versi lebih mudanya." Kata Alex
"Justru karena itu, aku tidak mau melihat wajah asliku. Setiap kali aku melihat wajahku, aku selalu sangat sedih dan rindu pada ibu."
"Kau cantik Alice. Ibu akan sedih kalau kau membenci wajahmu yang mirip dengan ibu, itu artinya secara tak langsung kau membenci ibu."
"Fine! Aku akan terus memakai wajah asliku." Kata Alice
Setelah fotografer mereka datang, mereka pun berfoto beberapa menit. Dan tak lama kemudian mereka berbicara di ruang tamu Vincent di villa tersebut.
"Jujur, aku khawatir padamu, Alex. Kau belum menemukan kekuatan terbesarmu." Kata Vincent
"Bukannya kita semua sudah menemukan kekuatan terbesar kita sejak kita menemukan kekuatan kita?" Tanya Alice
"Itu berbeda, kekuatan terbesar berbeda dengan menemukan kekuatan untuk pertama kali. Kau menemukan kekuatanmu saat tubuhmu berusia sekitar 20 ke atas. Apa yang menyebabkanmu mengeluarkan kekuatan terbesarmu?" Tanya Jean
"Beberapa tahun yang lalu, aku memaksa ikut project pikiran milik Magnus, dia sudah memperingatkanku untuk tidak masuk karena portalnya tidak stabil tapi aku tak mau dengar. Setelah masuk ke dalam project pikiran itu, entah dimensi mana yang kumasuki, aku terjebak dalam tempat gelap mengerikan yang diiringi oleh teriak jiwa kematian dan diserang oleh berbagai monster mengerikan. Berbagai ketakutan melandaku saat itu. Aku pun terbangun, dan tanpa sengaja mengeluarkan kekuatan solar, aku bisa menembus apapun seperti dinding contohnya, lebih kuat dari sebelumnya, dan bisa berubah menjadi orang lain. Sejak saat itu wajahku tetap, tidak bertambah tua ataupun bertambah muda lagi." Kata Alice
"Itu sebabnya tubuh Alex terus bertumbuh sampai menjadi pria yang baru berusia 30 an. Jika kau tak segera menemukannya, kau tak ada bedanya dengan manusia. Perbedaannya hanya kau memiliki kekuatan khusus sedangkan manusia tidak." Kata Vincent
"Mau mati pun aku tidak peduli." Kata Alex
"Alex! Kau bahkan tidak berusaha!" Kata Alice
Bruak!
Alex memukul meja besi di depannya sampai patah. Tapi, Vincent sekilas melihat serpihan kecil meja besi itu bergerak sedikit.
"Kau pikir aku tidak berusaha sedikit pun?! Aku melatih diriku sendiri, dan selalu meletakkan diriku dalam bahaya berkali-kali hanya untuk mendapatkan kekuatan terbesarku, tapi nihil!" Kata Alex sambil melangkah berteleportasi menghilang pergi.
"Apakah itu termasuk kekuatan terbesar?" Tanya Jean
"Tidak, kekuatan terbesar harus sesuatu yang mengagumkan bukan hanya lebih kuat, atau hanya merubah bentuk tubuhmu. Kekuatan itu dikeluarkan dalam emosi dan jumlah yang besar." Kata Vincent
***
Malam hari itu di kota yang sama, dalam suatu lapangan baseball yang sepi tak berpenghuni. Disitulah Alex menghabiskan waktunya berjam-jam untuk bermain seperti berlarian di wilayah tersebut sambil berupa sabertooth dan berbicara pada dirinya sendiri sambil bermain baseball.
"Akhir dari kesembilan, skor seri! Dan pemukulnya sesuai permintaanmu untuk memenangkan pertandingan: Alex!" Kata Alex sambil mengambil tongkat pemukul dan bersiap siap memukul bola. Dan secepat kilat dia berteleport ke depan.
"Tapi dia menghadapi pelempar paling ditakuti di Texas: Alexander!" Kata Alex berkata pada dirinya sendiri sambil bersiap melempar bola. Ia pun segera berteleport ke tempatnya semula.
"Baiklah fokus Alex. Jika kau memenangkan permainan ini. Kau akan menjadi anak yang paling dicintai di Texas." Kata Alex pada dirinya sendiri sambil kembali memegang tongkat pemukul. Setelah itu dia berteleport lagi ke depan.
"Pukul ke pemain kanan. Dia ceroboh. Uggh aku membencinya." Kata Alex sambil melemparkan bolanya. Kemudian secepat kilat Alex berteleport ke tempatnya dan memukul bola baseball itu sampai Ia mencetak homerun.
"Yeah! Aku berhasil! Apa kalian melihatnya?" Kata Alex sambil memandang area sekitarnya yang tidak ada satu pun orang.
"Aku benar benar sendirian selamanya." Kata Alex sambil menghembuskan nafasnya, lalu membuang tongkat baseballnya.
"Aku benci peraturan, aku benci idsalahkan. Tak ada yang mengerti." Kata Alex sambil memejamkan matanya.
Kekuatanmu tiada duanya. Selalu ada orang yang akan mengincar kekuatanmu atau kekuatan kita. Satu satunya cara yang aman adalah tetap bersembunyi.
Tak lama kemudian, Ia mengeluarkan medan magnet besar yang mampu membuat semua jaringan di kota itu padam. Setelah itu semua medan magnet yang berada di tanah tertarik, semua benda yang memiliki unsur magnet di sekitar juga tertarik terangkat ke atas. Bahkan mobil pun yang terparkir disekitarnya terangkat. Semua benda yang memiliki unsur yang bisa ditarik oleh magnet makin terangkat ke langit malam dan berputar-putar layaknya badai. Tak lama kemudian, benda-benda itu seolah-olah meledakkan gelombangnya dan serpihan-serpihannya berpencar ke luar hingga entah menyerang menancap ke arah pepohonan dan mengenai bangunan-bangunan di kota tersebut.
Alex yang baru saja menyadari apa yang Ia perbuat langsung tersontak kaget dan panik.
"Aku yakin tak ada yang melihat serpihan itu melesat ke luar, kan?" Kata Alex kepada dirinya sendiri dengan ekspresi panik sambil berteleport menghilang pergi.
Di tempat yang lainnya.
"15 menit yang lalu gelombang energi magnetik memadamkan listrik di seluruh kota pasifik barat laut."
"Ada informasi apa?"
"Tebakan pertama kami adalah emp tapi gelombang eloktromagnetik yang dimilikinya tidak sekuat itu."
"Beberapa satelit kita jatuh ke bumi karena ada gelombang elektromagnetik yang menariknya di bumi."
"Kata departenen energi ini bukan malfungsi pembangkit listrik."
"Ini juga bukan dari perusahaan Severus."
"Mungkin ini awal dari serangan yang lebih besar."
"Kurasa ini berkaitan dengan adanya mutant-mutant yang hidup di tengah-tengah manusia."
"Kusarankan kita kirim resimen lima dan enam."
"Tidak, ini memerlukan pikiran yang lebih canggih. Orang yang paham teknologi."
"Kau mau kirim ilmuan?"
"Bukan ilmuan biasa. Ilmuan yang tangguh."
"Robert Severus atau Magnus Severus?"
"Tidak keduanya, karena mereka pasti menolak."
"Jangan mengusulkan orang yang kupikirkan."
"Aku tahu dia sedikit aneh."
"Aneh? Dia berbahaya secara kejiwaan!"
"Tapi dia juga berilian. IQnya sangat tinghi dan teknologinya juga sangat modern."
"Kau yakin dia bisa mengatasi ini?"
"Aku tak percaya kau melibatkan orang aneh itu."
"Aku juga tidak tapi kita tidak punya pilihan."
Semua tentara dan beberapa ilmuan sedang memeriksa hutan tempat Alex bermain baseballnya. Tak lama kemudian, sebuah robot drone terbang ke arah mereka sambil memindai berbagai serpihan tempat yang sudah hancur lebur itu. Lalu, mereka menemukan sebuah gagang tongkat baseball yang sudah patah akibat terkena reruntuhan logam itu. Dengan memindai tongkat itu sekilas, mereka langsung menemukan sidik jari Alex Travolt disana. Robot-robot itu juga menemukan jejak kaki hewan buas yang tak lain adalah jejak kaki Alex yang berupa sabertooth disana.
Sementara itu, Alex berbaring di jalan raya sepi dan sekilas menggunakan telepatinya untuk melihat keadaan di tempat yang Ia hancurkan semalam tersebut.
"Baiklah semuanya baik-baik saja. Kau bermain baseball, sedikit kesal, medan magnet keluar dari tanganmu, dan kini mereka mengincarmu." Kata Alex sambil bangkit berdiri dan mondar mandir di jalan tersebut berbicara dengan dirinya sendiri.
Tiba tiba sebuah mobil langsung berhenti di tengah tengah jalan dan mereka langsung menghampiri Alex. Mereka tak lain adalah keempat dari sekian anak buahnya.
