webnovel

The Lovely One

Starla selalu menjadi gadis baik-baik bagi orang tuanya, sampai di saat teman-temannya mulai memiliki kekasih, ia mulai merasa kesepian dan iri. Starla ingin merasakannya juga, tapi pemuda-pemuda di sekolahnya tidak menaruh suka padanya karena ia dari keluarga terpandang. Ada anak baru di sekolahnya takkan berpengaruh baginya, benar?

Nona_ge · 青春言情
分數不夠
309 Chs

Menyogok Adik

Denis muncul di bab ini.

Novel ini sebetulnya saya buat sebelum novel dia 😅

Denis muncul di sini, ga ada spoiler soal hidup dia di Amerika, namanya juga prekuel ya

Dia muncul cuma bikin kalian makin tahu betapa nakalnya dia pas SMA hahaha ...

***

Untuk menyempurnakan rencananya, Starla memesan makanan ringan serta minuman soda melalui pemesanan online, tidak lupa memberikan tip lebih kepada petugas yang membawa pesanannya hingga satu kantong plastik besar.

Starla duduk manis di ruang televisi, membolak-balikan saluran televisi yang bisa menarik perhatiannya. Setelah sampai di saluran terakhir, ia menyerah, dan memilih bermain game novel di ponselnya. "Ah, Tuan Rainer." gumamnya. "Kenapa lelaki setia sepertimu hanya ada di novel saja?" keluhnya.

"Kau harus berhenti bermain, dan mencari lelaki kalau begitu."

Suara sindiran tepat di telinga Starla membuatnya kaget bukan main, ia segera membalikan tubuhnya, dan menemukan wajah Denis begitu dekat dengannya, ia langsung berdiri karena kaget lagi. "Kau suka sekali ya mengagetkan orang?" tanyanya.

Denis yang semula bertopang dagu di kepala sofa perlahan berdiri tegak. "Kau yang harus lebih peka pada sekelilingmu jangan hanya bermain game."

Starla memutar bola matanya. "Bicara pada dirimu sendiri." sindirnya.

"Aku baik-baik saja. Lihat? Aku punya kekasih, teman nongkrong, dan motor." Denis membela dengan penuh percaya diri. "Aku itu gaul, Kakak," lanjutnya sambil menekankan kata 'Kakak'.

Starla menyerah berdebat, bila urusan siapa yang lebih baik masalah sosial, ia selalu kalah namun, bila sudah berbicara pelajaran, jangan tanya siapa yang akan menelan pahit. Ia menunjuk plastik yang berada di sofa. "Tuh buatmu."

Denis sedikit terkejut mendengarnya, ia segera mengecek isi plastiknya dan matanya berbinar-binar mengetahui isinya makanan serta minuman favoritnya, sebelum kemudian ia menatap curiga Starla. "Darimu, Kak?" tanyanya.

Starla mengangguk dengan polosnya.

Denis meletakan kantong plastik ke tempat semula. "Kenapa?" tidak biasanya Starla memberikan makanan secara cuma-cuma.

Starla sudah mengira Denis akan bertanya macam-macam, "Aku butuh bantuanmu."

Denis berpikir sesaat, sedikit tertarik dengan permintaan Starla, tidak biasanya Kakaknya itu meminta bantuannya sampai memberikan makanan favoritnya, pastilah sesuatu yang penting. "Tergantung apa dulu peranku."

"Well," Starla sebenarnya tidak terlalu suka bergantung pada Denis, tetapi butuh dua orang untuk menyelesaikan misinya. "Aku mau kau besok membuat Arthur sibuk biar aku bisa membocorkan ban mobil,"

Mata cokelat Denis melebar mendengar penjelasan Kakaknya. "Untuk apa sampai melakukan itu?" tanyanya heran. "Aku tak mau ikut melakukannya kalau alasanmu hanya demi sesuatu yang konyol." dan ia tahu apa akibatnya jika rencana itu gagal, bisa-bisa motornya disita oleh orang tuanya.

