I've lived the literal meaning of the 'land of the free' and 'home of the brave.' It's not corny for me. I feel it in my heart. I feel it in my chest. Even at a ball game, when someone talks during the anthem or doesn't take off his hat, it pisses me off. I'm not one to be quiet about it, either. You are there and to their ears, being a Syrian sounds like you're unclean, shameful, indecent; it's like you owe the world an apology for your very existence. An eye for an eye makes the whole world blind. ~ Ray
"Ugh... bajingan." Umpat Laura sambil duduk di bangku taman kampus.
"Ada apa?" Tanya Draco yang tiba-tiba sudah duduk di samping Draco
"Apa kau tidak lihat bajuku yang basah ini? Cassie si jalang menyiramku dengan jus buahnya. Dan mempermalukanku di depan anak yang lain. Dia bilang bahwa aku jalang dan lain-lain. Dia bilang Draco adalah milikku dan menyukaimu duluan. Lalu, aku datang dan merebut semua yang dia miliki.Dia memang bunuh cermin, ya? Dia kira aku memiliki segalanya apa? Semua yang kudapat ini dari kerja keras dan jerih payahku. Dia pikir aku sempurna dan memiliki segalanya tapi tidak! Satu-satunya temanku yang masih utuh adalah Ashline, Caroline, dan Madelyn. Sementara Rebecca bertingkah seperti bajingan. Ivy memang adalah ketua sekaligus teman yang baik tapi dia sekarang sudah pergi dengan Razel. Hubungan keluarga ibuku rusak, hubunganku dengan ayahku memang mulai membaik. Tapi, dia sudah mati sekarang! Jadi apa gunannya?! Aku ingin sekali menghajar wajahnya tapi aku tak bisa, karena Hailey melarangku. Kini aku mengerti perasaanmu dan Kenneth ketika Richard merudungmu."
"Aku juga benci Rebecca Shirley karena dia menghancurkan hati Felix." Balas Draco
"Tunggu. Felix Crawford pernah pacaran dengannya?" Tanya Laura
"Benar, tapi hubungan mereka tak berlangsung lama saat ketika Felix menemukannya selingkuh dengan orang lain. Jeezz! Orang itu bahkan tidak lebih baik dari Felix tapi dia tetap saja mau dengannya. Aku jadi sangat kasihan pada Felix. Semenjak hari itu, Felix entah kenapa makin pendiam dan murung. Mungkin, aku akan membunuh Rebecca Shirley kalau kau tak keberatan, dan juga membunuh Cassie…"
"Jangan lakukan itu! Tak boleh ada yang mati! Untuk apa kau disini, Drac?"
"Membantumu menyelesaikan masalah supaya lebih cepat." Jawab Draco
"Yang kau lakukan hanya mempersulitku. Apakah kau memangnya tahu misiku di kampus ini?" Tanya Laura
"Tidak."
"Ugghh… kemari." Ucap Laura sambil menarik Draco ke sebuah gudang kosong. Setelah itu Ia mengeluarkan sebuah berkas dari tasnya dan memberikannya kepada Draco.
"Ada seseorang disana, mereka meracik narkoba jenis baru. Adderall dicampur dengan ekstasi dicampur dengan entah apa lagi, dan mereka bisa fous belajar selama empat jam, lalu mereka berpesta seolah ini tahun 1999."
"Keren. Mungkin aku akan mencobanya." Ucap Draco
"Draco! Ini tidak keren! Dia sudah mati terkurung di asramanya lalu melompat dari ketinggian! Dia adalah mahasiswi kampus ini, Valentina Balanchine. Kita harus menyusupi pengedarnya dan temukan penyalurnya."
Draco langsung menariknya ke sebuah ruangan lain dan terdapatlah sebuah ruangan lab yang sepi. Disana Draco langsung naik ke jendela sekolah dan melihat Neil beserta teman-temannya.
"Aku dengar tentang Victor. Aku turut berduka.. Aku minta maaf aku tidak hadir berkumpul bersama kalian di pemakamannya kemarin karena aku masih mengumpulkan informasi tentang penyalur yang ternyata adalah salah satu murid disini, tapi aku masih belum menemukan siapa orangnya. Setidaknya, aku tadi pagi sudah mengunjungi makam Victor. Ngomong-ngomong bagaimana dengan Felix dan Michael? Apakah mereka tidak bisa membantu kita?"
"Mereka punya misi mafianya sendiri. Tentang judi dan mengurus persenjataan, narkoba, dan bisnis illegal Nostra Santino. Aku tidak ingin menambah pekerjaan mereka."
"Kita tidak akan dicari sampai kelas selesai. Tidak usah khawatir." Jawab Draco
"Kau mungkin tidak dapat masalah. Tapi aku akan mendapat masalah."
"Aku tidak tahu kenapa sejak awal para dosen membiarkanmu…"
"Karena saat aku masuk. Aku memberikan donasi yang besar pada kampus ini. Dengan kata lain, aku bisa melakukan apapun yang aku mau. Aku boleh melakukan apa saja. Berkat itu, mereka menganggap aku adalah orang dengan kekuasaan tinggi yang tidak boleh disentuh." Kata Draco
"Ugghhh... aku seharusnya tahu itu. Alasan yang sama saat kau dulu boleh mengendari mobil meski dibawah umur."
"Ngomong-ngomong aku mungkin akan segera menemukan orangnya. Aku melihat Neil beserta teman-temannya tim hockeynya sedang membagikan narkoba. Aku masuk tim hockey kampus ini. Mungkin mencarinya tidak sesulit itu."
Tak lama kemudian, Draco membuka pintu kamar apartement Laura dan menemukannya sedang sibuk dengan laptopnya.
"Aku menemukan orangnya, dia adalah Cassie Alexxandra."
"Aku tahu, dan kejahatan yang Ia lakukan tidak hanya itu. Baru-baru ini dia mencuri supervirus mematikan. Senjata yang dia curi belum pernah kita lihat. Dia menghabisi seluruh tim agent yang menjaga lab itu. Kini, aku kesulitan menemukan lokasinya sekarang." Kata Laura
"Arahkan ke area perampokan... Sekarang balikkan. Dan tandai area yang tidak dijangkau kamera." Kata Draco dan Laura pun langsung melakukan apa yang diperintahkan olehnya.
"Dia pintar. Dia membunuh seluruh tim agent rahasia untuk mencuri virus mematikan. Dan tak tertangkap kamera." Gumam Laura
"Yah, setidaknya kau lebih pintar daripada dia sampai memanfaatkanku untuk kasus ini, Laura." Kata Draco sambil meremas sebuah kursi di dekat meja Laura.
"Dengar, aku tak membutuhkanmu lagi! Aku bisa melakukan semuanya sendiri. Mungkin, kau bisa bersenang-senang di Las Vegas sekarang!" Kata Laura sambil melangkah pergi.
"Ini semua salahmu, Laura. Kau tahu? Semua yang terjadi adalah karenamu! Aku melakukan semua ini adalah karenamu!" Bentak Draco yang membuat langkah kaki Laura berhenti
"Sebenarnya hubungan kita ini apa?" Balas Laura sambil menoleh ke arah Draco. Dia hanya diam sambil memijat keningnya, Laura pun langsung melanjutkan langkahnya untuk pergi.
***
Mobil sport Draco berhenti melaju ketika Ia sudah sampai ke sebuah gedung apartement sepi yang gelap. Draco menaiki tangga-tangga apartement itu sambil membawa shotgunnya, dan membuka salah satu kamar itu dengan perlahan. Dan seperti dugaannya dia menemukan sebuah tali yang mengarah ke sebuah granat. Jika, dia langsung membuka pintu itu lebar-lebar, maka bom itu akan meledak. Draco pun langsung masuk ke kamar apartement itu dengan hati-hati.
