Hari telah berganti minggu hingga bulan telah membuat keduanya memutuskan untuk saling menyendiri. Kini, tidak lagi saling berkirim pesan.
Bagi Calvino hal tersebut sama sekali tak jadi masalah. Dia justru merasa lebih santai menjalani kehidupan tanpa urusan wanita yang menurutnya sangat meribetkan. Namun, lain halnya dengan Lenata. Wanita tersebut tak pernah bisa menjalani kehidupannya secara normal. Dia pun telah mengkonsumi obat – obatan demi bisa merileks pikiran dan tentunya bisa membuat tidur lebih cepat.
Sialnya, meskipun hal tersebut dilakukan tak membuatnya bisa melupakan Calvino. Bagaimana pun juga dia telah mencintai Calvino dengan sangat dalam. Meskipun ya, secara alamiah yang lebih dia cintai adalah kemewahannya.
Tidak tahan lagi berteman dengan pesakitan telah membuatnya bertindak nekat. Dia pun telah memutuskan menemui Bram.
"Apa yang membuat Anda menemui saya, Nona Lenata? Apakah Calvin berulah lagi."
"Tidak, Mr. Bram. Calvin, lelaki yang penuh dengan tanggung jawab."
"Kalau begitu katakan! Hal penting apa yang membuat Anda datang kepada saya?"
Seketika itu juga Lenata tampak ragu untuk mengutarakan niatnya tersebut. Bagaimana pun juga dia tidak mau dianggap sebagai wanita rendahan yang terkesan mengejar lelaki. Terlebih tidak mau dianggap matre karena tidak mau kehilangan sang billionaire.
"Tidak perlu merasa takut, Ms. Lenata. Sampaikan saja apa yang ingin Anda sampaikan." Nada suara Bram terdengar lembut dan menenangkan sehingga memberi keberanian kepada Lenata untuk mengutarakan semua keinginannya.
Sontak saja hal tersebut membuat Bram tersentak. "Apa posisi Anda di kantor ini kurang memuaskan sehingga Anda ingin mengundurkan diri?"
"Tentu saj tidak, Mr. Bram. Posisi yang Anda berikan ini adalah suatu kehormatan bagi saya, akan tetapi … "
"Apa?" Desak Bram dengan tak sabaran.
"Saya ingin membantu Calvino dengan bergabung menjadi team sukses dari Luz Company. Itu pun kalau Anda mengijinkan."
Tanpa dapat tertepis bibir kokoh telah mengukir senyum khas disuguhi ketulusan hati seorang Lenata. "Mana mungkin saya bisa menolak akan hal mulia seperti itu, Nona Lenata. Kapan keberangkatan Anda? Apakah Calvin sudah mengatur semua keperluan Anda?"
Lenata menggeleng.
Bram tersentak. "Jadi, Calvin belum mempersiapkan segala sesuatunya?" Calvin, sekali lagi kau telah mempermalukan keluarga Kafeel. Geramnya.
Ditatapnya Lenata dengan penuh kelembutan. "Anda tidak perlu merasa risau akan hal satu itu, Nona Lenata. Keberangkatan Anda ke Dubai akan segara dipersiapkan dan satu lagi, jabatan yang sama yang akan Anda terima selama bergabung ke dalam Luz Company."
"Lalu, bagaimana dengan Assistant Executive CEO yang lama? Saya tidak mau dianggap sebagai-"
"Kebetulan Luz Company membutuhkan karyawan untuk mengisi posisi tersebut dan secara kebetulan Anda menawarkan diri. Anda ini memang wanita luar biasa, Nona Lenata. Saya percayakan Luz Company kepada Anda. Saya yakin Luz Company akan semakin sukses ditangan kalian berdua."
"Terima kasih atas kepercayaan Anda Mr. Bram, dan terima kasih atas kesempatan yang telah Anda berikan."
"You are welcome, Ms. Lenata."
