People find comfort in the darknest because it's the only thing that never leaves. Know the difference between being patient and wasting your time. Patience is when you are supposed to be mad but you choose to understand. Hard times teach us valuable lessons. ~ Charlie
Malam itu Charlie membuka pintu kamar Victoria. Kemudian Ia pun berjalan ke arah Victoria.
"Darimana saja kau? Kau menghilang bagaikan ditelan bumi." Kata Victoria yang masih sibuk dengan laptopnya di kasurnya.
"Apakah itu penting sekarang?" Ucap Charlie sambil menatap Victoria dengan sangat dekat. Tiba tiba Charlie meraih dagu Victoria dan membawa bibir gadis itu mendekati bibirnya. Victoria hanya bisa diam memandangi Charlie. Sampai akhirnya Charlie mulai melumat Victoria. Victoria pun juga membalas ciuman Charlie.
Kemudian Charlie melepaskan ciumannya dan memeluk Victoria.
"Aku takut dengan semua yang kuperbuat. Aku rasa aku adalah orang yang rapuh." Kata Charlie
"Apa maksudmu? Jangan konyol kau adalah orang baik Charlie. Kau juga kuat." Kata Victoria sambil tersenyum.
"Kau tidak mengerti, Victoria. Aku hanya seorang monster. Pikiranku saat ini kacau dan aku tak merasa seperti diriku sendiri. Terkadang aku hilang kendali seperti ada sesuatu yang menelanku ke dalam kegelapan. Di mimpiku aku melihat bayangan hitam yang selalu menarikku ke dalam kegelapan. Saat aku ditarik ke dalamnya aku melihat terlalu banyak penderitaan. Mimpi itu terasa begitu nyata." Kata Charlie dengan tatapan bersungguh sungguh.
Victoria sama sekali bingung dan tak mengerti kenapa Charlie tiba tiba seperti itu. Victoria hanya mempererat pelukannya dan mencoba mengerti bahwa kekasihnya saat ini sedang dalam keadaan sulit.
Tak lama kemudian Charlie berhenti memeluknya, dan dia langsung memegangi kepalanya yang tiba tiba sakit.
"Charlie?"
"Aarrggghhhhh!" Charlie tiba tiba merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. Telinganya seakan akan berdengunh. Tak lama kemudian tubuhnya serasa terbakar.
"Vic! Menjauhlah!!!"
"Charlie ada apa?!"
"Aarrrgggggghhhhh!!"" Charlie makin berteriak kesakitan.
"CEPAT PERGI!!!" Suara Charlie tiba tiba saja berubah menjadi serak dan berat bagaikan suara iblis. Tubuh Charlie seketika itu berubah perlahan. Victoria pun langsung beranjak pergi. Suara teriakan Charlie pun memenuhi mansion dan lama kelamaan suara teriakan itu berubah menjadi geraman singa.
Victoria masih berlari ketakutan keluar dari mansionnya dan menuju ke hutan yang di belakang mansionnya.
Victoria pun menghentikan larinya, nafasnya pun terengah engah Ia pun berhenti untuk beristirahat untuk mengambil nafas sejenak dan bersembunyi di balik pohon besar.
Tak lama kemudian seekor singa pun mengaum meloncat dari balik batu di sebelahnya. Ukuran singa itu lebih besar daripada ukuran singa pada normalnya.
Victoria pun segera berlari panik disusul oleh singa tersebut. Victoria pun langsung masuk di antara kayu tebal yang sangat sempit sehingga singa raksasa tersebut tak bisa menjangkaunya. Sudah berapa kali singa itu mengaum keras dari balik kayu dan mencoba menjangkau Victoria yang ketakutan namun hasilnya nihil. Kemudian singa itu langsung menaikkan cakarnya ke atas dan menepis pohon pohon itu sampai hancur. Victoria pun berteriak ketakutan.
Kini semua telah hancur Victoria tak bisa kemana mana lagi. Singa besar itu pun langsung melompat mencengkram tubuh Victoria dan mengaum. Singa itu pun bersiap siap menyantap Victoria. Singa itu pun mengaum keras dan hampir saja menggigit tubuh Victoria namun singa itu langsung diserang oleh panther sebesar dirinya.
Terjadilah pertengkaran antara kedua hewan tersebut. Sedangkan Victoria hanya bisa mematung ketakutan. Kedua hewan besar itu saling mencakar dan saling menggigit satu sama lain. Tak lama kemudian panther itu pun mencengkram dan menekan leher singa itu, menyebabkan singa itu pun marah. Tak lama singa itu melepas cengkramannya dan melempar panther tersebut ke arah pohon hingga menyebabkan pohon tersebut remuk. Dengan cepat singa itu berubah menjadi werelion disertai dengan auman ganasnya. Ukurannya sekarang lebih besar ukurannya daripada singa tadi dan mendekati panther yang masih terbaring itu. Kemudian Ia mencengkram leher panther tersebut.
Tak lama kemudian panther tadi pun juga berubah menjadi werepanther dan menepis tangan singa itu dan mulai berkelahi lagi. Auman hewan buas pun memenuhi hutan itu. Werepanther tersebut pun mencakar mata singa tersebut.