Tiba-tiba Ia langsung mendengar langkah kaki di belakangnya. Ia langsung menembakkan shotgun ke tubuh pria yang berada di belakangnya sampai pria itu terlempar ke sebuah kaca hingga pecah. Draco juga langsung menembak pria lain yang berada di sampingnya. Tepat pada saat itu juga, Draco langsung memutar shotgunnya dan memukul kepala musuhnya yang lain dengan shotgun berkali-kali. Setelah itu, Ia langsung berbalik dan mendorong shotgun tersebut ke wajah musuh yang berada di belakangnya. Salah satu musuh yang berada di depannya langsung menendangnya, akan tetapi Draco langsung memukul kaki musuhnya tersebut dengan shotgun. Ia juga menangkis serangan-serangan musuhnya yang berada di belakangnya, lalu memukul kepala pria itu sampai musuhnya itu terjatuh. Salah satu musuhnya, langsung menendang Draco, tapi Draco langsung menahan kakinya, dan membantingnya ke meja sampai patah.
Syut!
Draco langsung menggerakkan kepalanya untuk mundur dan menghindar dari tinjuan musuhnya. Setelah itu Draco langsung melingkarkan kedua tangannya ke leher musuhnya dan menendangnya menggunakan lututnya. Musuhnya langsung tersungkur dalam sekejap, Ia pun langsung menghantam kepala tersebut dengan shotgun. Salah satu musuhnya langsung bangkit dan meninju pinggang Draco berkali-kali. Ia langsung menahan tangan pria tersebut dan memutarnya sampai pria itu berteriak kesakitan. Pria itu langsung mengambil salah satu guci dan menghantamkannya ke kepala Draco. Setelah itu, Ia langsung mendorongnya sampai Draco terhantam dinding. Pria itu langsung menembaki Draco dengan pistol tapi Draco langsung melemparkan sebuah televisi kepada pria tersebut sehingga Ia menjatuhkan pistolnya. Draco langsung menghantam pria itu berkali-kali sampai pria itu tersungkur. Setelah itu, Ia langsung mengangkat kepala pria itu dan menghantamkannya ke televise.
Salah satu musuhnya yang lain langsung mendorongnya hingga Draco terhantam sebuah dinding kaca hingga pecah. Pria itu langsung menghantam wajah dan perut Draco. Raco pun membalasnya dengan meninju pria tersebut sampai menghantam dinding.
Bug!
Salah satu pria lainnya langsung meninju Draco sampai Ia terjatuh. Ia pun langsung mengambil sebuah koper yang tergeletak disana dan menghantam kepala musuhnya yang berada di depan dengan benda itu. Ia juga melayangkan koper tersebut kebelakang hingga koper tersebut mengenai kepala musuhnya yang berada tepat di belakangnya. Ia terus memukuli kepala para mmusuhnya dengan satu koper yang berada di tangannya itu.
Musuh yang lainnya langsung menendang Draco, tapi Draco langsung menghantam kaki pria itu dengan koper. Dan menghantam kepalanya lagi dengan koper samapi darah menyembur keluar dari mulutnya. Pria berjas abu-abu itu langsung menyerang Draco dengan pisaunya, tetapi Draco langsung menangkisnya dengan koper di tangannya, kemudian menghantamkannya ke kepalanya. Ia pun melemparkan koper itu dan berbalik untuk menendang perut musuhnya sampai pria itu terlempar beberapa meter dan menghantam kaca sampai pecah, lalu terjatuh dari gedung apartement itu.
Draco mendorong musuhnya yang masih bangkit dan menindihnya. Lalu, memukulinya berkali-kali. Salah satu musuh yang berada di belakangnya langsung mencekik Draco dari belakang dan menghantamkannya ke dinding. Kemudian meninju Draco. Namun, Draco menggerakkan kepalanya ke kiri sehingga pukulan musuhna menembus dinding keramik.
Apa-apaan ini? Jelas ini bukan kekuatan manusia biasa karena badan lawanku ini kecil tidak mungkin dia bisa melayangkan tinju sekeras itu. Batin Draco sambil menghantamkan pria tersebut ke dinding sampai retak dan menghantamkannya ke wastafel sampai wastafel itu terbelah menjadi dua. Draco langsung menendangnya sampai tersungkur dan memukul kepala pria tersebut sampai lepas.
"Kau terlihat seperti Don Diego de la Vega seorang bangsawan California yang bertempur melawan tentara dalam perang kemerdekaan Meksiko sebagai Zorro. Apa kau tidak punya topeng lain?" Tanya Laura yang sudah masuk lewat jendela daritadi dan kini berada di depan Draco
"Ini topeng terakhirku. Topeng yang biasa kukenakan hancur semua karena ledakan nuklir di Lebanon minggu lalu." Balas Draco
Laura pun membuka salah satu kamar disana dan menemukan ribuan foto-foto Draco ditempel di sepanjang dinding kamar.
"The Fuck?! Jesus Christ! Ini bahkan lebih menyeramkan daripada saat kau memblender kepala musuhmu ketika berkelahi. Dia benar-benar penggemar berat Draco. Aku tak pernah menyangka dia stalker yang menyeramkan." Kata Laura sambil memandang semua foto itu dan mengamati beberapa diantaranya.
"Siapa gadis yang bermain dengan sepatu roda di sebelahmu?" Tanya Laura sambil menatap foto itu.

"Aku punya bibi angkat bernama May, dia adalah putrinya." Kata Draco
"Bagaimana dengan gadis ini?" Tanya Laura sambil menunjuk salah satu foto Draco yang sedang merangkul seorang gadis.

"Gadis yang kukenal di Los Angeles." Jawab Draco
"Jadi, dia salah satu mantan pacarmu yang kau tiduri?" Tebak Laura
"Daripada kau yang menggunakan Zurt dan Hailey untuk mendapatkan aku bravo sekali laura idemu brilian!"
"Apa kau harus menyalahkanku untuk setiap rintangan di jalanmu?" Balas Laura
"Tidak hanya hari ini saja yang tidak ada hubungannya denganmu." Balas Draco
"Tahukah kamu apa yang terjadi jika aku akan kehilangan klien, ketika aku membuka diri untuk kamu yang mengapa aku tidak akan jatuh cinta dan aku memberi tahumu namanya pertama kali dalam seluruh karirku, aku mengungkapkan nama targetku karena aku mempercayaimu. Sekarang aku di sini, dan ada banyak orang mati di sini." Kata Laura
"Bagaimana dengan ucapan terimakasih karena sudah membantumu? Gara-gara membantumu, tim hockey itu tidak sengaja meledakkan empat kantong heroin di jok belakang mobilku!" Balas Draco
"Uangmu berlimpah Draco. Kau hanya perlu mengambil waktu untuk hanya menjual mobilmu!"
"Kenapa kau tidak bisa memaafkanku untuk sesuatu yang tidak ingin aku lakukan? Kau pikir tindakanku yang menghancurkan hatimu dulu tidak berdampak padaku?" Tanya Draco sambil menatap Laura serius
"Dia berada disana." Kata Laura sambil menunjuk salah satu pintu kamar itu untuk mengalihkan topic pembicaraan.
"What the fuck?!" Draco langsung menepis pistol Cassie. Gadis berambut pirang itu langsung mengeluarkan pistol lainnya dan Draco pun langsung memutar dan menendang tangannya sehingga gadis itu menjatuhkan pistolnya. Cassie mengambil pistolnya lagi yang berada di bagian belakang saku celana jinsnya. Draco langsung menahan tangannya dan mendorongnya. Cassie juga melayangkan beberapa tinjuan serangan kepada Draco, tetapi Draco dengan gesit menangkisnya. Kemudian, merebut pistol gadis itu. Cassie mendorong Draco hingga menghantam dinding, kemudian menyikut tangan Draco yang masih memegang pistolnya. Draco langsung menendang pinggang Cassie yang terluka.