"Alex! Ternyata kau disini. Kami mencarimu kemana mana. Kau dicari oleh ayahmu!"
"Aku hanya ingin menghilang sebentar." Kata Alex sambil duduk bersandar di mobil itu.

"Ada apa?" Tanya salah satu dari mereka.
"Aku benci adikku, bla, bla, bla drama keluarga." Kata Alex dengan nada tidak niat hidup.
"Bagaimana kalau kita hajar Nicholas agar Alice bersedih."
"Bisa bisa kau juga dihajar oleh Nicholas Bernadeath. Dia itu pemburu jadi jangan macam macam." Kata Alex
"Tapi kau kan sering merudungnya dulu. Dia sama sekali tak berkutik, berkelahi pun selalu kau yang menang. Kita kan bisa menang melawannya jika ada kamu." Kata yang lainnya.
"Bukan begitu juga konsepnya, bisa bisa Alice meledakkan rumahku dengan bom nuklir." Kata Alex
"Bagaimana kalau kita perkosa dia?"
"Apa?! Aku tidak akan membiarkannya, dasar gila!"
"Bukannya kau membencinya?"
"Aku membencinya hanya saja apa kau lupa bahwa dia adalah gadis yang seperti itu? Bisa-bisa kemaluanmu diamputasi olehnya, setelah itu dia akan mengeluarkan isi perutmu."
"Bagaimana dengan membunuhnya dengan pistol?"
"Mungkin kau sudah mati duluan sebelum kau membunuhnya dengan pistol."
Yang pasti aku tidak akan membiarkannya, karena Alice tidak akan mati hanya dengan pistol dari peluru biasa. Dan mereka pasti akan mempertanyakanku kenapa Alice tidak mati padahal mereka sudah membunuhnya dengan pistol. Batin Alex sambil melangkah pergi.
"Mau kemana kau?" Tanya salah satu dari mereka.
"Pergi ke suatu tempat, dimana aku bisa sendirian." Jawab Alex yang masih berjalan.
"Dengan jalan kaki?" Tanya yang lainnya lagi.
"Yup! Dan jangan mencariku! Aku tidak mau ditemukan!" Kata Alex yang sudah jauh dari mereka.
Beberapa jam pun berlalu, kini Ia berada di rumah Alice. Tepatnya, Ia berada di dalam garasinya.
"Dengan kerusakan minimal properti kepala batu. Ini dia, tak berhasil di bumi? Tidak apa apa Alex!" Kata Alex kepada dirinya sendiri.
"Kita akan pergi ke dunia yang lebih aman. Dimensi yang aman yang penuh dengan es. Kau akan berteman hanya dengan es dan beruang kutub." Kata Alex menenangkan dirinya.
"Kedengarannya buruk! Aku tak bisa!" Kata Alex lagi sambil menampar dirinya sendiri.
Bruak! Alex langsung menggebrak meja di depannya.
"Tidak ada pilihan lain! Kau harus melakukannya!" Kata Alex sambil membuat portal besar di depannya.
Tiba-tiba Ia langsung diserang Alice yang sudah menyerap energi matahari. Dia bisa diubah menjadi matahari humanoid, memberinya kekuatan besar. Untuk menyerang Alex dengan kekuatannya besarnya itu yang menyebabkan Alex pingsan dan portalnya tertutup.
Matahari pun sudah terbit, butuh berjam-jam bagi Alex yang pingsan untuk terbangun dan mendapati dirinya diikat dengan rantai dan didudukkan sebuah kursi. Ia kini sedang disandera oleh saudarinya sendiri di lantai atas.
"Sial! Aku harus mengisi dayaku lagi untuk membuat portal jauh, kan? Ini semua salahmu! Jika saja kau tak menyerangku, aku tak perlu menunggu untuk membuat portal lagi! Kini aku tak bisa berteleportasi untuk pergi ke jarak yang sangat-sangat jauh!" Kata Alex yang tak mengenakan apa-apa itu karena pakaiannya terbakar dari serangan Alice kemarin.
"Salahku?! Kenapa kau bersembunyi di garasiku?! Mau meledakkan rumahku, huh?"
"Hanya kau yang terpikir olehku kepala batu!" Kata Alex sambil melepas rantainya dengan mematahkannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Al?! Apa yang kau perbuat?!" Kata Alice sambil mengintip keluar jendela dan menemukan seseorang dengan memakai pakaian hitam sedang memindai jejak sepatu milik Alex.
"Aaackkkk! Mereka mencariku!" Kata Alex sambil berubah menjadi sabetooth.
"Siapa mereka? Apa hubungannya denganku?!" Tanya Alice kepada saudarnya itu.
"Tak ada waktu untuk menjelaskan, kau harus menolongku kepala batu!"
"Tidak harus! Dan kenapa aku harus membantumu?!" Tanya Alice
"Kedua tanganku yang biasanya digolongkan sebagai senjata maut terasa seperti daging panggang yang lembek. Aku butuh bantuan! Ini antara hidup atau mati." Kata Alex
Alice langsung menghela nafas.
"Fine! Ikut denganku." Kata Alice sambil melangkah ke halaman belakang, tempat Bruce dan Devon bermain.
"Diam disini, jangan bersuara! Devon, jaga dia." Kata Alice yang dibalas dengan anggukan Devon, lalu Alice pun berjalan pergi menuju pintu utamanya.
"Rencana yang hebat. Kita tim yang bagus." Gumam Alex
"Hai! Apakah aku bisa membantumu?" Tanya Alice
"Aku dari perusahaan listrik, menyelidiki pemadaman. Jika boleh, aku ingin kumpulkan data di dalam rumahmu." Kata pria itu
"Kau dari perusahan listrik? Masuklah! Silahkan kumpulkan data!" Kata Alice sambil membiarkan pria itu masuk, tapi ketika pria itu mau melangkahkan kakinya ke rumah wanita itu. Alice langsung mencegatnya masuk.
"Tapi, bukannya biasanya kumpulkan data dari luar rumah agar bisa kerja meski tidak ada orang. Kenapa kamu fikir aku cukup bodoh untuk membiarkanmu masuk?" Tanya Alice
"Maaf, nyonya Alice. Mungkin kau tahu kota ini mengalami padam listrik." Kata pria berambut huyam kepirangan itu.
"Aku tahu." Jawab Alice cepat.
"Aku melacak gelombang energi dengan pola serupa yang menimbulkan gangguan."
"Aku tahu pekerjaanmu serius tapi ini tak ada hubungannya denganku." Kata Alice
"Aku yakin kau populer. Tapi kenyataannya, aku melampaui semua yang akan kau lakukan. Kau tahu kode 904. Bagian 10, pasal 104, amerika serikat? Semua yang membantu musuh amerika akan dihukum mati."
"Terserah." Ucap Alice sambil memutar bola matanya tidak peduli.
"Baiklah, kita hanya bersembunyi disini. Kau menyamar menjadi patung boneka sabertooth. Semoga mereka tidak memindaiku dengan sinar X. Ssstttt berhenti bicara, Alex. Jangan panik." Katanya pada dirinya sendiri yang sedang bersembunyi di rumah pohon.
Sebuah robot-robot lain masuk ke halaman belakang tersebut dan memindai tempat Alex bersembunyi.
Devon langsung mengarahkan tangannya ke atas langit tanpa diketahui robot-robot itu untuk mengeluarkan kekuatan atmokinesisnya (Kekuatan pikiran mengendalikan Cuaca, seperti membuat hujan, angin, dsb.)
Tiba-tiba sebuah badai dengan hujan deras disertai petir mengubah langit malam yang tenang itu. Petir-petir langsung menyambar robot-robot itu hingga terbakar.
"Kau bisa mendapatkan segalanya untuk mengungkapkan dimana dia berada, Alice? Aku tahu kalau kalian sangat terkenal dengan hubungan kalian yang tidak baik. Kenapa sekarang malah melindunginya?" Tanya pria tersebut.
"Aku tidak mengerti maksudmu. Aku dan saudarku sudah tidak bertemu selama bertahun-tahun lamanya semenjak pernikahanku." Balas Alice
"Benarkah? Tapi kenapa dia sepertinya terkadang terlihat sedang bersama anakmu?"
"Itu karena dia diam-diam menemui anakku. Aku melarangnya untuk menemui anakku, tapi dia terus saja diam-diam menemuinya." Kata Alice
"Kau tahu apa yang kusuka dari mesin? Mereka taat diperintah. Mereka mengikuti program. Tak perlu istirahat untuk mabuk mabukan dan menaruh perahu di air."
"Dibandingkan denganmu aku-
Bruak! Bruak!
Perkataan Alice terpotong karena suara drone dan robot jatuh.
"Anak-anak. Mungkin hanya rumah tua." Kata Alice sambil tersenyum.
"Benar! Tak ada yang perlu dilihat!" Kata pria itu sambil menrobos masuk ke rumah Alice dan pria itu langsung disambut dengan panah yang dilontarkan oleh Bruce, lalu melesat di kakinya.
