webnovel

Asmara kabut

Kenapa jalannya seperti itu, Drey?" Tanya Attaruk merasa ada keanehan pada istri siri yang baru menetap selama dua bulan di rumahnya.

"Nggak apa-apa, pak Attaruk. Kayaknya kakiku ada yang terkilir," Audrey menjawab sekenanya tanpa menatap bintik mata lelaki itu, sembari menggendong bayi Shezan lalu memangku untuk disusui lagi. Kebiasaan duduk di kursi goyang dalam ruangan Tivi, aku bisa menikmati rutinitas ini dengan acara hiburan di televisi.

Aku yang sedari tadi duduk tenang sambil menggoyangkan diri di kursi seperti ayunan. Bayi Shezan masih mengenyot susu asiku yang berlimpah ruah. Pertumbuhan bayi Shezan pun begitu menggemaskan. Terkadang sambil menyusui bayi Shezan yang berusia tiga bulan terus saja aku berhalusinasi menjadi istri yang benar-benar layaknya diperlakukan sebagai pasangan suami istri. Namun, hanya suatu keajaiban yang datang padaku, seorang Attaruk akan menganggapku sebagai istri yang ia cintai.

Attaruk malam ini sedikit aneh menurutku, ia menggigau tidak seperti biasanya. Kali ini Audrey menguping dari balik pintu, gigauan yang menceracau hebat.

"Audrey, istriku jangan tinggalin aku. Duduk sayang, mari kupeluk dikau!" suara itu terus berulang-ulang diucapkan oleh Attaruk seperti nyata bukan gigauan belaka.

"Aku juga ingin menyusup di kedua belahan itu. Biarkan aku mereguk manisnya susu dari kalengnya." tiba-tiba suara itu buatku terkejut sampai latah mengenai pintu.

"Siapa itu...!" teriakan Attaruk dari dalam kamar.

Tak lama Attaruk pun terlihat keluar dari kamar dan berjalan limbung memeriksa keadaan sekeliling kamar. Dan sungguh ia melewati pintu kamar ku hanya ingin mengetahui keadaan bayi Shezan. Aku pura-pura menggeliat ketiduran hanya ingin memberikan sensasi horni pada lelaki yang sudah menjadi suami sah.

Kemudian ia pun duduk di tepi ranjang di sebelahku, hanya ingin memeriksa modal gizi bayinya dalam kondisi sehat. Tangan kanannya merengkuh kedua bola gundukan itu, menyibakkan baju sedikit melebar kearah luar. kebiasaanku setelah menyusui lantas tertidur pulas, terkecuali malam ini aku masih belum nyenyak.

Ia elus perlahan, lalu menarik puting kecil berwarna pink muda, lamat-lamat ia memeriksanya dan menutup kembali.

Tidak ada yang dikhawatirkan, masih cukup stock sampai setahun. Gembul padat dan melimpah susunya.

"Kamu bersyukur, nak! mendapat ibu sambung seorang penyayang," gumam Attaruk pelan dengan mengelus pipi lembut bayi Shezan yang kian chuby.

Keesokan hari, Audrey kelihatan gelisah mondar-mandir seperti ada sesuatu yang dipikirkan.

"Kenapa Drey? kelihatannya hari ini kusut banget, terus tumben seperti ini bagaikan menyimpan sesuatu yang rahasia. Maafkan...biasanya aku nggak perhatian, karena kamu bukan targetku. Malah Aku nggak bernafsu dengan ibu susu anakku."

Sungguh pernyataan itu amat menyakitkan Audrey.

Udara begitu sejuk sampai melumat tulang belulangku. Hawa meremang bulu kuduk hingga pori-pori di seluruh tubuh membuka lebar.

"Audrey....Ahh...."

"Kamu lagi sehatkan..?" Attaruk bertanya, sambil meletakkan punggung tangan di kening Audrey. Ternyata refleks, Audrey mundur ke belakang satu langkah.

"Haapp, tangan Attaruk tertangkap oleh Audrey langsung melepas kembali."

"Maaf, pak Attaruk. Aku spontan tanpa sengaja," dalih audrey berkelit.

"Nggak pa-pa, kok! cuma kaget aja, pengen jadi bayi lagi. Teleponin Mbah Turip, nggak bisa datang," keluh pak Attaruk, nampak kecewa dengan meringis menahan rasa sakit. Ia memijat-mijat tumit kakinya berulang kali.

"Ya udah, biar aku telepon Mbah Paijan. Nanti sekalian aja aku diurut juga, pak?" Audrey menampakkan area pinggang yang terserang pegal-pegal.