Cassie langsung berteriak kesakitan sambil mengeluarkan pisau dari sakunya dan menyerang kepala Draco yang langsung menunduk untuk menghindari serangannya. Kemudian Draco menahan kedua tangan Cassie yang ingin menyerangnya lagi. Draco pun langsung menendang kaki Cassie hingga Ia mengerang kesakitan. Setelah itu, Ia mendorong Cassie.
"Banyak orang jahat yang mengejarmu. Lakukan ini dengan cara yang mudah atau cara yang sulit?" Tanya Draco
Cassie langsung mengambil sebuah kursi besi dan memukul kepada Draco berkali-kali dan memukul kakinya dengan kursi itu. Setelah itu, Ia menghantam perut Draco dan melemparkan semua perabotan rumah ke arah Draco yang benar-benar tidak mempan. Kemudian, Cassie langsung mengambil botol kaca dan memukul kepala Draco, setelah itu Cassie menendang Draco dan mengunci kepalanya dengan kakinya hingga Draco terjatuh. Gadis pirang itu langsung membuka topeng Draco dan terlihatlah wajah Draco. Laki-laki berambut cokelat itu langsung berdiri dan mengangkat Cassie. Lalu mendudukkannya di meja.
"Kulihat di darkwebb tentang supervirus yang muncul di blog lelang. Aku terkesan." Kata Draco sambil menatap Cassie dengan tatapan serius.
"Aku tidak tahu tentang itu."
"Jangan pura-pura bohong kepadaku! Atau-
"Atau apa kau akan menyiksaku? Aku tidak akan pernah menjawab jawaban yang kau ingin dengar, jika kau tidak-
"Jika aku tidak apa?" Tanya Draco serius
Cassie langsung membisikkan sesuatu di telinga Draco yang membuat ekspresi Draco makin mengerutkan kedua alisnya. Ia pun langsung menghembuskan nafas kasarnya. Kemudian, memegang dagu Cassie dan menempelkan bibir Cassie ke bibirnya. Hal tersebut langsung membuat Laura terkejut dan langsung meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Terdapat seringai kecil di wajah Cassie yang membuka matannya melirik kepergian Laura.
Setelah beberapa detik berciuman, Draco langsung menarik bibirnya dari Cassie yang membuat Cassie yang tidak tahu malunya sudah menghancurkan hubungan seseorang mengeluarkan suara kecewa.
"Baiklah, sudah puas, kan? Sekarang beritahu aku kenapa kau meracuni narkoba yang dijual Tyson Theodore?" Tanya Draco dengan nada yang kesal.
Wajah Cassie tiba-tiba berubah menjadi memelas dan menangis seperti meminta untuk belas kasihan. Draco masih saja menatap wajah Cassie sperti sedang kasihan pada Cassie tapi dia sama sekali tidak memikirkan Cassie. Dia sedang berkelahi dipikirannya.
Aku seharusnya tidak melakukan itu Sekarang Laura makin membenciku!
Bagus kan? Bukankah itu yang kau inginkan? Dia juga bilang tidak mencintaimu, kan?
Tidak! Itu tidak benar! Dia hanya membohongimu untuk membalasmu, kini kau malah membuat masalahnya makin parah!
Arggghhh! Sudahlah! Aku tidak mau mendengarnya lagi!
"Baiklah, sudah selesai menangisnya? Sekarang katakanlah padaku." Kata Draco dengan ekspresi datarnya.
"Aku terpaksa melakukannya." Kata Cassie sambil menahan isak tangisnya.
"Aku tahu. Karena aku bisa mempelajari seseorang saat bertarung. Ketika kau bertarung, kau tak bertarung untuk membunuh. Kau bertarung untuk melarikan diri. Tapi dunia berfikir kau adalah pembunuh dan pencuri. Jadi kau takkan kemana-mana ataupun mendapatkan telepon." Bohong Draco untuk membuat Cassie terpancing saat diberi belas kasihan olehnya. Dan mengatakan sebuah informasi yang penting kepadanya.
"Aku dipaksa untuk menjual narkoba itu oleh Arthur Alfero. Dia juga menyuruhku untuk mengambil virus buatannya dari lab illegal yang sudah dijaga ketat oleh agent-agent itu. Setelah aku mendapatkannya, aku akhirnya tahu seberapa besar virus itu. Aku pun menolak untuk mengembalikannya, jadi aku terpaksa menyuntikkannya ke tubuhku agar aku tidak dibunuh dan melarikan diri. Virus itu adalah penyakit yang diprogram dan bisa menarget serangan rangkaian DNA. Senjata kimia berbentuk kecil mematikan. Senjata itu dapat melelehkan organ dalammu. Mengubah tubuhmu menjadi sup panas besar. Dengan tingkat kematian 100% dalam 72 jam." Jelas Cassie
"Kenapa kau mau bergabung dengan sesuatu yang seperti itu?" Tanya Draco sambil memijat keningnya.
"Dia bilang aku bisa menyelamatkan dunia."
"Menyelamatkan dunia apanya? Yang keluar dari mulur Arthur Alfero hanyalah omong kosong." Kata Draco sambil mengerutkan dahinya.
"Aku butuh pembalap jalanan dan pria yang sangat gemar bermain dengan bahan peledak." Gumam Draco sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
***
Flash On
Di keluarga Alexxandra. Hanya aku yang spesial. Pandai dan cantik. Juga memliki rambut pirang yang rupawan. Setelah menyadari kelebihan itu, mudah bagiku untuk membuat orang orang menyukaiku.
"Sepertinya kau bisa melakukan hal yang sangat penting. Aku merekrutmu karena sepupumu, Felix Crawford adalah gangster. Ayahnya juga adalah mantan agent yang lumayan hebat. Aku harap kau bisa membuatku terkesan. " Kata Ivy
"Aku akan menjalankan kehidupan gelap dengan baik dan tidak menyusahkanmu, Ivy!"
Aku percaya pada diriku sendiri karena selama ini aku tak pernah kalah dari siapapun. Tapi entah bagaimana... aku jadi sadar akan kenyataan bahwa semua hal yang kuharapkan. Prestasi akademis, perhatian ketua gangster, membangun hubungan sosial, orang yang kucintai semuanya menghilang.
Kenapa Laura selalu menghalangi hal hal yang ingin kulakukan?
Siapa anak baru itu? Dia terdengar sangat keji!
Kau lihat bagaimana dia memotong kepala musuhnya dengan pisau?!
Kudengar dari Ivy keluarganya adalah bagian dari kepolisian.
Dia adalah siswi dengan peringkat tertinggi di sekolahnya yang lama. Dia adalah anak yang sangat berprestasi dan juga kejam.
Oh iya! Akhir-akhir ini dia dekat dengan Draco Kingstone! Draco Kingstone! Keluarganya kaya raya! Ditambah lagi dia adalah salah satu anggota mafia Nostra Santino! Bayangkan itu!!! Dia adalah mafia termuda! Dia direkrut jadi bagian Nostra Santino saat usianya baru saja 14 tahun!
Laura juga direkrut menjadi gangster saat usianya 14 tahun, bukan? Awww mereka benar benar cocok.
Tapi bedanya menjadi gangster itu lebih mudah daripada menjadi mafia seperti Draco. Misi kita jelas sedikit berbeda. Lihat saja Cassie Alexxandra! Dia diculik dan Ivy harus meminta bantuan pada kakak beradik Kingstone dari Nostra Santino! Sudah jelas, kan? Kalau misi itu tidak selevel dengan kita. Level kita jauh berbeda dengan mereka.