Starla menepuk keningnya; tentu saja dengan makanan pun tetap tidak bisa membendung rasa penasaran Denis. "Dengar. Aku cuma mau naik bus besok sekolah bersama teman-temanku, kau tahu Mama dan Papa begitu keras melarangku naik bus atau kendaraan umum."

"Oh," Denis mengerti sekarang. "Jadi kau tidak bisa melakukan sendirian, karena Pelayan di sini begitu patuh sama Papa dan Mama, kau menyuapku yang tidak patuh ini agar bisa melancarkan aksimu... ?"

Kenapa ketika mendengar komentar Denis, Starla merasa seperti seorang kriminal kelas atas? Ia kan hanya mengempeskan ban. "Ya terserah kau mau mengartikannya apa, aku hanya butuh kau mengalihkan perhatian Arthur seperti mencoba meminta tolong memperbaiki motormu... ?"

"Hm..." Denis masih mempertimbangkan dengan seksama; rencana Kakaknya baginya terlalu merugikan dirinya, mengingat ia hanya mendapat makanan dan minuman saja. Namun, akhirnya setuju setelah melihat wajah memelas Starla. "Baiklah," katanya sambil menghela napas berat. "Aku ikut misi kecilmu."

Starla menepuk tangannya bahagia. "Terima kasih Denis. Kau memang Adik tersayangku." pujinya sambil mengacak-acak rambut cokelat Denis gemas.

"Hey!" Denis menepis pelan tangan Starla yang berada di kepalanya, ia membenarkan gaya rambutnya yang berantakan, "Kita bisa merayakan misi ini tanpa menyentuh rambut indahku." katanya sedikit jengkel.

"Maaf, aku terlalu bersemangat." sesal Starla.

Denis memutar bola matanya. "Serius. Akhirnya Kakak melakukan sesuatu demi diri Kakak juga. Aku bangga."

"Maksudmu?"

"Aku bisa melihat Kakak tidak suka berangkat naik mobil, itu memotong waktu buat main dengan teman-teman. Aku kan juga pernah merasakannya," jelas Denis. "Dan di umur segini masih belum memiliki pacar yang main ke rumah sementara Kak Luna dan Kak Gea sudah, kau pasti begitu tersiksa ya?"

Mata cokelat Starla membulat; dari mana Denis bisa menyimpulkan masalahnya seakurat itu? Ia mengerti soal naik mobil, Denis juga dulu di antar-jemput oleh Arthur namun, karena Denis seorang lelaki dewasa, Ayahnya memberikan keringanan, berbeda dengannya; ia belum paham adalah status cinta teman-temannya. "Kau tahu dari mana soal Luna dan Gea?"

"Aku selalu update kalau masalah gadis-gadis cantik," kata Denis sambil mengedipkan mata jahil. "Saat aku tahu Kak Luna dan Kak Gea memiliki kekasih dari temanku, respon yang pertama keluar dari mulutku: kasihan Starla." jelasnya polos kemudian tertawa kecil. "Kau tahu tidak? Teman-temanku juga setuju, dan kami tertawa bersama."

Starla menepuk keningnya; ia lupa bahwa Denis menyukai perempuan yang lebih tua; lebih dewasa dan pengertian katanya. Dan apa juga Denis tertawa, bukan membela penderitaannya dari teman-teman dia yang menertawakannya? "Kau harus mencari hobi lain, Denis."

"Aku baik-baik saja seperti ini," sahut Denis santai. "Saat dewasa nanti belum tentu kita bisa melakukan hal bersama teman-teman sebab aku yakin mereka akan sibuk mengejar cita-cita masing-masing." jelasnya. "Jadi puas-puaskan bermain sekarang hingga tidak menyesal di kemudian hari."

Starla tersenyum; meskipun terkadang Denis suka berbuat jahil padanya hingga terkadang membuatnya teriak, di antara keluarganya, Denis yang paling mengerti dirinya, mungkin karena mereka hanya berbeda dua tahun saja jadi jauh lebih mengerti situasinya. "Kau benar, Tuan Denis."

Denis terpana sesaat sebelum akhirnya tertawa yang diikuti oleh Starla kemudian.

Setelahnya, mereka memutuskan bermain game bersama barulah makan malam sambil berdiskusi rencana besok.