"Argghh! Fuck!"
"Sudah kubilang." Kata Alice tersenyum tipis.
"Begini masalahnya. Aku tak pernah salah." Kata pria itu sambil mengambil sebuah kepingan drone yang terletak disana.
"Lihat ini, aku benar. Kau mau coba lagi? Pikiranku tidak pernah salah. Kuberi 10 detik untuk mengatakan dimana dia berada."
"Aku tak tahu maksudmu." Jawab Alice tidak peduli.
"10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1."
"Tunggu! Jangan sakiti dia!" Kata Alex yang keluar sambil masih berupa sabertooth. Hal tersebut lantas membuat pria itu kaget. Dan Alice langsung memukul kepalanya dengan panci
Seketika itu juga robot lainnya langsung menembaki mereka. Alice langsung menarik tangan Alex pergi dan bersembunyi di bawah meja.
"Ini berlebihan!" Kata Alex sambil berteleport ke belakang robot itu.
Alice langsung menggelengkan kepalanya cepat sebagai isyarat kepada saudaranya agar tak melakukan itu, tapi Alex mengangguk dengan seringai, lalu memakannya hingga hancur.
"Hoek! Ini adalah rencana yang buruk! Apa yang aku pikirkan?!" Kata Alex memuntahkan serpihan logam itu.
"Sekarang kau baru menyesal, sialan?! Sekarang kau muntah di karpetku! Kau tahu tidak betapa mahalnya itu?!" Balas Alice
"Kenapa kau tidak mau memakai kekuatanmu juga dan bantu aku?" Tanya Alex sambil berubah kembali menjadi manusia dan mengambil serta memakai kemeja hitam beserta celana jins yang terletak di meja Alice untuk menutupi tubuhnya yang hanya memakai boxer.
Alice langsung memasukkan Bruce dan Devon ke bagian belakang mobil, lalu menarik lengan saudaranya juga masuk ke mobil. Dan akhirnya mengemudi pergi dengan mobil tersebut.
"Makhluk apapun itu, tugas kita adalah menangkapnya, menetralkan, dan mengungkap sumber kekuatannya. Jika dia melawan kita bedah dia bagian demi bagian."
Saat berada di dalam mobil dan sudah melaju cukup jauh.
"Baiklah kawan! Mulai menjelaskan!"
"Aku dalam masalah." Kata Alex sambil membenturkan kepalanya ke kaca mobil dengan pelan berkali-kali.
"Aku meninju utusan pemerintah! Aku juga dalam masalah! Kau tahu tidak aku tidak ingin jadi buronan?!" Balas Alice yang masih saja menyetir.
"Pikirmu itu masalah? Aku kehilangan kekuatan medan magnetku berkat kamu, bodoh!" Balas Alex yang duduk di sebelah Alice.
"Apa maksudmu?!" Kata Alice menaikkan suaranya dan memandang ke arah saudanya itu.
"Aku tanpa sengaja mengendalikan semua medan magnet di lapangan baseball kemarin malam dan aku tidak tahu jika medan itu berdampak pada elektromagnetik yang dapat memadamkan seluruh kota dan membuat tornado dari semua unsur yang bisa ditarik magnet yang menghancurkan area disekitarku." Jelas Alex
"Pikirmu itu hanya tornado? Itu angin puting beliung medan magnet! Apa kau gila, Alex?!" Balas Alice yang kini fokus pada jalanan yang berada di depan meskipun sepi.
"Kalau bukan karenamu yang menyerangku dengan kedua ledakan sonar berkekuatan besar, Aku sudah pergi ke kutub utara dan bersantai dengan para beruang kutub!" Kata Alex
Alice memberhentikan mobilnya dan membuka pintu disebelah Alex.
"Baik, keluar!" Kata Alice
"Maaf, apa?" Tanya Alex memastikan pendengarannya sambil menyernyitkan dahinya.
"Dengar, ini waktu yang terburuk bagiku untuk terlibat dalam masalah. Kau minta aku menolongmu, aku sudah menolongmu. Sekarang pergilah cari cara untuk pergi ke portalmu dan negeri kutubmu. Semoga aku bangun di ranjang rumah sakit dan dokter mengatakan padaku prosedurnya berhasil. Paham? Selamat tinggal Alex!" Kata Alice sambil mendorong Alex keluar dari mobilnya hingga saudaranya itu terjungkal ke trotoar. Setelah itu, Alice langsung mengemudikan mobilnya melaju pergi meninggalkan Alex.
"Apa dia baik-baik saja dibiarkan di jalan seperti itu? Dia itu buronan, kan?" Tanya Devon yang berada di kursi belakang duduk berdampingan dengan Bruce.
"Dia tidak akan mati." Jawab Alice yang masih mengemudikan mobilnya.
Tak lama kemudian, Ia menemukan Alex sudah berada di depannya dengan keadaan basah kuyup beserta rumput laut di beberapa bagian bajunya, dan ikan kecil di kepalanya. Alice pun langsung menginjak remnya untuk berhenti. Alice membuka pintu mobil disebelahnya karena Alex rasanya ingin mengatakan sesuatu.
"Ketika aku masuk laut pasifik yang dingin dan gelap. Aku menyadari beberapa hal. Satu, aku baru sadar bahwa aku tidak tahu dimana letak kota misterius Eternity Future itu. Dua, aku tidak tahu harus kemana. Tiga, air asin perih. Empat, seharusnya aku tidak disini, namun disinilah aku. Kenapa? Karena kau menyerangku!"
"Aku tahu."
"Kau menyerangku dengan kekuatan sonarmu yang panas itu. Apa kau tak tahu betapa menyakitkannya dibakar matahari?!"
"Aku sudah dengar, tidak usah berlebihan." Sahut Alice malas.
"Aku basah, kedinginan, ada ikan di kepalaku dan rumputaut di pakaianku! Dan jelas aku tak bisa melakukan ini sendiri!"
Alice hanya memutar bola matanya kesal.
"Baik, masuklah. Kurasa memang sedikit salahku semua ini terjadi kepadamu."
"Tidak sedikit. Semua ini salahmu. Jalan-jalan, menyenangkan." Kata Alex sambil masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya.
"Apa yang aku lakukan?" Tanya Alice kepada dirinya sendiri menyesali perbuatannya sambik menancap gasnya untuk pergi melaju lagi.
"Ibu! Hentikan mobilnya sekarang!" Kata Bruce
"Apa? Kenapa?"
"Bola karet gelang terbesar di dunia? Kita harus melihatnya!" Kata Bruce
"Tidak! Ini bukan jalan-jalan santai! Pemerintah ingin membedah pamanmu dan menangkapku! Ini serius!"
Alex langsung berteportasi menghilang dan kembali beberapa detik sambil membawa sovenir.
"Kau benar, ini payah. Tapi toko sovenirnya bagus. Kapan kita sampai?" Tanya Alex sambil memberikan sovenir itu kepada kedua anak di belakang.
"Pokoknya kita nanti akan sampai."
Setelah menceritakan semuanya kepada Nicholas dengan telepatinya, karena mereka tak membawa ponselnya agar tak bisa dilacak. Alice memberikan kedua anak itu kepada Nicholas di jalan yang Ia sepakati. Setelah itu, Ia pun melanjutkan perjalanannya untuk pergi ke kota Eternity Future untuk menemui Magnus. Beberapa jam kemudian, malam pun tiba. Mereka pun berhenti tak jauh dari sebuah western bar.
"Kau mau menelepon Magnus lewat telefon umum?"
"Ya, biasanya untuk pengedar narkoba dan buronan, yaitu kita."
"Diam di mobil, jangan ada yang melihatmu."
"Baik." Kata Alex malas
Saat Alice masih sibuk menelfon, Alex daritadi menghabiskan waktunya memainkan kemudi setir sambil membuat suara brmmm brmmm brmmm di mobil Alice karena bosan.
Tak lama kemudian segerombolan pengendara motor melakukan aksinya tak jauh dari Alex.
Tampak di wajah Alex ekspresi senang dan ingin bergabung, tapi Ia langsung mengalihkan pandangannya pada Alice yang sedang marah marah di telefon. Kemudian, Ia kembali mengintip sekelompok pengendara motor yang sedang bersenang senang itu. Dan Alex sudah menghembuskan nafas tidak teraturnya sambil membentur-benturkan kepalanya ke setir mobil itu, karena dia tidak bisa menahan keinginannya untuk pergi bergabung kesana. Ia langsung menggerak-gerakkan kursi pengemudi maju dan ke belakang karena Ia tidak kuat melihat ada monster truck disana. Ia juga melihat beberapa orang berputar putar menggunakan sepeda motornya sambil melakuka aksi-aksinya. Alex yang tak tahan pun langsung mengambil kacamata hitam beserta topi baseball hitam yang berada di kursi belakang mobil Alice dan pergi keluar.