Tidak seperti Cassie Alexxandra yang selalu menjadi beban dan menyusahkan kita.
Laura benar benar beruntung bisa mendapatkan Draco sebagai temannya.
Hanya sebagai teman? Apa mereka tidak terlalu dekat? Aku rasa ada sesuatu diantara mereka. Kulihat saat Laura belum putus dengan Richard. Draco selalu kelihatan cemburu setiap kali Richard berada di sekitar Laura.
"Ada satu orang anggota The Black Cobra... sepertinya dia butuh kenangan yang menyenangkan. Dan kau pasti tahu cara untuk menciptakan momen itu. Lagipula, dia sepertinya tertarik padamu. " Kata James
"Aku tidak tahu caranya berbicara pada perempuan!" Balas Draco
"Laura Davidson? Apakah kau tidak menganggapnya sebagai perempuan?" Tanya James
"Itu berbeda. Kalau dengan Laura aku selalu merasa nyaman dan aku tidak perlu berpura pura menunjukkan ekspresiku sebenarnya. Dan aku tidak membuat momen indah itu. Karena itu spontan."
"Ugghh... bahkan berbicara dengan jalang di club saja aku merasa tidak nyaman." Gumam Draco
"Hiburlah dia Drac. Dia mungkin masih terkejut saat diculik dan disiksa. Kau telah menyelamatkannya sekali. Mungkin, kau bisa selamatkan dia untuk yang kedua kalinya. Ayolah, setidaknya kau bisa menjadi temannya." Kata James
"Baiklah."
Tatapan mata yang penuh rasa iri akan selalu menjadi milikku. Hanya Dracolah harapanku. Meski sedikit keterlaluan yang penting harga diriku juga diriku bisa menjadi bahagia kembali.
Laura Davidson sedang terjatuh. Dunianya sedang runtuh. Dimanapun dia berada, kuharap tempat itu dalam dan hitam pekat. Asal dia terjatuh semuanya akan kembali padaku lagi. Aku membencimu karena kau selalu memghalangi jalanku.
Flash Off
***
Ray melajukan mobilnya pelan di sekitar markas rahasia yang terletak di Nevada itu.

Setelah itu, Ia memasuki markas tersebut, kemudian berhenti di tengah-tengah markas gelap tersebut, bersamaan dengan ford mustang milik Charlie yang berhenti di depan Draco dan Cassie.
"So this is the girl? Kau benar-benar selalu terlibat dalam masalah, ya? Pertama dia diculik The Black Hawk dan sekarang dia juga masih berurusan dengan masalah yang harus kita selamatkan dua kali. Kau seharusnya mencegah dirimu agar tidak terlalu terlibat dalam satupun masalah besar." Kata Charlie ketika melihat Cassie.

"Jadi, apa rencana kita dalam mengambil alat netralisir yang berada di markas Arthur?" Tanya Ray
"Pertama-tama kita harus mencuri EMP milik Robert yang terletak di sebuah markas." Kata Charlie
"Apa itu EMP?" Tanya Cassie
"Electro Magnetic Pulse (EMP) adalah sebuah gelombang energi yang dapat membuat eror energi listrik (korsleting) sehingga terjadi kerusakan pada setiap benda yang memakai listrik (alat elektronik). Pada tingkat frekuensi yang tinggi, EMP diperkirakan bisa membuat alat elektronik dan sejenisnya meledak akibat terjadi arus pendek. Jadi, setiap benda yang memakai energi listrik menjadi ibarat bom waktu bagi gelombang EMP, contohnya lampu, TV, radio, ponsel, penanak nasi, kulkas, komputer, mobil, motor dan sebagainya." Kata Charlie
"Bom ini didesain untuk "menghancurkan" atau lebih tepatnya membuat rusak segala jenis peralatan yg berhubungan dengan listrik. Generator, komputer, handphone, bahkan sampai mobil yg menggunakan perapian elektrik akan rusak total akibat gelombang elektromanetik yang dikeluarkann dari bom ini." Tambah Ray
"Sampai saat ini, EMP mungkin masih hanya sebatas wacana di kalangan para ahli teknologi. Khususnya masih menjadi perbincangan di bidang militer sebagai alat perang yang berteknologi canggih karena bisa disetarakan dengan bom nuklir. Sehingga bukti keberadaannya masih dipertanyakan dan kalaupun terbukti ada pasti akan menjadi bahan pertentangan. Karena melihat efek EMP bagi peradaban modern ini yang dibentuk dari perkembangan benda yang memakai listrik niscaya selain melumpuhkan juga bisa menghancurkan era teknologi canggih ini dengan sekejap." Kata Charlie
"Senjata ini mampu memutus jaringan listrik di kota besar. Tak ada lampu, tak ada listrik. Kita beruntung kalau Robert memilikinya." Ucap Draco
"Kalau begitu apa ang kita tunggu lagi? Kita tak punya banyak waktu." Kata Charlie sambil masuk ke mobilnya.
Waktu pun berlalu, mereka berhasil menerobos markas milik Robert dan mengambil senjata tersebut.
DUAR!
Mobil Charlie keluar menghancurkan dinding dan menembusnya. Diikuti oleh mobil Draco dan mobil Ray di belakangnya.
"Seharusnya tugasmu hanya membuat pengalihan, Draco! Kini Robert bisa membunuh kita karena telah menghancurkan tempat ini dan membunuh berbagai anak buahnya."
"Aku kira rencananya bukan hanya pengalihan tetapi menyingkirkan semua yang menghalangi kita!"
"Jeezz.. Berapa peledakku yang kau pakai?" Tanya Ray yang masih menyetir.
"Semuanya." Jawab Draco sambil terus mengemudikan mobilnya.
"What the fuck?! Semuanya?"
"Jesus Christ, Draco! Kita masih butuh peledak lainnya." Kata Charlie sambil berbelok ke arah kiri ketika melihat mobil-mobil yang berada di depan mereka.
Dor! Dor! Dor! Dor!
"Mereka masih mengejar kita." Kata Draco ketika melihat beberapa mobil mengejarnya beserta berbagai orang yang menembakinya.
"Kita meledakkan gedung, markas, dan mencuri senjata berbahaya dari Robert. Tentu saja mereka mengejar kita." Balas Charlie yang masih mengemudi.
"Ray, targetkan roketnya kepada mereka." Kata Charlie
"Bom diluncurkan." Gumam Ray sambil menekan sebuah tombol yang berada di mobilnya. Seketika itu juga, mobil mereka bertiga langsung berpencar dan bersamaan dengan beberapa bom roket yang terlontar keluar dan mengenai lusinan mobil yang mengejar mereka sekaligus membuat mereka meledak. Salah satu roket terakhir nyaris mengenai mobil Draco, tetapi Draco dengan cepat membanting setirnya ke kiri.
"Holly Fuck! Kita melewatkan beberapa mobil lagi." Kata Draco
"Tunggu saja."
Beberapa bom roket dengan ukuran yang lebih kecil langsung terlontar lagi dan mengenai mobil-mobil yang masih mengejar mereka.
"Kerja bagus. Aku akan menemuimu setelah ini selesai. Sampai jumpa di markas." Kata Charlie
Mobil Ray langsung berpencar ke arah lain. Tapi mobil Draco masih mengikuti Charlie. Setelah berkendara cukup lama. Charlie langsung menembakki mobil Draco dengan pelontar granat yang membuat mobil itu terpental dan terguling sekaligus meledak secara bersamaan. Mobil Charlie tetap melaju pergi, meninggalkan mobil adiknya terbakar habis. Kulit Draco terbakar habis digantikan oleh tulang-tulang tengkorak. Ia langsung meninju pintu mobil sampai terpental. Lalu, Ia langsung merangkak keluar dari mobil tersebut dan berbaring di trotoar jalan raya itu. Sambil menunggu transformaisnya selesai dengan erangan marah.

