webnovel

THE LOVE TRIANGLE | TLT

Kedatangan Calvino le London demi menemui saudara kembarnya sangat di kejutkan dengan seseorang yang menjabat sebagai Assistant Executive CEO. Seseorang yang mengingatkan Calvino pada cinta masa lalu. Berbagai upaya telah Calvino lakukan untuk menepis kenangan demi kenangan. Namun, dengan hadirnya wanita bernama Kiara Larasati, telah membuat hidup Calvino berada di dalam dilema. Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi mengingat sudah ada Lenata disisi. Namun, wanita dengan sejuta pesona tersebut telah memaksa Calvino mendekat bahkan, tanpa Calvino sadari. Berada didekat Kiara telah membuat hidup Calvino berwarna dan penuh dengan gairah. "Uh, Kia ... datanglah, balutlah keheningan ini dengan kehangatan. Iringilah nada - nada kerinduan ini dengan alunan merdu. Dan ... menarilah denganku. Mari kita arungi kebahagiaan, bersama." Ini gila, Calvino benar - benar sudah gila. Desiran hebat yang Kiara timbulkan membuat Calvino tergila - gila tapi, hubungan yang sudah terjalin selama bertahun - tahun bersama Lenata juga tidak bisa dia akhiri begitu saja. Kalau sudah seperti ini Calvino harus bagaimana? Siapa yang akan Calvino pilih? Lenata, yang hadir sebagai pelengkap hidupnya atau Kiara, yang Calvino yakini sebagai belahan jiwanya? So, ikuti terus perjalanan cinta Calvino Luz Kafeel, dalam menentukan pilihan. HAPPY READING!! Warning 21+

Yezta_Aurora · 都市
分數不夠
359 Chs

Chapter 18

Saat ini mobil yang membawa Calvino pergi melaju dengan kecepatan tinggi membelah Kota Surabaya. Sialnya, ditengah perjalanan dipertemukan dengan salah satu mobil yang telah membawa wanita yang dia yakini sebagai Kiara.

Itu kan, Kia. Aku yakin bahwa itu, Kia. Batin Calvino. Bersamaan dengan itu langsung memberi perintah kepada Kenan untuk mengejar mobil tersebut. "Kejar mobil didepan itu, Kenan!"

"Baik, Sir." Beriringan dengan dilajukannya mobil berkecepatan tinggi. Sialnya, mobil Kiara tidak terkejar akibat padatnya mobil didepan sana yang sama sekali tidak bisa disalip.

"Pinggirkan mobilnya!" Bentak Calvino dengan tak sabaran. "Apa telinga mu ini tuli, hah? Pinggirkan mobilnya!" Bentaknya hingga suara bentakannya terdengar memekak telinga.

"Baik, Sir." Bersamaan dengan itu meminggirkan mobil dengan segera. Kini, gantian Calvino yang menyetir. Sialnya, mobil Kiara tetap tidak terkejar akibat terhalang oleh lampu merah. Shitttt, umpatnya sambil memukulkan tangannya pada setir mobil.

Sial, sial, sial, coba saja lampu merah ini tidak menyala. Pasti aku langsung bisa mengejar, Kiara. Kesal Calvino.

Setelah lampu merah kembali menyala. Dengan segera melajukan mobil berkecepatan tinggi. Sialnya, mobil yang membawa Kiara pergi sama sekali tidak meninggalkan jejak. Meskipun begitu sama sekali tidak menciutkan nyali Calvino dalam menyisir setiap sudut kota.

"Sepertinya mobil yang tadi sudah meninggalkan lokasi ini, Sir." Lirih Kenan.

Ekor matanya melirik tajam berpadukan dengan rahang mengetat. "Diam atau ku robek mulut mu, Kenan!" Semua ini salah mu yang tidak becus membawa mobil. Umpatnya dalam hati.

Kenan langsung menundukkan wajah berpadukan dengan permintaan maaf. Untuk saat ini Tuan nya benar - benar sedang tidak ingin diganggu. Sementara Kenan hanya duduk diam tanpa tahu secara pasti siapa yang coba Tuan nya cari.

Oh, seandainya saja Calvino mau memberi tahu bahwa yang dia kejar ini adalah Kiara, pasti Kenan akan langsung membawa Tuan nya menuju kediaman wanita tersebut. Tapi, sangat di sayangkan ketika bibir kokoh masih saja memilih diam dengan menutup rapat bibirnya.

"Shittt, cepat sekali dia menghilangnya." Umpatnya entah pada siapa. Bersamaan dengan itu kembali memukulkan tangannya pada setir mobil.

Ini gila. Benar - benar gila. Bagaimana bisa seorang billionaire seperti Calvino Luz Kafeel, rela berjam - jam membelah jalanan hanya demi menemukan seorang wanita asing yang sama sekali tidak dia kenal. Bahkan belum pernah dia jumpai sebelumnya.

Mungkin sebagaian orang akan berfikir bahwa Calvino sudah gila. Ya, satu kata itu memang sangat tepat untuk menggambarkan penampakan Calvino. Untuk saat ini Calvino tergila - gila ke dalam rasa penasaran akan kemiripan Kiara, dengan Samara.

Sebenarnya keinginan Calvino sangat simple bahwa dia hanya ingin memastikan secara langsung bahwa Kiara itu memang benar - benar Samara atau bukan? Ya, hanya sebuah keinginan sederhana, akan tetapi malah terlihat membingungkan seperti teka teki yang belum terpecahkan.