"Aku tak bisa mengirimkan teleportasi ke tempatmu berada karena mereka terus memburumu, Alice! Teruslah bergerak dan pergi ke tempatku. Aku tak bisa mengutus robot atau membuat portal di daerahmu karena aku khawatir kalau pemerintah tahu aku telah membantumu. Aku sudah membuat mereka tak bisa melacak kalian lewat kamera, hanya itu yang bisa kulakukan untuk kalian sekarang." Kata Magnus dari balik telefon.
"Bagaimana dengan portal simple yang kau buat? Apakah sudah bisa stabil untuk digunakan meskipun benda itu kecil?" Tanya Alice yang masih sibuk menelfon dan tidaj menyadari saudaranya sudah hilang pergi bersenang-senang.
"Portal itu hampir berhasil dibuat. Semoga saja portal itu sudah jadi ketika kau tiba disini. Pesanlah kamar hotel dan menyamarlah menjadi orang lain dengan fake ID kalian yang sudah kalian persiapkan." Kata Magnus
"Aku tak punya fake ID, karena aku tak berfikir bakal menjadi buronan!" Kata Alice sambil memijat keningnya.
"Baiklah, aku harap Alex punya fake ID untuk kalian berdua karena dia sudah biasa membuat masalah seperti in, kan? Hanya saja masalah kali ini jauh lebih besar dari sebelumnya. Ditambah lagi rumor tentang mutant yang hidup di dunia manusia itu, sungguh membuatku tak bebas mengeluarkan sayapku kemanapun. Aku harus terus menekuk dan melipat sayapku. Ngomong-ngomong dimana kamu?" Kata Magnus
"Di suatu tempat yang sedikit sepi dan terpencil." Kata Alice
"Bagus, mereka seharusnya masih tak menyadari kalian adalah buronan karena Alex baru saja melakukan tindakan kriminal itu kemarin. Pesanlah sebuah hotel disana untuk beristirahat semalam, lalu berangkat besok pagi. Nama pria pirang yang mengincarmu adalah Ryan Alfero. Dia seharusnya sudah mati bersama ibunya karena dikabarkan tidak selamat saat dijadikan bahan percobaan oleh Arthur Alfero. Tapi nyatanya, dia hidup kembali, namun ingatannya hilang. Tapi, dia sama gilanya seperti ayahnya."
"Aku mengerti." Kata Alice sambil menutup teleponnya dan pergi ke restoran cepat saji untuk membeli beberapa makanan yang akan dibawa ke mobil.
Beberapa menit pun berlalu, kini Alice sudah membawakan berbagai paperbag makanan beserta dua gelas plastik berisi minuman ke dalam mobil.
"Ini bukan makanan paling sehat, tapi... Oh fuck me! Kau pasti bercanda Alex!" Kata Alice yang emlihat mobiknya sudah kosong dan Ia langsung meletakkan makanan dan minuman itu di kursi belakang dan berjalan pergi ke bar untuk mencari saudaranya.
Alice membuka pintu bar dan menemukan bar penuh dengan keramaian orang-orang yang berkumpul sambil minum-minum disana. Ia pun menghembuskan nafas malasnya ketika pertama kali masuk ke bar. Dengan sekali pandang, Ia langsung mengenali Alex hanya dengan melihat bagian belakang tubuhnya saja. Kemudian, Ia pun berjalan ke arah pria yang memakai topi baseball beserta kacama hitam dan mendorong kursi pria tersebut. Pria itu hampir jatuh dari kursinya, dan menoleh kepada Alice.
"Hai, kawan!" Sapa Alex
"Aku bukan kawanmu. Ayo pergi!" Balas Alice
"Mereka menyayikan lagu keren. Kita harus melihat mereka!" Kata Alex sambil menonton sekelompok orang yang masih berjanji.
"Lain waktu saja menonton mereka. Ayo berdiri!" Kata Alice sambil menghalangi pandangan Alex.
"Jika tetap disini, aku akan diam sepanjang perjalanan." Kata Alex sambil membuat tanda silang bukti dia bersumpah.
Alice langsung menghembuskan nafas kesalnya.
"Selamat datang! Mau pesan apa?" Tanya salah satu bartender disana.
"Aku ingin pesan gin, tequila, brandy, wiski, vodka, rum, dan absinth!" Seru Alex yang langsung membuat Alice membulatkan matanya dan menggerakkan tangannya dengan isyarat "Apa-apaan Alex, kau kan sudah minum banyak? Masa kau mau tambah lagi?"
"Apa itu untuk diri anda, tuan?" Tanya bartender itu.
"Saudaraku yang sinting ini tidak serius mengatakan itu! Buatkan dia wiski saja." Kata Alice dengan cepat. Bartender itu langsung mengangguk dan melangkah pergi.
"Kau berutang padaku. Kau senang? Mau mencentang sesuatu dari daftar keinginan? Ini malam yang penting untukmu, huh?" Kata Alice sambil duduk disebelah saudarany itu.
"Aku tidak punya daftar keinginan." Jawab Alex
"Apa? Mustahil bagi orang sepertimu tidak punya daftar keinginan. Apa tidak ada hal-hal yang ingin kau lakukan sebelum kau pergi jauh meninggalkan semuanya?" Kata Alice
"Ada banyak hal yang masih ingin kulakukan, kurasa aku melewatkan kesempatanku selama ini. Entahlah? Mungkin karena hal-hal yang kuinginkan mustahil untuk diwujudkan."
"Banyak hal yang bisa dilakukan di tempat ini dalam waktu yang singkat. Kita bisa luangkan waktu satu jam." Kata Alice sambil melihat segala tempat di bar itu sekilas.
"Kau serius?" Tanya Alex tak percaya.
"Kenapa tidak? Ini mungkin kesempatan seumur hidup." Balas Alice
"Kau tak akan menyesali ini." Kata Alex
"Aku yakin aku akan sangat menyesalinya." Kata Alice kepada dirinya sendiri.
Mereka pun bangkit dari kursi mereka dan ikut berdansa di bar. Dan saling beradu duet melempar anak panah ke papan darts. Setelah itu, mereka berlomba bowling. Mengendarai monster truck dan mengendarai sepeda motor besar sambil melakukan aksi beserta trick mereka. Lalu, meluncurkan kembang api ke langit malam dengan jumlah yang banyak. Kemudian, mereka menaiki kedua banteng yang mengamuk di suatu peternakan disana.
"Aku seorang koboi!" Sorak Alex yang masih menunggangi bantengnya yang menggila.
Tak lama, setelah itu Alex langsung terpental dan jatuh ke arah jerami. Alice yang berhasil menjinakkan bantengnya pun langsung tertawa. Kemudian, banteng itu pun menyeruduk Alex hingga Ia jatuh tercebur ke kolam ikan. Alice pun makin tertawa terpingkal-pingkal. Setelah puas menunggangi banteng yang mereka curi dan mulai menggila. Mereka pun kembali ke dalam bar sambil tertawa dan duduk di kedua bangku kosong tersebut.
"Ya, tertawalah." Kata Alex kesal namun masih tertawa sambil mengelap wajahnya yang basah.
"Setidaknya kau senang menikmatinya." Kata Alice
"Ini masa terbaikku. Tak mungkin ada maslah disini." Kata Alex sambil meneguk wiskinya.
Tak lama kemudian beberapa orang berbadan besar mendatangi mereka.
"Bisa kami bantu?" Tanya Alice
"Kami tak suka orang sepertimu disini." Kata salah satu pria berbadan besar itu kepada Alex.
"Dengar, aku tidak mau berkelahi. Bagaimana jika kita selesaikan secara kekeluargaan?" Tawar Alex sambil menoleh ke arah setas uang berisi ratusan dolar miliknya di meja.

"Berapa harganya?"
"Apa?" Tanya Alex sambil menyernyitkan dahinya.
"Berapa harga gadis itu?" Tanya salah satu dari mereka.
"Aku tidak dijual." Kata Alice dengan cepat.
"Oh gadis itu, ambil saja silahkan! Dia gratis, aku tidak peduli!" Kata Alex sambil mengambil tas yang berisi uangnya kembali.
"Berengsek kau!" Umpat Alice sambil melayangkan tinjunya ke wajah Alex, tapi Alex dengan cepat menunduk sehingga tinjuannya mengenai salah satu pria besar itu. Dan seketika pria itu langsung tumbang mengenai sekelompok geng motor di belakangnya. Seketika itu, juga semuanya menjadi salah paham sehingga membuat seisi bar berkelahi satu sama lain.
Alex dengan gesitnya meninju kepala pria yang di depannya, dan meninju ulu hati pria di sebelahnya. Kemudian, Ia menyikut kepala seseorang yang berada di belakangnya.
"Bagus! Siapa berikutnya? Siapa mau rasakan? Siapa yang mau kuhajar?" Kata Alex sambil mengambil foto dari sebuah ponsel entah milik sapa dan memotret dirinya bersama orang yang sudah pingsan dengan giginya yang lepas. Setelah itu, Ia asik melanjutkan perkelahiannya, begitu juga Alice yang masih sibuk berkelahi tanpa bicara.