🍁🍁🍁
Luz Company
Dubai, Uni Emirat Arab
19.00
Terhitung sudah 1 minggu Lenata bekerja di sini dengan menjabat sebagai Assistant Executive CEO. Namun, selama itu pula dia tak pernah dipertemukan dengan Calvino secara langsung. Tanpa dia tahu untuk saat ini Calvino sedang berada di London atas undangan dari Emran.
Tidak hanya Lenata yang buta akan informasi terbaru mengenai Calvino. Calvino pun juga sama. Bahkan dia tidak mengetahui bahwa saat ini Lenata telah bergabung ke dalam perusahaannya dengan menduduki posisi penting.
"Apakah pekerjaan Anda belum selesai, Nona Lenata? Sekarang ini sudah waktunya pulang."
"Sebentar lagi, Nona Bechara. Silahkan Anda duluan."
"Hm, thank you. Selamat bekerja. Bye." Melambaikan sebelah tangan dengan gayanya yang super genit.
Lenata dibuat menghembus nafas kasar akan attitude sekretaris CEO. Aku tak menyangka ternyata seperti ini kelakuan mu dibelakangku, Vin. Pantas saja kau baik - baik saja meskipun kita saling berjauhan. Setiap harinya saja kau dimanjakan dengan paha dan belahan dada, Bechara. Menyedihkan! Benar - benar lelaki menyedihkan! Kesal Lenata dengan memukulkan tangannya ke meja.
"Auch, sakit … " rintihnya sembari memegangi tangannya sendiri.
Diliriknya arah jarum jam yang terus berputar dan bersamaan dengan itu pula yang ditunggu tak juga menunjukkan batang hidungnya. Akhirnya Lenata memutuskan untuk meninggalkan kantor. Langkahnya terlihat gontai menuju lift yang akan membawanya turun pada lantai di mana mobil kesayangan sudah menunggui kedatangannya.
Sementara itu, yang dia pikirkan tampak menyantap makan malam dengan sang adik tercinta. Selama acara makan malam tidak ada yang saling membuka suara kecuali decap kenikmatan dari hidangan terbaik yang tentunya telah dieksekusi oleh Siera.
Setelah selesai memanjakan lidah, dia pun langsung menyeret lengan Calista menuju taman. "Ih, Kak Calvin pelan - pelan dunk jalannya!" Bersamaan dengan itu melepaskan genggaman dari jemari kekar.
"Makanya, kalau jalan yang cepat dunk, Earl."
"Lagi pula untuk apa sih mengajak Earl ke taman malam - malam seperti ini?"
Calvino tidak menjawab kecuali menarik lengan ramping untuk segera duduk pada ruang kosong disebelahnya. Setelahnya, dia pun tampak menyandarkan kepalanya di antara pundak ramping.
"Tumben banget sih manja. Ada apa ini? Pasti ada maunya."
"Ga ada, Earl. Kak Calvin cuma merasa lelah saja. Oh, iya kak Calvin merasa sangat senang akhirnya kau memutuskan untuk tinggal di London dan mengelola Earl Company. Bagaimana kalau besok pagi kita berangkat bersama ke kantor mu sebelum keberangkatan Kakak ke Dubai."
"Kenapa harus buru - buru kembali ke Dubai. Tinggallah lebih lama lagi di sini." Rajuknya dengan sangat manja.
"Tidak bisa, Earl. Kakak, harus segera kembali ke Dubai."
"Kalau begitu bagaimana kalau malam ini kau tidur dengan memelukku?"
"Mana bisa begitu. Kita ini sudah sama - sama dewasa jadi, hal seperti itu tidak dibenarkan. Dasar manja." Mencubit gemas hidung Calista.
"Kalau begitu pergilah!" Mendorong tubuh kekar menjauh, bersamaan dengan itu Calista langsung melenggang meninggalkan sang kakak, akan tetapi baru beberapa langkah tubuhnya bagaikan melayang di udara karena Calvino menggendongnya ala bridal style menuju kamar kesayangan.
