webnovel

The Lovely One

Starla selalu menjadi gadis baik-baik bagi orang tuanya, sampai di saat teman-temannya mulai memiliki kekasih, ia mulai merasa kesepian dan iri. Starla ingin merasakannya juga, tapi pemuda-pemuda di sekolahnya tidak menaruh suka padanya karena ia dari keluarga terpandang. Ada anak baru di sekolahnya takkan berpengaruh baginya, benar?

Nona_ge · 青春言情
分數不夠
309 Chs

Ini Tahap Penolakan ...!

"Maksudmu misi apa?" tanya Starla. "Aku tidak jatuh cinta dengan dia, jadi buat apa kau membuat misi segala?"

"Ya kau benar, dan aku ini Saras 008." sindir Luna. "Dengar, aku tidak akan berdebat soal perasaanmu, jika kau tidak mau tahu tentang dia, aku tidak memaksa, tetapi aku akan tetap mencarinya karena dia 'boyfriend material'," pancingnya.

Starla merasakan darahnya mendidih. "Apakah Kak Rendy dan Kak Sandy belum cukup buatmu?" tanyanya ketus.

"Aku cewek lajang, aku boleh melihat cowok mana saja," sahut Luna santai. "Kemungkinan dia anak baru menurutku, aku belum pernah melihat dia naik bus sebelumnya jadi tinggal mencari tahu dia masuk kelas mana."

Starla di lain sisi tidak yakin pemuda itu yang dibicarakan teman-temannya, wajah pemuda itu cenderung ke Eropa daripada Jepang atau mungkin pemuda itu berdarah campuran. Ia teringat saat pemuda itu memanggil namanya tadi di bus, suaranya terdengar begitu lembut di telinganya ketika mengucapkan namanya. Ia menggelengkan kepalanya, bukan saatnya mengkhayal; fokus, ia teringat pemuda itu memanggil namanya dengan suffix 'san' yang menandakan pemuda itu dari Jepang.

Mungkin memang berdarah campuran.

Double combo.

Starla memasuki kelasnya, keadaan di dalam ramai seperti biasa, yang

"Anak baru itu katanya mulai sekolah hari ini." salah satu teman sekelas Starla berbisik.

"Sungguh? Aku harap dia masuk kelas kita," sahut gadis yang berada di sampingnya.

Starla duduk di bangkunya, rasa gelisah menghampirinya, panggil ia aneh tetapi ia berpikir bisa sekelas dengan pemuda itu bukanlah ide yang bagus, menyenangkan memang bisa melihat wajah pemuda itu setiap hari, di saat pelajaran membosankan namun, ia yakin akan mempengaruhi nilai pelajarannya, makanya ia selalu melarang dirinya memiliki pacar sekelas—

'Apa? Pacar!?'

Starla menepuk keningnya, ia berpikir terlalu jauh.

"Ada apa denganmu?" tanya Luna. "Masih terbayang Dilan-mu?"

Starla memutar bola matanya; acuhkan, dan Luna akan berhenti.

"Starla sedang ditahap penolakan." kata Luna. "Nanti kau akan ditahap penerimaan." lanjutnya. "Dan akhirnya ditahap traktir aku dan Gea. Traktiran."

Luna sungguh-sungguh tidak tahu kapan harus berhenti.

"Bicara Gea, dia belum datang." kata Starla melihat kursi di depannya masih kosong, padahal sudah mau masuk tapi masih belum ada tanda-tanda keberadaan temannya yang satu itu.

"Dia mengirim pesan padaku kalau besok datangnya sedikit siang, katanya semalam habis teleponan sampai larut," sahut Luna.

"Dia jatuh cinta begitu dalam." kata Starla; tentu ia senang mendengar hubungan Gea yang harmonis namun, perasaannya yang masih belum menerima Ferdian sepenuhnya menjadi acuan penilaiannya; ia tentu ingin mendukung namun, entah kenapa begitu sulit, diperparah Ferdian juga tidak pernah mau jalan bersamanya dan Luna.

"Kau akan merasakannya juga, La." Luna mulai menggoda lagi.

Starla memutar bola matanya.

Temannya satu ini juga tidak bisa diam sama sekali.

Kenapa lama sekali bel sekolah?