Tak lama kemudian, seisi bar sudah rumbang semua karena ulah mereka berdua. Kemudian, mereka langsung berjalan keluar dari bar. Alex tampak senang menikmati perkelahian itu, sedangkan Alice tidak.
"Alice, kau kenapa?" Tanya Alex sambil memberhentikan langkahnya dengan wajah puas habis berkelahi. Alice pun memberhentikan langkahnya dan berbalik ke menatap saudaranya itu.
"Apa kau berfikir untuk menjualku pada pecundang menjijikkan itu? Tidak, bahkan kau memberikan aku gratis kepada mereka. Kau anggap aku ini apa?" Balas Alice sambil berbalik pergi melanjutkan langkahnya.

"Oh ayolah Alice! Aku hanya bercanda!" Kata Alex yang masih diam di tempatnya. Alice pun tak mendengarkan saudaranya, dan tetap naik masuk ke mobilnya. Tiba-tiba orang-orang yang mereka pukuli di bar langsung mengejarnya. Seketika itu juga Alex belari pergi menuju mobil Alice.
"Kejar mereka! Jangan sampai mereka lolos!"
"Sampai jumpa, bodoh!" Kata Alex langsung melompat melewati bagian depan mobil dan membuka pintu mobilnya dengan cepat dan langsung duduk naik ke mobil Alice. Seketika itu juga Alice melaju pergi. Selama di mobil, Alice tak bicara sepatah katapun. Sedangkan, Alex sibuk melahap makanan dari paperbag yang berada di kursi belakang.
Tak lama kemudian, mereka sampai di suatu hotel, dan salah satu pemilik hotel itu yang kebetulan kesana mengira Alex dan Alice adalah pasangan. Alex pun hanya mengangguk mengiyakan saja, sedangkan Alice tampaknya tidak setuju. Setelah itu, pria itu langsung menanyakan siapa nama mereka sambil mengantar mereka berjalan ke kamar mereka.
"Kami adalah pasangan…" Kata Alice dengan gugup karena tidak tahu harus menggunakan nama samara apa.
"Lucifer dan Lucinda!" Seru Alex sambil merangkul Alice dan menyerahkan kedua ID palsu mereka yang sudah lama Ia buat untuk berjaga-jaga.
Kenapa namaku jelek sekali! Lucinda?! Nama macam apa itu?! Nama Lucifer memang cocok dengan dirimu yang bajingan! Kata Alice berbicara menggunakan telepatinya sambil menyikut perut Alex.
Sudah beruntung dirimu karena aku punya nama samarannya! Balas Alex
"Baiklah Lucinda dan Lucifer."
BHAHAHAHAHA LUCINDA! RASAKAN ITU ALICE!
Sudah kuduga kau sengaja, dasar berengsek!
"Buktikan kalau kalian benar-benar pasangan." Kata pria itu.
"Buktikan seperti apa?"
"Entahlah, cium dia mungkin?"
What the fuck! Aku tidak sudi membayangkannya saja aku sudah mau muntah. Batin Alex
Mendengarnya saja sudah membuatku ingin ke toilet dan memuntahkan semua isi perutku. Batin Alice
Alex langsung dengan cepat mencium bibir Alice.
Wajah Alice sudah pucat seakan-akan dia mau muntah. Sedangkan wajah Alex juga tak ada bedanya dengan Alice, hanya saja dia menutupinya dengan senyum canggungnya.
Baiklah itu menjijikkan. Perutku benar-benar mual. Batin Alex
"Sudah, kan? Kalau cium bibirnya lebih lama mungkin dia akan menyayat kemaluanku dan memajangnya di dinding. Setelah ini pun, mungkin dia akan menendang kemaluanku di kamar. Kami berpasangan karena dijodohkan oleh orangtua kami." Kata Alex
"Aneh, jaman sekarang masih ada yang menjodoh-jodohkan anaknya?"
"Ya, begitulah orangtua kami sedikit sinting seperti anaknya." Kata Alice dengan maksud menyindir Alex.
"Baiklah, nikmati kamar kalian." Kata pria itu sambil melangkah pergi. Kedua pasangan palsu itu langsung berpura-pura tersenyum ramah sampai pada akhirnya pria itu sudah berada sangat jauh dari mereka. Keduanya pun segera menutup pintu dan pergi muntah di kamar mandi.
"Muntahkan Alice! Muntahkan! Hoek!" Kata Alex muntah sambil menggosok-gosokkan mulutnya dengan sabun.
"Hoek! Uhuk! Uhuk! Hoek! Jangan menyuruhku!" Kata Alice yang juga muntah serta terbatuk-batuk sambil menyikat mulutnya dengan tangannya.
Beberapa menit berlalu, setelah selesai membersihkan diri mereka. Alex pun menatap saudarinya langsung salah satu ranjang tersebut. Ia pun bingung tidak biasanya Alice langsung tidur, biasanya mereka akan saling melempar bantal sampai membuat kamar hotelnya menjadi hancur berantakan, namun tidak kali ini. Alex pun melemparkan sebuah bantal yang berada di sofa ke kepala Alice. Gadis yang sedang berbaring sambil memejamkan matanya itu kangsung berdecak kesal.
"Aku sedang lelah dan sakit." Kata Alice sambil melemparkan bantalnya lebih keras ke kepala Alex.
"Kau bisa sakit? Apa tidak sekalian ke surga, Alice?" Ledek Alex
"Aku sakit sampai hampir mati rasanya punya saudara bodoh sepertimu! Sebaiknya kau tidur, Al" Balas Alice
"Kau saja yang tidur, aku akan terjaga menikmati bumi selagi bisa." Kata Alex sambil melompat ke ranjangnya dan menyalakan televise, seketika itu juga saluran TV berita disana menampakkan wajah mereka terpajang di berita. Alex pun menjadi malas, dan mematikan televisinya. Kemudian, membuka pakaian beserta celana jinsnya saja, sehingga kini dia hanya memakai boxernya saja. Kemudian membuka sebuah portal dan berubah menjadi sabertooth untuk melesat pergi kesana.
***
Keesokan harinya, mereka masih belum pindah dari kamar hotel. Namun, Alice tidak ada di kamar hotel itu, dia sedang berada di taman hutan lain yang berada di sana. Hanya Alex yang maish berada di kamar hotel tersebut sambil mencuci sebuah pion emas berbentuk centaurus yang baru saja Ia dapat dari hasil menjelajahnya di hutan lain subuh tadi. Setelah memastikan pion emas itu bersih, Alex langsung duduk di sebuah bangku sambil membuat lingkaran portal menuju tempat saudarinya berada.
"Hei! Tangkap ini!" Kata Alex sambil melemparkan pion emas centaurus itu kepada Alice yang langsung ditangkap oleh gadis itu.
"Alex, dimana kau temukan pion emas centaurus ini. Aku kehilangan ini di hutan, saat Magnus menarikku kembali ke masa sekarang." Tanya Alice sambil memegang pion emas itu.

"Di dalam hutan saat aku pergi menjelajah sebentar tadi." Kata Alex santai sambil menyentuhkan jempolnya di dagunya.

"Bagaimana kau tahu kalau aku kehilangan ini? Kau kan tidak tahu apa yang aku lihat dan lalui saat di portal milik Magnus, kan?" Tanya Alice sambil berjalan melewati portal teleportasi milik Alex dan gadis itu kini sudah berada di depan Alex.
"Aku memang tidak tahu, aku hanya menemukannya dan aku langsung berfikir untuk memberikannya padamu." Jawab Alex
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!
Terdengar pintu kamar mereka sudah terbuka, seketika itu mereka langsung terkejut.
"Shit! Bagaimana ini? Kau mau aku buat portal kemana lagi? Aku tak bisa memikirkan satu pun tempat difikiranku saat ini." Kata Alex sambil berdiri dari kursinya dan mengemasi barangnya.
"Baiklah, tenangkan dirimu. Kita akan buka pintunya." Kata Alice
"Apa kau gila?! Mereka akan membedahku!" Kata Alex sambil mengguncang-guncangkan tubuh Alice.
"Tenangkan dirimu, bodoh!" Kata Alice sambil memukul kepala Alex.
"Kau bisa serang dia dengan kekuatan memanipulasi medan magnet yang ada jika itu musuh."
"Aku kehilangan kekuatanku itu Alice!" Seru Alex sambil mencoba menggerakkan kursi besi, namun kursi itu sama sekali tidak bergerak, malahan dia terlihat seperti orang bodoh.
"Baiklah, bagaimana kalau kita atasi dengan ini." Kata Alice sambil menodongkan pistol ke kepala Alex.
"Baiklah, mungkin itu akan berhasil." Kata Alex yang tiba-tiba tenang.
Dor!
Peluru itu langsung penyok dan jatuh ke lantai setelah mengenai kepala Alex.