"Apa dia sudah gila?!" Amuk Draco sambil bangkit berdiri. Setelah itu, Ia langsung menghilang pergi dalam kobaran api. Dan tak lama kemudian muncul lagi di suatu markas gelap tepat di depan Ray yang sedang berdiri menunggu kehadiran Charlie dan Draco. Kemunculan Draco yang tiba-tiba langsung membuat Ray serentak kaget.
"Jeezz! Bisakah kau tidak muncul tiba-tiba? Dimana Charlie?" Tanya Ray
"Dia berkhianat. Dia membawa EMPnya pergi entah kemana. Lalu meledakkan mobilku dan membiarkanku terbakar." Kata Draco sambil menatap Ray.

"Apa? Kau sudah pastikan bahwa dia tidak bercanda, kan?" Tanya Ray
"Tidak mungkin dia sedang bercanda. Dia tidak pernah bercanda seketerlaluan ini. Dan ketika aku mencuri pandang kepadanya dan menatap ekspresi matanya. Ekspresinya… seperti bukan Charie yang biasanya. Ekspresi itu penuh dendam, dan kebencian." Kata Draco sambil menatap Ray yang baru saja duduk.

"Sepertinya dia ingin melakukan sesuatu dengan EMP milik Robert. Tapi yang kutidakmengerti adalah… kenapa dia melakukan semua itu? Dia bisa saja bilang kepada kita jika memerluka EMP itu kan? Bukankah dia ingin hidup normal dan memeiliki keluarga?"
"Atau mungkin ada sesuatu yang memaksanya melakukan itu." Kata Ray
"Tapi apa? Bukannya dia juga abadi dan tidak bisa mati? Yang pasti sesuatu yang memaksanya bukan berasal dari orang-orang Cycrotonictus. Tidak mungkin mereka melakukan hal seperti itu. Mereka yang kuat adalah para bangsawan, jika mereka ingin melakukan hal seperti itu, setidaknya mereka bernegoisasi dengan baik-baik."
"Atau mungkin sesuatu yang memaksanya melakukan itu, tahu kelemahan Charlie. Dan sedang memegang kelemahannya."
Draco langsung menyadari sesuatu.
"Oh Fuck!!!" Umpat Draco, lalu meraih sebuah ponsel di meja disebelah Ray dan mengetik sesuatu disana, setelah itu dia langsung menelfon seseorang.
"Draco tanganmu masih terbakar, kau tidak seharusnya-
Ucapan Ray terpotong karena Draco langsung menelfon Laura. Ray menyerah untuk memberitahu Draco dan memilih untuk tidak dekat-dekat dengan Draco.
"Laura! Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku."
"Ada apa dengan suaramu yang terdengar seperti iblis yang menyeramkan?"
"Itu tidak penting. Aku sudah mengirimkan sebuah lokasi. Itu adalah lokasi rumah Charlie. Aku ingin kau kesana dan pastikan sesuatu. Bawalah senjata dan berjaga-jagalah. Ini penting, dia-
Dar!
Ponsel Draco langsung meledak karena terbakar.
"Motherfucker!" Umpat Draco
"Bisakah aku meminjam ponselmu?" Tanya Draco kepada Ray.
"Tentu saja tidak, jika kau masih dalam wujud seperti itu. Apa kau tidak pernah berfikir untuk berubah menjadi manusia kembali sebelum menyentuh sesuatu?" Tanya Ray
"Ini di luar kendaliku. Terkadang aku panik dan tidak bisa berpikir jernih."
"Bukankah kau menguasai elemen dan teleportasi juga selain kekuatan Kingstone?" Tanya Ray
"Aku sudah tidak menguasai elemen lagi-
"Maksudmu kau kehilangan kekuatanmu?" Tanya Ray
"Bukan, tapi aku tidak bisa mengendalikan mereka semauku. Tiap kali, aku memakai kekuatanku. Maka, kekuatanku terkadang menjadi tak terkendali. Jumlah kekuatan yang kukeluarkan juga terlalu berlebihan. Karena itu aku jarang memakai kekuatanku. Kecuali untuk telekinetis saja." Kata Draco
Ray langsung melemparkan dua mobil ke arah Draco, dengan cepat Draco meremukkan mobil itu dengan kekuatan telekinetisnya dan meledakkannya dengan kekuatan apinya.
"Untuk apa itu?"
"Mengetesmu saja. Kekuatan itu tidak berlebihan."
"Ya, itu berlebihan seharusnya aku hanya menahan mobil itu dan sama sekali tidak menggoresnya. Ngomong-ngomong setelah kau menghubungi Laura, kembalilah pulang Ray. Aku tak ingin kau dalam masalah lainnya." Kata Draco
"Aku akan menghubungi Laura. Sebaiknya kau tetap disini, dan jangan keluar sampai wujud manusiamu kembali." Kata Ray sambil berjalan keluar dari tempat gelap itu.
Tak lama kemudian, Draco pun kembali dengan wujud manusianya dan menghampiri Ray.
"Apa kau yakin kau tak perlu bantuanku?" Tanya Ray

"Tidak, karena kau adalah mantan teroris. Jadi, ketika identitasmu ketahuan… Banyak orang yang akan memburumu hanya karena kau mantan teroris. Dan aku tidak ingin itu terjadi."
"Baiklah, tapi aku memperinatimu… ini menyangkut masalah dunia. Nasib dunia berada di tanganmu, Drac. Apa kau sungguh merekrut Felix dan Michael dalam masalah ini?" Tanya Ray
"Aku akan meminta bantuan pada orang pembawa maut. Orang yang tak takut kepada kematian. Dan satu orang pintar yang pemarah." Kata Draco
"Kau akan meminta bantuan pada Vincent, Luke, dan Robert?"
"Benar."
"Apa kau yakin untuk tidak meminta bantuan pada James dan John?"
"Tidak, aku sudah berjanji kepada mereka untuk tidak melibatkan mereka dalam hal apapun." Kata Draco
***
Tibalah Laura ke sebuah rumah besar yang lumayan mewah dan gelap di tengah hutan dengan berat hati sambil mengutuk Draco dalam hati. Laura masuk menghindari segala kamera CCTV yang ada dan masuk lewat salah satu jendela yang terbuka disana. Ia langsung menyalakan senternya untuk menyinari rumah yang gelap itu dan Laura menemukan seisi rumah tersebut sangat berantakan, seperti terjadi perkelahian disana. Setelah itu, dia berjalan melangkah ke ruang tamu dan mendapatkan banyak mainan bayi pula yang berceceran. Kemudian, Ia membuka salah satu pintu disana dan menemukan sebuah kamar dengan dua tempat tidur bayi. Di satu sisi ranjang bertuliskan nama Xavier dan sisi lainnya bertuliskan nama Xander. Laura juga menemukan sebuha foto Charlie bersama dengan Victoria dan bersama dengan kedua anaknya. Kemudian, Ia menemukan sebuah foto lama Charlie dan Victoria di bawah laci lemari.

Tiba-tiba lampu di rumah tersebut kembali menyala disertai oleh langkah kaki beberapa penjaga yang menuju mendekat kamar Laura yang langsung membuat gadis itu sedikit kaget sehingga Ia berjalan ke salah satu pintu berwarna putih untuk bersembunyi. Tepat pada saat, Ia melangkah mendekati salah satu pintu berwarna putih. Pintu tersebut tiba-tiba langsung terbuka dan menampakkan Charlie yang membuat Laura serentak kaget. Charlie tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan menatap Laura dengan mata birunya.