Seketika Audrey menaikkan bajunya ke atas sehingga perut mulusnya kelihatan bak pualam.

"Audrey juga mau diurut biar sekalian ...?" ucapnya serius.

Oh, ya udah nanti biar urut berdua. Aku juga merasakan keseleo yang luar biasa nyerinya," Audrey tampak berbicara dengan segan dan gugup. Kemudian mengalihkannya dengan mengendong Shezan dan meletakkan di atas pangkuan kemudian ia menyusui kembali setiap dua jam sekali, sedangkan Attaruk menelan saliva sampai jakunnya naik turun.

Aku merasa suamiku lebih romantis tak seperti biasanya. Padahal hari ini tidak libur bekerja sebagai big bos dikantornya.

Attaruk lebih betah di rumah sambil mengamati pemandangan horni didepan mata. Istri yang tak tega diganggu sebelum ia menyerahkan diri dengan sepenuh cinta.

Menikah dengan Attaruk adalah hal paling membahagiakan dalam hidup Audrey. Tidak perduli meskipun mereka hanya kawin di bawah tangan, perlakuan manis yang, aku terima mengembalikan rasa percaya diri, sebagai wanita bahkan istri siri sekali pun.

Di saat para mama muda seusianya bermimpi untuk menjadi istri yang disanjung dan dimanja, Audrey hanya mempunyai satu keinginan menjadi pendamping Attaruk selamanya. Hal yang sudah lama ditetapkannya sejak saat ia bertemu pria itu pertama kali di depan Bagas.

Hatinya telah terpaut pada lelaki itu saat mengulurkan tangan ke arahnya untuk sekedar menggenggam erat dengan hangat.

Tapi sayangnya ketika menikah, sikap Attaruk hanya menyentuhnya saat menyusui bayi Shezan. Lelaki itu selalu menatapnya dengan tatapan horni seakan mau menyesap di belahan.

Audrey tidak mengerti, kalau Attaruk tidak pernah menyentuh layaknya istri. Lalu, mengapa Attaruk harus setuju untuk menikahinya?

Lelaki itu memiliki sejuta alasan untuk menolak keinginan menerima cinta Audrey. Jujur Audrey begitu tertarik dan jatuh hati pada Attaruk dan berusaha merebut hatinya.Ia telah salah menilai semua perhatian Attaruk yang pernah ia dapatkan selama ini hanya semata-mata untuk bayi Shezan.

Tiga bulan lebih pernikahan mereka ternyata belum ada perubahan pada lelaki tersebut. Apakah Audrey kurang cantik di mata lelaki perkasa itu?

Selama ini, ia sendiri yang hidup dalam mimpi, menolak untuk menerima kenyataan kalau Attaruk hanya membutuhkan sosok seorang ibu buat anaknya shezan.

Audrey menarik nafas panjang lalu melepasnya perlahan. Ia duduk termangu di bed tidurnya, dengan kedua tangan mengusap-usap kepala anak sambungnya. Perlahan ia menyentuh pipi lalu mengusap pipi chaby. Seketika tenggorokan perih dan kering, pengen menikmati minuman segar.

Audrey tersenyum pahit mengingat kenyataan dirinya. Ia beranjak dari kamar menuju area dapur dan membuka isi kulkas penuh dengan minuman segar.

Berusaha menenangkan dirinya sendiri, Audrey mencoba memperlambat pendengaran dari arah kamar Attaruk. Namun, perlahan Audrey menguping suara desahan lelaki dari kamarnya. Seketika wajah Audrey pucat dan kaget, siapakah yang mendesah malam itu, apakah mereka sedang bergumul? Lalu siapakah dalang perusak rumah tanggaku.

Wajah Audrey kini pucat pasi, keringat dingin bercucuran, rasa penasaran kembali menyusup pikirannya.

"Atta....ruk"

"Tapi... aahhh....?"

"Dreeyyy...sayanggg....?!""

"Ingin memelukmu, ingin ku melumatmu," desahan lembut memanggil nama Audrey seketika tersentak.

Audrey yang mendengar namanya disebut Attaruk hilang kendali dan malam itu ikut merasakan nafsu yang menggunung hanya tinggal membuncah hebat, seirama ledakan rasa cinta, tanpa dapat ditahan lagi.

Suasana malam itu menegangkan, pasangan sah ini saling menahan diri bila berhadapan, diam-diam saling merindukan kehangatan. Tak dipungkiri Audrey adalah wanita seksi yang menggiurkan setiap mata lelaki yang memandang.