"Arrgghh! Kenapa kau menembak kepalaku? Sakit bodoh!"
"Tadi kan kau menyuruhku untuk menembakmu?" Kata Alice membela dirinya.
"Tembak di lengan, bukan di wajah! Meskipun aku tidak akan mati tapi rasanya tetap sakit. Kata Alex sambil menggosok-gosok kepalanya.
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok Tok!
"Uaackkk! Apa yang harus kita lakukan?!"
"Tenanglah Alex kau bertindak seolah-olah kau tak punya kekuatan. Kau kan masih bisa berubah menjadi sabertooth?"
"Ini adalah baju terakhirku! Kalau aku jadi sabertooth nanti aku tak bisa kembali menjadi manusia. Karena kalu aku menjadi manusia, aku akan terlanjang, bodoh! Aku tidak akan mau memakai pakaianmu, karena bajumu itu tidak akan ada yang muat dengan tubuhku!" Kata Alex
"Gunakan cakarmu saja." Kata Alice sambil mengeluarkan cakar berbahan logam tungsten dari kukunya. Kemudian memasukkan cakarnya kembali.
Alice pun langsung membuka pintu tersebut, dan tampaklah Vincent yang sudah berdiri disana bersama Jean Lopez. Alex langsung mengelus-elus dadanya lega.
"Kita harus pergi, kalian jadi buronan sekarang. Alice, pergilah dengan Jean ke mobilnya. Dan jangan lupa ledakkan mobilmu Sedangkan kau, Alex... kau pergi denganku." Kata Vincent
Mereka pun menuruti apa kata ayah mereka. Saat ini, Vincent sedang mengemudikan kendaraan sedangkan Alex duduk dibangku sebelah pengemudi malam itu sambil berbincang-bincang.
"Baiklah, hentikan percakapan memalukan ini." Kata Vincent yang masih focus mengemudi.
"Ayolah katakan!" Kata Alex sambil tekekeh.
"Aku ingin membuktikan diri dalam tekanan serius. Aku mau pergi ke suatu tempat yang lebih serius, entahlah mungkin aku akan melakukan pertunjukan dan sebagainya? Dan entahlah, lihat saja nanti arahnya." Kata Vincent yang langsung membuat wajah Alex tidak percaya.
"Kau meninggalkan semuanya? Kenapa?" Tanya Alex dengan raut wajah masih tak percaya.
"Kau sulit mengerti ini, tapi yang kumau adalah kebebasan." Kata Vincent
"Kau sebut itu kebebasan? Kau bisa melakukan apa yang kau mau! Kau bahkan memiliki teman, apakah kau tak pernah berfikir mereka membutuhkanmu?" Tanya Alex
"Mereka bisa menghubungi orang lain." Jawab Vincent
"Tapi tidak. Mereka menghubungimu. Lagipula apa yang lebih penting dari melindungi teman-temanmu?" Tanya Alex
Tiba-tiba sebuah mobil robot melontarkan harpoon di bagian belakang mobil mereka sehingga membuat mobil mereka terguncang sedikit dan menarik mobil itu ke belakang.
"Kau mendapatkan teman, dan kau tak pernah merasa kesepian! Sedangkan aku selalu mendapatkan teman yang palsu!" Kata Alex kepada Vincent yang masih sibuk mengemudikan mobil miliknya agar lepas dari harpoon yang menancap itu.
"Kau lihat ada harpoon yang menancap di bagian mobil kita?!" Balas Alex saat mobil mereka dihantam ke kanan pembatas jalan sehingga membuat Alex terlontar ke depan, dan hampir terjatuh jika Ia tidak memegang bagian depan mobil.
"Kenapa kau meninggalkan kelompokmu yang sempurna itu?!" Kata Alex yang masih berpengan pada bagian depan mobil, namun tanpa sengaja Ia mengendalikan segala jenis logam di dekat jalan dan menarik ke arahnya. Tiba-tiba harpun itu menarik mereka hingga membuat mobil Vincent berhenti mendadak dan Alex pun terlempar ke belakang mengenai mobil hitam robot itu. Dan tanpa sengaja, Ia meremukkan mobil itu dengan kekuatannya. Harpun itu pun akhirnya terlepas. Seketika itu juga, Vincent langsung mengemudikan mobilnya ke belakang, dan berhenti tak jauh dari Alex yang terbaring di trotoar dekat mobil robot yang penyok itu.
"Alex!" Seru Vincent yang masih berada di dalam mobilnya. Dan seketika itu juga Alex bangkit berdiri sambil membuka matanya, kemudian berjalan sambil terhuyung ke arah Vincent.
"Ha! Hanya itu kemampuanmu?" Kata Alex pada mobil robot besar itu disamping Alex.
"Tidak, tapi terimakasih sudah bertanya." Kata suara dari robot mobil itu sambil bersiap mengeluarkan robot lain.
"Kenapa kau tidak mati?" Kata Alex pada mesin itu sambil berlari dan melompat naik ke mobil Vincent, dan segera melaju pergi.
Robot itu kini mengeluarkan tank yang melontarkan sebuah granat ke bawah yang mengincar bagian bawah mobil itu. Vincent segera mengemudikan mobilnya ke kanan sehingga bom itu mengenai mobil kendaraan lain, dan seketika mobil itu meledak. Tank itu menembakkan piringan bom lagi, dan Alex pun segera berpindah ke bagian belakang mobilnya. Kemudian membuat bom itu terlempar ke arah tank itu sendiri dan meledak seketika. Setelah itu, Ia langsung kembali berpindah ke belakang.
"Jeezz! Siapa orang ini? Robot itu beranak terus!" Kata Alex ketika melihat robot itu mengeluarkan robot ain berbentuk sepeda motor dan melontarkan beberapa bom roket mini kepada mereka.
"Giliranku, kemudikan mobilnya." Kata Vincent sambil bertukar posisi tempat duduk dengan Alex.

"Kau mau menggunakan kekuatanmu?" Tanya Alex yang kini mengemudi membelok-belokkan mobilnya agar tidak terkena serangan bom itu.
"Tidak, tapi aku akan menyelesaikannya dengan cara lama." Kata Vincent sambil berdiri dan mengeluarkan senjatanya.
Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Tembakan Vincent mengenai semua roket mini itu. Kemudian, Ia berpindah ke belakang dan menembak robot berupa sepeda motor itu dengan pelontar granatnya. Mereka pun bertukar kemudi lagi, kini Vincent yang sibuk mengemudikan mobilnya sedangkan Alex sedang bersantai menikmati kemenangan. Tak lama kemudian sebuah drone mini muncul lagi dari balik ledakan dan berpindah ke depan mobil mereka.
"Yang ini lucu, bolehkah kita simpan kamera kecil drone ini?" Tanya Alex ketika melihat drone mini disebelahnya itu.
Seketika robot itu langsung mengeluarkan sinar lasernya dan mau membelah mobil mereka menjadi dua.
"Holy Fuck! Lakukan sesuatu sebelum robot mini itu membelah mobil kita menjadi dua." Kata Vincent yang masih mengemudi.
Alex langsung menarik robot tersebut ke tangannya layaknya magnet yang menarik loga, lalu Ia langsung merekmukkan bagian luar robot itu. Sehingga kini hanya tersisa lingkaran bulat berwarna merah dengan suara beep, beep, beep, beep, beep, dan suara itu semakin cepat setiap detiknya. Alex pun langsung menghilang berteleportasi menghilang ke hutan di sebelah mereka, seketika itu juga Vincent langsung memberhentikan mobilnya dan berlari ke arah hutan mencari Alex. Baru saja, Ia memasuki bagian hutan itu. Ledakan dahsyat langsung terjadi di tengah hutan, hingga mengenai sirinya yang berada di bagian luar hutan.
***
"Denyutnya cepat sekali, bagaimana cara kita untuk membangunkannya?" Tanya Jean yang melihat Alex masih terbaring dengan menggunakan pakaian baru yang baru dikenakan oleh mereka.
Alice langsung berjalan ke Alex yang masih pingsan dan menyiramnya dengan wiski, seketika itu juga Alex membuka matanya, yah dia kini berada di villa Vincent yang untuk disebut villa, tempat itu lebih pantas disebut mansion karena ukurannya yang amat besar, yang disertai beberapa pria berjas disana. Ia pun langsung mengeap wajahnya yang basah karena wiski.
"Sudah bangun pangeran tukang tidur?" Ledek Alice yang berada di depannya yang sedang duduk tak jauh dari Vincent dan Jean.
"Siapa pria itu?" Tanya Alex

"Ryan Alfero. Dialah yang memiliki perusahaan bernama Skyfall yang memproduksi senjata yang bisa membunuh kita. Dia seharusnya sudah mati bersama ibunya karena dijadikan oleh percobaa oleh ayahnya Arthur Alfero, sepertinya dia tak terlalu ingat tentang kita. Tapi, kita berdua harus menghentikannya sebelum terlambat, bukan?" Kata Alice
"Kedua saudara yang sebenarnya bermusuhan untuk menghentikan sebuah organisasi criminal misterius terakhir, berisikan orang-orang yang sedang mengembangkan senjata yang bisa membunuh orang-orang Cycrotonictus. Perusahaan Skyfall masih berdiri dan dijalankan secara misterius. Kedengarannya konyol, bukan?" Kata Vincent
"Apa?!" Kata mereka secara bersamaan.