Charlie segera menarik tangan Laura untuk masuk ke pintu tersebut dan mengunci pintu itu. Kemudian, Charlie menempelkan jari terlunjuknya di bibirnya mengisyaratkan agar Laura tidak bersuara. Kemudian, Ia menunjuk ke salah satu kamera dan alat-alat lainnya yang di pasang di ruangan lainnya. Setelah itu, Ia menekan suatu tombol di balik meja yang lantas membuka sebuah lantai di dekat Laura untuk menuju basement. Setelah itu, dia memasukkan sebuah remasan kertas ke saku jeans Laura, ketika Laura pergi melangkah menuju ruangan rahasia itu sampai pintu kembali tertutup.
Pertamanya, Laura mengira jalan tersebut mengarah ke basement, namun ternyata jalan rahasia tersebut menuju selokan bawah tanah. Laura pun mengeluarkan remasan kertas yang berada di saku jeansnya.
Jangan beritahu, Draco kalau aku disini karena aku takut Arthur mengetahui bahwa aku memberitahunya. Beritahu dia saja tentang apa yang terjadi.
Laura pun langsung mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan pada Ray.
Beritahu Draco bahwa Charlie memiliki sepasang anak kembar laki-laki bernama Xavier dan Xander, mereka terlihat pirang dan bermata biru seperti Charlie. Aku menemukan foto mereka di rumah Charlie. Mereka berdua disandera oleh Arthur begitu juga dengan Victoria yang masih berada di tangan Arthur.
Apa kau menemukan Charlie? Ray membalas pesan Laura.
Tidak.
***
Draco melangkah menuju pintu utama sebuah rumah besar yang berada di tengah hutan itu. Tapi, ketika dia melangkah dari luar. Dia sudah mendengar suara pertengkaran di dalam rumah itu, juga perabotan yang terdengar sedang dihancurkan. Suara itu semakin jelas ketika Draco berdiri di depana pintu utama itu.
Prang! Prang!
Bruak!
Brak!
"Alex! Alice! Hentikan! Kalian akan membuat rumahnya runtuh!" Teriak Vincent dari dalam.
"Alice yang memulainya!" Balas suara remaja laki-laki itu.
"Itu karena kau bertingkah seperti bajingan!" Balas suara remaja perempuan.
"Ayolah bisa tidak kalian akur sebentar selama 1 hari saja?!"
"Tidak sudi!" Kata mereka bersamaan.
Draco langsung menggelengkan kepalanya dan menghembuskan nafasnya. Lalu, memulai mengetuk pintu tersebut.
Tok! Tok! Tok!
Bruak! Prang!
"Sebentar!"
Bruuaakk!
"Alice! Alex! Pergi ke kamar kalian!" Teriakan Vincent semakin keras dari balik pintu. Langkah kaki Vincent pun mulai mendekati pintu utama tersebut dan tepat pada saat pintu dibuka. Rambut Vincent yang gondrong acak-acakan, dan jasnya juga kusut dan tidak rapai. Matanya seperti orang tidak tidur berhari-hari.
"Holly fuck, Vince! Kau seperti orang yang habis ditabrak bus dan menjadi mayat hidup!" Kata Draco
"Aku sangat kesusahan jadi single parent. Mereka bertengkar setiap hari lebih parah dari Tom and Jerry. Meskipun usia mereka terlihat seperti anak-anak yang berusia 19 tahun."
"Hah? 19 tahun? Apa kau bercanda, Vince? Mereka tidak mungkin sudah menjadi anak seumurku! Seharusnya mereka hanya berusia 12 tahun!"
"Aku tahu. Tapi, bertumbuhan mereka semakin cepat sejak mereka minum menuman itu."
"Apakah mereka terus bertambah tua?"
"Tidak bertumbuhan mereka semakin cepat dan berhenti saat mereka terlihat seperti anak berusia 19 tahun. Tapi, otak mereka masih saja seperti bocah. Mereka sangat liar."
"Lalu, bagaimana mereka ke sekolah?"
"Homescholling. Aku harus menghipnotis gurunya juga agar dia tidak banyak tanya. Jadi, apa yang kau lakukan disini, Drac?"
"Aku butuh bantuanmu… Ini soal Arthur Alfero."
"Bagaimana dengan Nostra Santino yang lain?"
"Aku sudah melacak Luke Bernadeath dan satu lagi anggota Nostra Santino yang kita diperlukan."
"Kenapa tidak mengajak James dan John?"
"Aku sduah berjanji kepada mereka untuk tidak melibatkan mereka lagi. Ditambah lagi mereka tak bisa dilacak, begitu pula dengan Ray yang menghilang."
"Bagaimana dengan Thomas dan Lucas?"
"Aku belum mencari mereka. Tapi, yang pasti Thomas sedang sibuk dengan pertandingan-pertandinganya." Kata Draco
"Coba kau cari Lucas dan Luke dulu. Jika mereka ketemu, kau bisa hubungi aku karena hari ini Alice sedang memintaku membawanya kencan."
"Kencan? Meski dia terlihat seperti 19 tahun, tapi dia masih 12 tahun hidup. Memangnya Alice kencan dengan siapa?" Tanya Draco
"Aku tidak tahu! Aku bahkan baru tahu kalau dia punya pacar setelah dia mengatakannya!" Kata Vincent
"Baiklah, mungkin akan kutemui kau besok." Kata Draco sambil melangkah pergi.
Beberapa puluh menit kemudian. Tibalah Draco di sebuah hutan besar dengan cuaca yang cerah. Tak lama kemudian terdengarlah suara langkah kaki rusa dari kejauhan. Dan juga tembakan dari para pemburu.
DOR!
"Aku mengenai kepala rusa itu ayah!" Kata remaja berambut pirang bermata biru itu.
"Bagus Nicholas!" Kata Luke
"Tembakanmu semakin membaik!" Kata salah satu pemburu lainnya.
"Oh Sial! Aku hampir terlambat kencan!" Kata remaja pirang yang berusia sekitar 19 tahun itu.
"Kencan? Siapa gadis kencanmu itu? Sejak kapan kalian pacaran?" Tanya Luke
"Ayah akan melihatnya sendiri karena ayah akan ikut bersamaku." Kata Nick
"Baiklah." Kata Luke sambil memberikan rusa itu kepada sekumpulan pemburu yang berada di sana. Kemudian mereka berdua bersiap menuju kedua sepeda motor thrill mereka.
"Kenapa semua orang sedang pergi kencan? Dan kenapa Nicholas bisa bertumbuh dengan cepat menjadi anak seumurku? Aku jadi tidak enak untuk mengajak mereka ikut misi ini." Gumam Draco
"Luke!" Teriak Draco yang mereka berdua beserta para pemburu menoleh ke arah seorang remaja berjas hitam itu. Para pemburu langsung menodongkan senjatanya kepada Draco.
"Aku datang dengan damai." Kata Draco
"Simpan senjata kalian. Dia adalah sahabatku." Kata Luke sambil mendekat ke arah Draco. Para pemburu itu langsung menurunkan senjatanya.
"Apa mereka selalu seperti ini?" Tanya Draco
"Ya, untuk berjaga-jaga. Jadi apa yang kau lakukan disini?" Tanya Luke
"Ini soal Arthur Alfero-
"Ayah bisakah ayah sedikit cepat? Aku belum bersiap-siap. Aku mungkin sudah terlambat untuk kencan!"
"Tak masalah, kita bahas soal ini nanti."
"Bagaimana kalau Draco ikut kita?" Tawar Luke
"Baiklah, tak masalah."
Tak lama kemudian mereka pun sampai di sebuah restoran yang lumayan mewah. Luke beserta anaknya langsung pergi ke toilet untuk mengganti pakaikan mereka dengan jas. Setelah itu mereka pun kembali berjalan ke arah Draco.