Tidak tega melihat Tuan nya terus menerus mengemudikan mobil dengan wajah gusar. Akhirnya Kenan putuskan memberanikan diri berbicara. "Biar saya saja yang menyetir, Sir." Tawar Kenan yang langsung dihujani dengan tatapan tajam mematikan. Bersamaan dengan itu memingkirkan mobil. Kenan pun bergegas membukakan pintu untuk Tuan nya. "Silahkan, Sir."

Tanpa mengucapkan satu patah kata pun langsung melenggang begitu saja menuju kursi penumpang. Tanpa dapat ditutupi lagi wajah tampan masih saja berselimut rasa kesal. Ah, coba saja tadi bisa ku kejar, Kiara. Pasti saat ini aku bisa memastikan secara langsung bahwa dia itu Samara, atau bukan. Batin Calvino beriringan dengan rasa kesal yang masih saja menyelimuti hatinya.

Satu hal yang dia lupakan bahwa di dalam dokumen yang Kenan serahkan beberapa hari lalu telah tertera alamat lengkap dari Kiara Larasati. Sayangnya, Calvino melupakan akan hal satu itu.

Entah sudah berapa lama tenggelam ke dalam lamunan yang jelas mobil yang membawanya pergi belum juga sampai ke tempat tujuan. Ekor mata melirik tajam arah jarum jam pada pergelangan tangan. Seketika membeliakkan tatapannya berselimut rasa tak percaya. "Tambah kecepatannya!" Perintahnya pada Kenan berpadukan dengan bentakan.

Dia ini laki - laki apa perempuan, huh? Nyetir kayak keong. Umpatnya.

Vin, Vin, sabar dunk. Jangan kau samakan antara kau dengan, Kenan. Dia bukan pembalap seperti mu. Nasihat Dewa di dalam hatinya.

Tidak perduli pembalap atau bukan. Lelaki harus siap kebut - kabutan di jalanan. Bantahnya tak mau kalah.

Setelah cukup lama membelah jalanan. Kini, mobil yang membawanya pergi sudah sampai di tempat tujuan. Kenan bergegas turun dari mobil lalu, membukakan pintu untuk Tuan nya. "Silahkan, Sir."

Sayangnya. Calvino tidak menjawab. Dia terlihat memasang kaca mata hitam yang membungkus siluet coklat dengan sangat apik. Wajar jika banyak pasang mata yang tertuju padanya, memujanya, hingga saling berlomba untuk bisa melemparkan tubuh di antara kehangatan lengan kekar.

Sialnya, yang dipuja sama sekali tidak melirik. Bahkan terkesan bergeming. Seharusnya, mereka sadar bahwa Putra Kafeel tidak akan pernah tertarik kepada wanita yang dengan mudahnya menggilainya. Calvino lebih menyukai wanita misterius yang tidak akan pernah tertarik pada apapun yang melekat kuat di dalam dirinya.

Ya, ciri - ciri wanita seperti itulah yang dapat menarik Calvino dengan sangat kuat. Sayangnya, hingga detik ini belum juga dia temukan wanita misterius tersebut. Semua wanita yang dia jumpai selalu tergila - gila pada apapun yang melekat kuat di dalam dirinya, begitu juga dengan Lenata, meskipun wanita tersebut tidak pernah menunjukkannya secara langsung.

Langkahnya terlihat tegas menuju pesawat jet yang sudah dengan setia menunggui kedatangannya. Sementara Kenan terlihat mengekori dari belakang. "Silahkan, Sir." Mempersilahkan Tuan nya ketika hendak menaiki tangga menuju badan pesawat. Tidak ada satu kata pun yang mengiringi pergerakan bibir kokoh, begitu juga dengan lirikan. Wajahnya masih saja mengetat berpadukan dengan rahang mengeras.

Sungguh, penampakan seorang Calvino sangat berbanding terbaik dengan Mr. Kafeel yang terkenal dengan senyum khas dan juga keramahannya. Sikap Calvino tidak jauh berbeda dengan Calista yang selalu saja memasang wajah dingin tanpa ekspresi. Wajah tegas, bibir membentuk garis lurus, tatapan dingin, itulah gambaran tentang Calvino - Calista. Sebuah gambaran yang menggambarkan dengan sangat kuat bahwa keduanya adalah sosok misterius yang sama sekali tidak tersentuh.

Meskipun begitu sama sekali tak mengurangi rasa kagum dari banyaknya pasang mata yang selalu tertuju padanya. Calvino selalu dikerubuti para wanita bertubuh molek. Baik dari kalangan model papan atas maupun artis top. Bahkan adanya Lenata disisi sama sekali tak mengurangi nyali dari para wanita untuk selalu mendekat.

Tatapan menajam berselimut aura mencekam sama sekali tidak membuat para wanita bergeming. Mereka masih saja setia mendekat bagai lalat. Tak perduli pada tatapan menajam berselimut aura mematikan.

- Mendekat maka kau akan mati! -

Kalimat yang menggambarkan sibling goals dengan sangat kuat.

🍁🍁🍁

Next chapter ...

Hai, guys!! Terima kasih ya masih setia menunggu kelanjutan dari cerita Calvino. Dukung selalu dengan memberikan power stone atau komentar, karena itu sangat berarti untuk kelanjutan dari cerita ini. Peluk cium for all my readers. HAPPY READING !!

Yezta_Auroracreators' thoughts