"No fucking way!" Jawab Alex dan Alice secara bersamaan.
"Aku tidak mau berpura-pura bekerja sama dengannya karena orang ini benar-benar bajingan!" Kata mereka secara bersamaan lagi dan saling tunjuk.
"Kau dan aku tidak akan bekerja sama, itu hanya membuang waktuku saja. Lebih baik aku bekerja sendiri." Kata Alice
"Aku juga tidak akan bekerja sama dengan keparat sepertimu!" Balas Alex
"Kau hanya melibatkanku dalam masalah!" Kata Alice
"Tak ada yang menyuruhmu terlibat dalam ini!" Kata Alex menaikkan suaranya.
"Tolong ingatkan dirimu yang tak berguna kepada otak kecilmu yang sangat kecil itu. Kau yang memintamu untuk menolongmu, sialan!" Balas Alice
"Mau kujual dirimu kepada orang-orang di bar?!" Kata Alex
"Kau terdengar seperti buaya darat!" Kata Alice
"Kau terdengar seperti perempuan jalang!" Balas Alex, dan seketika itu Alice langsung mengambil kursi besi dan melemparkannya pada Alex.
"Hei! Tidak boleh melempar barang disini!" Kata Vincent kepada kedua anaknya.
Hahahahaha mampus kau setan kecil!
Diamlah bajingan!
Alex langsung tersenyum puas melihat Alice dimarahi oleh ayahnya.
"Baiklah, sekarang aku percaya kalau mereka saudara kembar." Kata Jean
Tak lama kemudian, seorang pria berhasil masuk diantara ruangan mereka. Pria itu, tak lain adalah Ryan Alfero.
"Kenapa kau membiarkan dia masuk?" Bisik Alice kepada salah satu penjaga berjas disana.
"Maaf nyonya, tapi kita tak punya pilihan. Ayah anda yang menyuruh kami untuk membiarkan orang aneh itu masuk sebelum masalah dengan pemerintah makin besar."
"Akhirnya aku menemukanmu Alexander Travolt." Kata Ryan sambil berjalan mendekati Alex.
"Terserah, kau mau apa?" Tanya Alex malas.
"Kau sudah melanggar-
"Ya, ya, ya, aku sudah tahu! Aku tidak sengaja, sekarang pergilah." Kata Alex
"Tidak, sampai kau dan keluargamu ikut denganku." Kata Ryan
"Apa? Kami bukan alien." Tanya Alex menyernyitkan dahinya.

"Kalian adalah ancaman bagi Amerika Serikat, terutama untukmu Alexander." Kata Ryan sambil menodongkan pistolnya ke kepala Alex.

"Mereka tak ada hubungannya dengan ini. Akulah yang membuat kekacauan ini, bukan mereka." Jawab Alex
"Memang benar, tapi mereka membantumu. Membantumu, berarti membantu musuh Amerika Serikat." Kata Ryan yang masih menodongkan pistolnya.
"Ayah suruh anak buahmu menembak si sinting ini sebelum dia menembak Alex. Pistol yang dia todongkan itu bukan pistol biasa." Bisik Alice kepada Vincent yang malah menyuruh semua anak buahnya untuk keluar.
"Aku percaya pada Alex yang bisa menyelesaikan ini. Apapun yang terjadi, tolong jangan keluarkan kekuatanmu sebelum kau terlibat dalam masalah yang sama dengan Alex." Bisik Vincent yang kini berdiri di sebelah Alice.
"Aku dan keluargaku tak akan ikut denganmu." Kata Alex
"Baiklah." Ucap Ryan sambil mengendalikan sebuah robot lewat tangannya yang menembaki dinding- dinding villa mereka dengan pesawat robot yang berada di belakang mereka, lalu Ia keluar dari villa dan masuk ke dalam pesawat itu. Tepat pada saat itu juga, sebuah robot-tobot drone mengelilingi mereka dan bersiap untuk menembaki mereka bertiga.
"Para robotmu mengagumkan, Ryan. Tapi kau tak bisa menangkapku." Kata Alex
"Percaya diri, kata ganti untuk orang bodoh!" Balas Ryan yang berada di dalam pesawat sambil berisap meluncurkan tembakan dan ledakannya ke mereka.
Kita berada di villa lantai berapa, ayah?
Lantai paling atas.
"Alex! Aku tak punya kekuatan teleportasi dan membuat portal sepertimu!" Kata Alice
"Tenanglah, aku tahu harus melakukan apa." Jawab Alex sambil mendorong saudarinya beserta Vincent hingga terjatuh ke bawah, lalu dengan cepat membuat portal lain yang membawa mereka ke kolam renang. Kemudian, dengan cepat berteleportasi ke segala sisi agar tidak terkena tembakannya sambil meremukkan seluruh drone yang menyerangnya.
"Sekarang hanya ada kau beserta roket berkekuatan matahari itu dan aku. Jujur aku cukup terkesan bagaimana kau bisa mengetahui kelemahanku. Mari kita tepuk tangan untuk itu!" Kata Alex yang langsung ditembaki ribuan peluru beserta bom roket ke arahnya. Ia langsung dengan gesit berteleportasi dan menghilang dengan cepat, kemudian muncul lagi ke tempat lain sehingga bom roket dan peluru itu tak mengenainya. Tapi tak lama kemudian, salah satu roket itu meledak mengenai kaki Alex yang baru saja mau berteleportasi ke tempat lain sehingga Alex langsung terjungkal ke depan.
"Keluarga Alfero benar-benar keparat!" Kata Alex sambil bangkit berdiri dan berubah menjadi sabertooth.
"Sudah kubilang percaya diri hanya membuat orang terlihat bodoh. Saat kau tertembak oleh energy matahri, kau tak bisa mengendalikan kekuatan magnetmu, kan? Teknologi bisa membunuh mutant amatiran seperti dirimu." Kata Ryan yang masih berada di dalam pesawat.
"Kau mau aku cepat? Ayo kita gunakan cara cepat." Kata Alex yang langsung berlari sambil berteportasi dengan gesitnya berputar-putar ke arah gedung kota. Ia terus mucul di sisi kanan dan kiri kota sambil menghindari serangan dari pesawat Ryan. Pesawat itu lantas meledakkan beberapa sisi gedung kota. Ia muncul ke arah gedung kota dan muncul di sisi jendela gedung yang lainnya, kemudian berteleport menembus sebuah truk gas di depannya, tapi Ryan menembaki truk itu dengan roketnya yang meluncur cepat.
"Bagaimana mungkin ada yang menyusul dan memperhitungkan gerakanku? Kata Alex sambil membuat portal lingkaran beberapa meter darinya, dan masuk ke dalam sana. Begitu juga dengan pesawat Ryan yang berhasil memasuki portal Alex. Mereka muncul ke sebuah kota di Italia dan Ryan tetap menembakinya. Alex pun membuat portal lain di depannya yang menuju ke hutan.
Duar! Duar! Duar Duar!
Sambil berteleport ke seluruh sisi hutan, Ryan terus mengejarnya dengan pesawatnya dan menembakinya seolah-olah energy itu tak pernah habis.
"Sial! Aku tak bisa lolos, dia pesawatnya bergerak secepat aku berteleportasi!" Kata Alex sambil mengeluarkan portal lain yang mengarah ke gurun. Pesawat Alex pun ikut masuk ke dalam portal tersebut dan masih menembaki Alex.
Duar! Duar! Duar!
Tembakan itu nyaris mengenai Alex jika Alex tidak gesit berteleport dirinya akan mati. Alex dengan cepat berteleport ke depan dan berbagai sisi padang gurun, tembakan ledakan it uterus nyaris mengenainya. Alex pun dengan cepat berteleport ke tempat yang sedikit lebih jauh dari mereka dan dengan cepat berlari menuju portal lingkaran yang baru saja Ia buat, tetapi Ryan melihatnya dan berhasil menembak bagian belakang tubunh Alex dengan kekuatan yang besar.
Sebuah portal terbentuk di bagian halaman belakang villa Vincent dan seekor sabertoooth langsung terlempar dan terguling di trotoar, bersamaan dengan pesawat Ryan yang muncul.
"Kau makhluk yang mengagumkan. Aku akan senang untuk membedahmu berkali-kali untuk penelitian." Kata Ryan yang langsung menembak Alex yang sudah pingsan dengan energy matahari yang lebih besar hingga meledakkan seluruh villa itu.
"Sudah ada banyak terobosan ilmiah dengan uji coba hewan. Tapi kali ini aku akan sukses besar, karenamu." Kata Ryan yang tidak sadar kalau Alice sudah masuk ke dalam pesawatnya dan langsung meninju kepala pria itu dari belakang.