"Hei!"
"Hai ini adalah ayahku dan ini adalah sahabat ayahku."
Siapa nama gadis ini? Sepertinya aku pernah melihat dan mengenal gadis ini sebelumnya… Batin Luke
"Jadi ini adalah gadisnya Nicholas... Senang bertemu denganmu, namaku Luke Bernadeath. Dan ini adalah Lucious Draco Kingstone." Kata Luke sambil menjabat tangan gadis berambut coklat dengan mata biru kehijauan.
"Senang bertemu denganmu."
Fuck! Aku bahkan tidak tahu nama gadis ini. Sepertinya aku pernah melihatnya disuatu tempat. Dimana ya? Tanya Draco pada dirinya sendiri.
"Oh, iya ayahku berada disini juga."
Tepat pada saat itu, Vincent keluar dari pintu utama dengan jas hitamnya sambil memainkan ponselnya dan, mengoceh pada Alice dengan mata yang masih mengarah pada ponselnya.
"Alice! Bisa bilang pada pacarmu untuk suruh dia lebih cepat? Ayah sudah menemukan mejanya dan-
Perkataan Vincent terpotong ketika pandangannya bertemu dengan Luke, Nicholas, dan Draco. Pandangan Vincent kali ini digantikan dengan pandangan What The Fuck?! Senyum Luke langsung menghilang digantikan dengan tatapan canggug sekaligus takut dibunuh Vincent.
Tuhan pasti bercanda! Matilah aku! Batin Luke
Begitu juga dengan Luke dan Draco yang terkejut kalau gadis itu adalah anak Vincent.
"Bagaimana kau bisa tahu orang ini?" Tanya Vincent sambil menunjuk Nicholas
"Ayah, ini adalah Nicholas Bernadeath, seorang remaja yang aku kencani."
"The Fuck?!" Kata Vincent sambil mengerutkan alisnya dan masih memandang mereka dengan tatapan Apa-apaan ini?! Ini tidak mungkin terjadi! Sekaligus dengan tatapan mau membunuh Luke.
Draco langsung berdehem.
"Bagaimana jika kita langsung berbicara di dalam saja." Kata Draco sambil membawa mereka semua ke dalam.
"Bagaimana bisa kalian berdua bertemu?" Tanya Vincent dengan nada menginterogasi dan menghisap rokoknya.
"Kami bertemu di hutan saat aku sedang berburu."
"Kau apa?! Beburu?! Sejak kapan kau pergi ke hutan dan bagaimana kau bisa pergi?!" Tanya Vincent kepada Alice.
"Tenangkan dirimu, Vince."
"Sejak Alex tinggal di rumah kita, dan merusak segalanya." Jawab Aice
"Tapi, dia saudaramu. Dan aku bersusah payah untuk mendapatkannya kembali." Kata Vincent
"Tidak, dia bukan. Aku lelah selalu berbagi kasih sayang dengannya." Balas Alice
"Alice… sekarang bukan saat yang tepat untuk membahas itu." Bisik Nicholas
"Lalu apa yang kalian lakukan setelah berburu?" Tanya Vincent lagi kepada Nicholas
"Kami menonton film beberapa kali." Balas Nicholas sambil menelan salivanya.
"This is bullshit! Motherfucker!" Umpat Vincent sambil menggebrak meja makannya.
Ini pertama kalinya aku melihat Vincent seserius dan semenakutkan itu. Batin Draco
Pandangan Vincent langsung beralih pada Luke sambil meremas segelas air sampai pecah
"Jangan tatap aku seperti itu! Aku juga tidak tahu." Balas Luke
"Jeezz, Vince! Bisa kau tahan diri?" Kata Draco
"Aku benar-benar butuh makanan sialan sebelum aku menjadi gila! Aku akan segera kembali." Kata Vincent sambil bangkit dari kursinya dan melangkah pergi.
"Jadi… Alice dan Nicholas, kalian sudah tahu siapa kami?" Tanya Draco
"Tentu."
Draco dan Luke hanya mengangguk-angguk dengan canggung. Lalu pandangan mereka beralih kepada Vincent yang mulai melampiaskan amarahnya.
"Ayo bung! Ambilkan aku." Kata Vincent sambil menyodorkan piring kosongnya kepada pelayan yang berada disana. Pelayan itu langusng mengambil sesendok besar kacang buncis dan meletakkannya di piring Vincent.
"What the fuck are you doing?! Makanannya dijatah, ya? Ayo bung! Ambilkan aku kacang bucis sialannya lagi!" Bentak Vincent sambil mengambil segenggam kacang buncis dari mangkoknya dan membantingnya ke piring makanannya.
"I want some fucking scrambled eggs!" Kata Vincent lagi sambil mengambil telur orak-arik dan melemparkannya kepada piringnya.
"I like fruit! Don't you like the motherfuckin' fruit?!" Bentak Vincent melampiaskan kemarahannya kepada para pelayan yang berada disana.
"I like fruit!" Kata Vincent sambil mengambil sebuah apel dan melemparkannya ke piringnya lagi. Kemudian Vincent membuka salah satu tudung saji dengan ekspresi marahnya.
"Apa ini?! Daging kelinci?! Singkirkan ini!" Bentak Vincent sambil melemparkan makanan berisi daging itu kepada para pelayan.
"Dia mencampur aduk semua makanannya." Kata Luke sambil menelan salivanya ketika melihat Vincent yang melempar semua makanan yang berada disana dari kejauhan.
Alice menatap ayahnya dengan tatapan tidak senang. Sedangkan Draco menutupi wajahnya karena malu dengan tatapan orang-orang yang melihat.
"Makanan sampah!" Bentak Vincent sambil menggulingkan salah satu meja makan.
"Dia mungkin tertekan di tempat kerjanya." Kata Nicholas
"Apa kabar ayam? Mau pergi ke bioskop?!" Kata Vincent sambil berbicara dengan ayam panggang yang disaji di salah satu piring disana.
"Break your motherfuckin' leg!" Kata Vincent sambil mematahkan kaki ayam panggang tersebut dengan brutal.
"Kupatahkan kaki sialanmu!" Kata Vincent sambil mematahkan kaki ayam panggang tersebut dengan brutal dan membanting ayam tersebut ke lantai. Kemudian melemparkannya ke kolam ikan. Lalu, pandangannya beralih kepada tanaman, Ia mendatangi tanaman yang diletakkan di sebuah guci pot besar, bermotif bunga yang mewah.
"Apa kabar, tuan tanaman?! Enyahlah dari sana keparat!" Kata Vincent sambil menendang tanaman itu hingga potnya pecah.
Alice langsung berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Vincent
"Ayah! Kau membuatku malu! Apa yang kau lakukan?!"
"Melampiaskan amarah dan kekesalanku!" Balas Vincent
Alice langsung pergi menarik tangan Vincent ke tempat duduk.
"Bagaimana jika kita berbicara soal misi kita kali ini?" Kata Draco dengan canggung.
"Ide bagus." Kata Luke dengan cepat.
"Virus itu adalah penyakit yang diprogram dan bisa menarget serangan rangkaian DNA. Senjata kimia berbentuk kecil mematikan. Senjata itu dapat melelehkan organ dalammu. Mengubah tubuhmu menjadi sup panas besar. Dengan tingkat kematian 100% dalam 72 jam. Awalnya aku merencanakan untuk tidak memberitahukan siapapun tentang ini, termasuk Robert. Aku hanya memberitahu Charlie saja untuk mengambil EMP buatan Robert di suatu perusahaannya untuk menyerang markas Arthur dan menyerangnya dengan itu. Lalu, setelah misi selesai, aku akan mengembalikan beda itu ke perusahaannya lagi. Tapi ketika kita berhasil mengambil EMPnya, Charlie berkhianat dan mencurinya dari kita. Dan membawanya pergi entah kemana. Aku tidak tahu kenapa dia berkhianat, tetapi seharusnya dia punya alasan untuk melakukan itu. Jika tidak berhasil, kita akan melihat banyak organ mencair." Kata Draco pelan.