Malam ini sibling goals melewatkan sepanjang malam dengan saling berpelukan. Ya, memang hal seperti inilah yang mereka lakukan setiap kali saling melepas rindu.
🍁🍁🍁
Sang mentari tampak mengintip malu - malu melalui tirai jendela menyapa hangat wajah cantik yang masih juga terlelap. Namun, tak berselang lama dia pun tampak membuka mata.
Ekor matanya tampak melirik ke sisi ranjang. Seketika itu juga mengerucutkan bibirnya disuguhi sisi sebelahnya kosong. Satu hal yang Calista pikirkan pasti saat ini sang kakak sudah berada di lantai bawah menungguinya untuk segera ke kantor.
Tidak ingin terlambat sampai di kantor dan terlambat dalam menghadiri meeting penting bersama CEO dari Fulton Company. Dia pun bergegas ke kamar mandi.
Pagi ini Calista tampak anggun dalam balutan dress selutut yang dipadupadankan dengan blazer. Warna senada yang dia pilih membuat kulitnya yang putih mulus semakin memancarkan keindahan.
Tak ayal atas penampilannya itulah membuat sang kakak tak berhenti berkedip. "Jaga mata mu! Jangan menatapku seolah aku ini seorang penjahat."
"Tentu saja tidak, sayang. Apa salah kalau Kak Calvin mengagumi kecantikan mu, hum?"
Bibir ranum tampak mengulas senyum. Tanpa disangka dan tanpa diduga langsung mengecup pipi Calvino. "Ayo, berangkat!" Ajaknya sembari mengerling genit.
"Sebaiknya kita sarapan dulu."
"Kakak, Earl sudah sangat terlambat jadi, kita harus berangkat sekarang."
"Dengarkan, Kak Calvin. Kita tidak akan pergi ke kantor sebelum kita sarapan. Pekerjaan nomor 2 dan kesehatan nomor 1."
"Tapi, Earl sudah sangat terlambat." Bersamaan dengan itu ponselnya berdering. "Tuh, kan Kia sudah telepon."
Mendengar nama Kia telah membuat Calvino membeliakkan tatapannya. "Kia siapa?"
"Kiara, sahabatku semasa masih sama - sama bekerja di Grand Pierce Hotel. Aku telah mengangkatnya menjadi Assistant Executive CEO."
Kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran telah membuat Calvino tersentak. Jadi, Kiara ada di sini? Di London dan bekerja di Earl Company menjabat sebagai Assistant Executive CEO? Tanyanya dalam hati.
"Kalau begitu ayo berangkat sekarang!" Mengaitkan jemari lentik di antara lengan kekar. Langkahnya terlihat tergesa menuju mobil kesayangan yang akan mengantarkannya pada tempat di mana Kiara Larasati berada saat ini.
"Kak Calvin, pelan - pelan dunk bawa mobilnya! Buat apa sih buru - buru. Meetingnya masih lama."
Ekor matanya tampak melirik ke arah adik tercinta. "Diam dan jangan banyak protes!"
Setelahnya tatapannya tampak lurus ke depan dan bersamaan dengan itu semakin menambah kecepatan laju mobil. Tunggu aku, Nona Kia. Sebentar lagi kita akan segera bertemu. Uh, Kia sayang ... rasanya aku sudah tak sabar memanjakan mataku ini dengan kecantikan mu. Batin Calvino diiringi binar - binar bahagia yang menyirat jelas melalui manik coklat nya.
🍁🍁🍁
Next chapter ...
Hai, guys!! Terima kasih ya masih setia menunggu kelanjutan dari cerita Calvino. Dukung selalu dengan memberikan power stone atau komentar, karena itu sangat berarti untuk kelanjutan dari cerita ini. Peluk cium for all my readers. HAPPY READING !!