"Sial!" Kata Ryan sambil membalas tinjuan Alice, tapi Alice langsung menghindar dan meninju rahangnya.
"Tak ada yang boleh menyakiti saudaraku selain diriku!" Kata Alice sambil meninju ulu hati pria tersebut.
Tepat pada saat itu juga Ryan langsung menyikut kepala Alice dan membalikkan pesawatnya sehingga Alice terjatuh dari pesawat karena tidak sempat berpegangan hingga terhantam trotoar, sedangkan Ryan berpegangan pada kemudinya, setelah itu, Ia membalikkan pesawatnya seperti semula dan menerbangkannya dengan tinggi.
"Kenapa kau membuang hidupmu demi makhluk yang bodoh seperti ini? Sebentar lagi kau akan mati!" Kata Ryan terkekeh.
Duar!
Vincent menembak pesawat Ryan dengan pelontar granatnya.
"Kau berurusan dengan keluarga Travolt, berengsek!"
"Alex!" Kata Alice yang menghampiri saudaranya itu. Ia memeriksa denyut jantungnya, tapi tidak ada detakan jantung sedikit pun.
"Tidak, ini tak mungkin terjadi!" Kata Alice sambil meneteskan air matanya.
"Seseorang harus menaruhnya dalam es agar jasadnya tetap segar. Dia hanya orang bodoh, bumi bukanlah tempatnya." Kata Ryan
"Orang bodoh itu lebih manusiawi dari dirimu! Bumi adalah tempat tinggalnya, dan dia adalah saudaraku!" Teriak Alice
Tiba-tiba mata Alex terbuka disertai dengan gelombang elektromagnetik yang besar disekitarnya, semua unsur logam dari tanah dan disekitarnya tertarik, bahkan pesawat Ryan pun ikut tertarik. Alex bangkit berdiri, dan melayang beberapa kaki ke depan pesawat Ryan seakan-akan dia tak memiliki gravitasi.
"Kau tidak akan mengambil apapun dariku. Ini adalah kekuatanku. Aku tak akan menggunakannya untuk kabur dari bajingan sepertimu." Kata Alex sambil menyerang pesawat Alex dengan berbagai unsur logam yang berada di sekitarnya. Setelah itu, Ryan langsung melontarkan seluruh berbagai bom roket ke arah Alex tapi Ia langsung menahan semua tembakan yang mengarah kepadanya.
"Aku takkan meninggalkan tempat ini, karena kau yang akan mati!" Kata Alex sambil membalikkan bom roket itu untuk mengarah kepada pesawatnya. Ketika Ryan ingin melaju pergi, pesawatnya tetap ditahan oleh Alex bagaikan magnet sehingga pesawatnya langsung mengenai semua serangan bom roket yang Ia lontarkan sendiri.
***
Kedua saudara kembar itu, kini sedang berbaring di salah satu bukit sambil menatap ribuan bintang, dan cahaya bulan yang menerangi malam itu.
"Sekali-sekali aku ingin meredupkan seluruh cahaya bulan di hatimu agar kau tahu gelapnya perasaanku saat kau meninggalkanku." Kata Alex sambil melirik saudari kembarnya itu sekilas dan kembali menatap cahaya bulan.
"Kegelapan bukan ancaman bagiku, itu hanya peluang untuk menghidupkan cahaya. Selemah apa pun cahaya, akan menerangi kegelapan, sedikit apa pun harapan akan menerangi kehidupan. Akankah aku tetap bersinar nantinya? Mungkin tidak, tapi akan kubagikan cahaya ini kepada sesamaku." Balas Alice sambil menatap ribuan bintang-bintang yang menghiasi malam itu.
"Perjalanan hidup akan selalu melewati sebuah terowongan gelap, untuk itu kita perlu memastikan bahwa cahaya hati tidak pernah padam. Meski matahari menolak untuk bersinar, aku akan tetap disini dan menjadi cahaya untukmu." Kata Alex
"Kenapa kau melakukan ini semua, Alex? Sejak pertama kali kau masuk kembali menjadi keluargaku. Kau bertingkah seolah-olah sayang padanya, setelah itu kau bertingkah seperti membenci ayah. Seperti mengunci dirimu di mobil sehingga membuat ayah harus menarik pintunya sampai lepas saat kau kecil?"
"Aku begini karenamu Alice. Aku tidak berpura-pura sedang menyayangi ayah, aku memang menyayanginya karena dia juga menyayangimu. Hanya saja aku sering bersikap berengsek kepada ayah karenamu Alice. Ketika aku mendapatkan kasih sayang dari ayah, kau terus mengganggungku, menyalahkanku, membuatku merasa kesal, dan merudungku. Jadi aku pun bersikap berengsek kepada ayah agar kau berhenti melakukan itu dan menerimaku menjadi saudaramu. Tapi bersikap berengsek kepada ayah pun kau juga memperlakukanku dengan sama, kau selalu menyalahkanku dalam setiap rintangan di hidupmu. Jadi, aku bersikap berengsek juga kepadamu karena aku harus bingung bebuat apa. Aku bukan orang yang sangat penyabar, karena itu bersikap berengsek sudah melekat dalam diriku. Justru aku yang tanya kepadamu kenapa kau melakukan ini padaku? Semua yang kulakukan terasa salah di matamu. Kau mau aku melakukan apa?" Tanya Alex
"Sejujurnya, aku tidak tahu harus menyuruhmu melakukan apa. Setiap kali aku melihatmu mendapatkan kasih sayang ayah saat masih kecil, rasanya sebagian besar jiwaku menolak untuk berbagi kasih sayang ayah padamu. Sejak kecil, waktu yang ayah habiskan bersamaku sudah terbilang sedikit dari ayah normal lainnya karena pekerjaannya. Lalu, semenjak kau datang rasanya seakan-akan ayah lebih menyayangimu daripada aku. Rasanya dia lebih banyak menghabiskan waktu denganmu. Dan, bohong besar jika aku tak iri padamu karena kenyataannya aku sangat iri. Kau seakan-akan muncul di duniaku dan merebut segalanya dariku. Tapi, aku juga tak ingin kau bersikap berengsek kepada ayah, karena aku ingin kau masih menghargainya sebab dia adalah ayahmu. Kenapa kau malah ikut bersikap berengsek pada Nicholas yang tak ada hubungannya dengan ini? Maksudku peperangan ini hanya ada antara kau dan aku, kenapa jadi bawa-bawa dia?"
"Aku merudung Nicholas dan bersikap berengsek padamu saat kalian menjalin hubungan asmara karena kau akan meninggalkanku dan melupakanku sebagai saudaramu. Lalu, beberapa ribu tahun ke depan mungkin kau tak akan mengenalmu." Kata Alex
"Sahabat sejati, walau tak bersama menjalani hari, selalu menjaga hati. Tak peduli seberapa buruk hatimu, sadarilah bahwa malam yang gelap pun tak sebanding dengan indahnya cahaya pagi. Kita bisa saja terpisah jutaan tahun cahaya, tapi untuk melihatmu, aku hanya cukup memejamkan mata dan lebih dekat dengan hatiku. Aku tidak akan melupakan saudaraku."
***
Cahaya dan kegelapan merupakan dua sisi yang tak bisa dipisahkan. Siang hari, langit terlihat terang karena cahaya matahari. Namun, ketika malam datang, perlahan menjad gelap dan terlihatlah bulan dan bintang-bintang di langit. Seperti cahaya, walau tak tersentuh, selalu menerangi. Seperti angin, walau tidak tampak selalu memberi kesejukan. Sebelum bisa melihat cahaya, kita harus melewati kegelapan. Tak ada yang muncul setelah kegelapan selain cahaya, tak ada yang muncul setelah kesedihan selain kebahagiaan. Kita boleh takut saat melewati kegelapan, tapi kalau tidak melewatinya, kita takkan pernah sampai pada cahaya yang kita inginkan. Terangilah hari esok dengan seberkas cahaya hari ini.
Ada dua cara untuk menyebarkan cahaya. Jadilah lilin yang menyebarkan cahaya dan jadilah cermin yang memantulkan sinarnya. Kegelapan tak bisa mengusir kegelapan, hanya cahaya yang bisa melakukannya. Kebencian tak bisa mengusir kebencian, hanya cinta yang bisa melakukannya. Di balik sebuah bayangan, terdapat suatu cahaya yang bersinar di dekatnya. Mereka yang tak menyadari kalau mereka sedang berjalan di kegelapan, tak akan mencari cahaya. Harapan mampu melihat bahwa ada seberkas cahaya di balik pekatnya kegelapan. Hanya mereka yang memiliki cahaya dalam hatinya yang mampu menerangi sisi gelap dan melihat kebaikan dalam hati orang lain.
The End.
***
Sequelnya akan keluar beberapa bulan lagi. Author mau menyelesaikan cerita yang lainnya dulu :")