"CHARLIE SADARLAH!!!" Suara berat dan serak keluar dari werepanther tersebut.
Singa itu pun mengerang kesakitan dan memegangi matanya yang berdarah itu. Cakaran dari werepanther tersebut justru membuat singa tersebut semakin marah. Ia pun memegang leher panther itu dan melempar werepanther tersebut ke arah pohon pohon besar dan menyebabkan pohon pohon tersebut tumbang.
Werelion itu langsung mendekati werepanther tersebut dan mencakarinya lagi. Kemudian werelion itu kembali menghajar werepanther tersebut. Werelion itu membuka lebar mulutnya dan menggigit leher werepanther tersebut. Werepanther tersebut mengerang kesakitan. Seketika itu Werewolf sebesar tubuh werelion tiba tiba muncul dan menyerang werelion itu dari belakang.
JANGAN BIARKAN MAKHLUK ITU MENGUASAIMU CHARLIE!!!! KENDALIKAN MAKHLUK ITU!!!! Suara besar dan berat keluar dari mulut werewolf tersebut.
Werewolf tersebut terus saja menghajar, mengigit, dan mencakari werelion itu. Kemudian werewolf tersebut melempar werelion itu kearah batu hingga retak. Werelion tersebut marah. Ia pun bangkit dan menghantamkan tinju ke werewolf tersebut. Dengan cepat werewolf tersebut menghindar sehingga pukulan werelion tersebut menghantam pohon dan menyebabkan pohon tersebut tumbang. Werewolf tersebut terus saja menghindar dari pukulan werelion itu. Werewolf tersebut akhirnya menangkis dan menyerang balik werelion itu. Werelion itu pun mulai kehilangan kendali. Kemudian dengan cepat werewolf tersebut memegangi kepala werelion itu dan menghantamkannya dengan keras ke batu besar. Seketika itu juga werelion itu ambruk. Dengan nafas sedikit terengah engah werewolf itu pun menoleh dan memandang ke arah Victoria yang mematung ketakutan. Seketika itu pun Victoria langsung berlari pergi. Werewolf itu pun segera menuju ke arah werepanther yang mengerang kesakitan dan membantunya berdiri. Tak lama kemudian werepanther itu pun merubah dirinya menjadi manusia yang penuh luka di leher dan tubuhnya.
"Kau baik baik saja Ray?" Kata werewolf itu sambil merubah dirinya menjadi manusia seperti semula.
"Sepertinya begitu Draco."
"Lukamu cukup parah di lehermu Ray kau yakin kau baik?"
"Ya."
Tak lama kemudian Werelion yang ambruk itu pun berubah menjadi Charlie yang mengerang kesakitan terbaring penuh luka dan darah. Draco pun menghampiri kakaknya yang terbaring sambil mengerang itu.
"Kau tak mengerti aku."
"Sial."
"Kau tak mengerti aku."
"Itu mungkin karena aku tidak ingin mengerti kau sekarang Charlie. Hanya saja kau tak bisa mengendalikan kekuatan makhluk didalammu itu dan hampir saja membunuh Ray dan Victoria. Apa kata Victoria nanti?!?! Aku rasa dia takkan mau menemuimu."
"Aku ingin kau tahu,aku ingin jelaskan ini berakhir. Tolonglah aku saja, apakah kau mau?" Kata Charlie sambil memberikan tangannya pada Draco. Draco pun langsung memegang tangan Charlie seketika itu juga Charlie menarik Draco ke tubuhnya sehingga Draco berada diatas tubuh Charlie. Dengan cepat Charlie memeluk erat adiknya tersebut.
"Demi Tuhan Charlie." Kata Draco
"Apa yang aku coba katakan padamu sangat sederhana. Aku sangat rapuh paham?" Kata Charlie
"Kau sangat rapuh aku mengerti." Kata Draco
"Aku sangat lemah." Kata Charlie
"Aku mengerti." Kata Draco
"Aku bukan diriku sendiri. Ini bukan kita yang sebenarnya. Ini bukan aku yang sebenarnya." Kata Charlue
"Aku sungguh minta maaf pada kalian semua." Kata Charlie
"Tidak apa apa." Kata Draco dan Ray
"Apakah dia sudah pergi?" Tanya Charlie
"Ya, dia sudah pergi." Kata Draco
"Sial, dia tak akan mau memaafkan aku seumur hidup. Mimpi terburukku menjadi kenyataan." Kata Charlie
"Kita mungkin masih bisa mencari jalan keluar untuk itu tapi kita harus mencari cara dulu untuk mengendalikan makhluk itu di dalam tubuhmu sama seperti James. Semakin kau menahan dan mengunci makhluk itu di dalam, makhluk itu akan semakin marah, memberontak dan tak terkendalikan. Lebih baik kau melepaskannya turuti apa yang dia inginkan tapi jangan sampai hilang kendali. Kau juga harus bisa mengendalikan makhluk itu. Kau harus mencari cara bagaimana caranya bisa akur pada makhluk di dalammu." Kata Draco sambil bangkit berdiri dan menolong Charlie untuk bangkit.