"Oh! Benar-benar hari yang indah! Putriku mengencani Nicholas! Bajingan itu berulah lagi! Charlie berkhianat! Dan dunia akan segera kiamat lagi!" Kata Vincent
"Mungkin kita harus kembali ke New York."
***
"Manusia harus berevolusi sebelum menghancurkan dirinya sendiri. Lebih mudah membunuh semua manusia, dan menggantikannya dengan mesin yang sempurna. Biar yang lemah urus uangnya, kita urus revolusi dan perubahan. Perubahan kadang membutuhkan kekerasan." Kata Arthur
"Seperti membunuh orang tak berdosa? Itu bukan permintaan." Balas Charlie
"Orang-orang tak berdosa katamu? Lucu sekali Charlie? Lebih baik kau pergi dan renungkan berapa banyak orang tak berdosa yang sudah kau bunuh sebelum kau direkrut menjadi Nostra Santino. Saat kau hanya berandalan SMA.. Kita berurusan dengan masa depan, yang uang tak bisa dibeli. Kerusakan lingkungan, kapitalisme, terorisme. Kau tahu ini virus apa? Virus ini perlu ditembak pada sistem. Orang tak bisa dipercaya untuk melakukan hal yang benar. Lihatlah dirimu, Charlie… Kita gunakan senjatanya untuk menghapus yang lemah dan yang melawan kita. Aku ingin mereka bekerja untuk kita, mengerti?"
"Mereka tak bisa berubah. Tapi, mungkin Draco bisa." Ucap Charlie
"Apa yang bisa membuatmu begitu yakin. Konsep mereka juga sama, keluarga dan kebebasan." Kata Arthur
"Tidak semua dari mereka punya konsep itu." Balas Charlie
"Kusarankan kita mengambil jalan lainnya." Kata Charlie
"Baiklah, mereka akan disalahkan untuk serangan di markas CIA. Mereka akan dikejar polisi. Pasti mereka berencana untuk memulai serangan terror."
***
"What the fuck? Sekarang kita menjadi terkenal? Hebat sekali." Kata Vincent dengan nada kesal ketika melihat dari atas kaca perusahaan Draco bahwa wajahnya, wajah Luke, dan wajah Cassie terpajang di sebuah berita di New York Time Square.
"Jeezz, mereka bahkan tidak memajang wajah Draco." Gumam Luke sambil melihat ke bawah.
"Siapa mereka?" Tanya Cassie
"Perusahaan rahasia yang punya banyak uang milik Arthur Alfero. Mereka mengendaikan media." Jawab Luke
"Memang ada rumor tentang mereka yang kukira hanyalah mitos." Ucap Cassie
"Mereka sangatlah nyata. Kurasa kita harus pergi darisini dan pergi ke pulau lain. Lagipula untuk apa kita di New York? Kita tidak sedang akan pergi ke mansion Nostra Santino, kan?" Ucap Vincent
"Dia termasuk pembunuh kelas satu terbaik yang pernah kulihat, aku mengenalnya. Dia takkan berhenti sampai Ia mendapatkan virusnya, lagipula dia adalah saudaraku. Kita tidak akan pergi ke mansion terbengkalai itu, kita akan pergi ke suatu tempat yang memiliki lapangan jet milik pamanku disini." Kata Draco
"Mereka ingin menyelamatkan dunia dengan mengubah umat manusia." Kata Luke

"Aku punya teman mantan mafia ayang berada di Denmark yang bisa membantu kita. Sebenarnya aku terkadang mencuri dari perusahaan teknologi senjatanya, berharap saja agar dia tak membunuhku saat aku sampai ke perusahaannya." Kata Draco
"Oh sial! Bung! Kita akan pergi ke Denmark naik jet? Bukankah seharusnya lebih mudah menggunakan kompas yang kita dapat dari Cycrotonictus?" Tanya Vincent
"Tidak, semua kompas telah dinonaktifkan untuk sementara agar tidak ada lagi kompas yang tinggal di dunia manusia jatuh ke tangan yang salah. Aku tidak tahu sampai kapan mereka tidak akan menggunakan kompasnya. Yang jelas kompas orang cycrotonictus pernah berada di tangan Arthur, banyak resiko yang kita dapat di kemudian hari karena dia ilmuan gila. Mungkin suatu hari dia membuat replika kompas Cycrotonictus." Jawab Draco
"Lalu bagaimana kau tiba di sini?" Tanya Luke
"Naik kapal dari segitiga bermuda. Terkadang terbang menggunakan sayap tapi perjalanannya melelahkan. Kalau Darius bisa naik kraken atau hewan laut yang ia kuasai. Sebagian lagi tiba disini menggunakan sihir seperti Demotrius." Tambah Draco
"Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kalian bicarakan." Kata Cassie
"Kita hanya bicara omong kosong." Jawab Luke
"Pertama-tama kita harus ubah penampilan kalian menjadi lebih berbeda. Sebaiknya kau mencukur bulu tipis yang tumbuh di sekitar dagumu, sehingga membuatmu terlihat lebih muda, Luke. Jika, kau mau mungkin kau bisa memakai jacket baseball sehingga membuat terlihat seperti anak yang baru masuk kampus. Sedangkan Cassie, kita mungkin harus memotong rambut pirangmu yang gelombang menjadi lebih pendek. Dan, Vincent… Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan kepadamu untuk membuatmua terlihat berbeda." Kata Draco
"Mungkin kau bisa mencukur rambutnya sampai botak." Kata Luke sambil tertawa terbahak-bahak.
"Bajingan kau!" Umpat Vincent sambil memukul kepala Luke
"Atau mungkin kita bisa mewarnai sebagian rambut dark brown Vincent dengan sedikit warna putih dan memakaikannya topi fedora hitam." Kata Cassie
"Ide yang bagus."
"Kenapa kau menumbuhkan bulu tipis di pipimu itu, Luke? Kau lebih terlihat tampan tanpa menumbuhkan bulu di pipimu." Tanya Cassie
"Umurku 33 tahun dan aku ingin berpenampilan lebih tua daripada umjrku dan aku tidak mau memakai jaket baseball dan terlihat seperti anak SMA atau anak baru kampus karena jika aku pergi ke bar atau pun ke club mereka akan selalu meminta identitasku karena mereka pikir aku tidak cukup umur. Apalagi ketika aku membawa Nicholas kemana-mana mereka tidak percaya kalau Nicholas adalah anakku dan malah mengira Nicholas adalah pacarku! Maksudku apa-apaan itu bung! Sebagian lagi mengira aku adalah kakaknya, tapi aku terganggu dengan itu karena Nicholas takkan terbiasa memanggilku kakak di depan orang lain. Jadi, mungkin hanya akan mencukur bulu tipis yang ada di pipiku ini, dan memakaikan jas serta topi fedora hitam." Kata Luke yang membuat Vincent tertawa.
"Lucu sekali ketika mereka mengira kau seorang gay yang pedofile." Kata Vincent sambil tertawa terbahak-bahak.
"Baiklah, tidak apa-apa. Yang penting kau dan Vincent memakai fedora hitam kalian sampai menutupi mata kalian agar tidak terlalu kelihatan seperti kalian. Sedangkan aku akan mewarnai rambutku menjadi pirang dan menambahkan bulu-bulu tipis di pipiku agar terlihat berbeda untuk berjaga-jaga." Kata Draco
***