webnovel

The Journey of Magnificent Hunter

Cerita Ini Diambil Dari Pengalaman Saya Bermain Monster Hunter

Reluctant_Guardian · 游戏衍生
分數不夠
8 Chs

Sebuah Kewajiban Yang Tinggi Dengan Pemikiran Yang Matang

Keberanian dan keyakinan saja tetap tidak akan mengubah situasi, Azura menjadi sangat gugup setelah tahu serangannya menyebabkan kemarahan terhadap Yian Kut-Ku. Kemarahan terlihat jelas dari wajah monster tersebut.

Geraman pertanda Rage Mode telah digunakan.

"Gawat, apa yang harus aku lakukan?" Mata Azura melirik ke arah tangan yang terlihat bergetar hebat. "Apa aku lari saja?" Matanya perlahan meruncing tajam. "Tidak, aku di sini tidak boleh lari!"

Yian Kut-Ku di saat itu melakukan serangan, satu langkah melompat dan kemudian diteruskan gerakan mematuk.

"Huh... selamat!"

Sebenarnya yang Azura katakan kurang tepat, dia tidak menyadari kalau Yian Kut-Ku sudah berlari cepat ke arah dirinya.

Yian Kut-Ku menabrakkan tubuhnya hingga menyebabkan Azura terhempas ke depan, berguling beberapa kali dirinya hingga mendarat dengan tubuh yang terasa sakit, beberapa ranting pohon dan akar dilalui tubuhnya.

"S-Sial!" Darah mengucur dari lengan kirinya. "Perih sekali luka ini!" Wajah Azura bertambah kaget setelah melihat kedatangan dari Yian Kut-Ku yang langsung melakukan pergerakan dengan cepat.

Ini tidak akan lama sampai tubuhnya benar-benar berada dalam keadaan sekarat dan akhirnya mati.

Azura memaksa tubuhnya untuk melompat ke samping yang akhirnya menyelamatkan dirinya dari serangan tersebut.

Napas di dalam tubuhnya terasa sangat cepat berlalu.

"Huh! Huh! Huh!" Napas Azura terasa sesak, jantungnya terasa dipaksa untuk terlepas.

Kaki Yian Kut-Ku terdengar sangat nyaring, ini benar-benar sulit untuk Azura. Tangan kirinya terus menyebarkan efek nyeri yang menyebabkan seluruh tubuhnya menjadi begitu sulit untuk digerakkan.

"Ayolah, apa yang kau lakukan, Azura? Kau pasti bisa mengalahkan monster ini!" Azura mengepalkan tangannya yang disertai gigi yang merapat.

Mata Azura memancarkan sinar merah, di belakangnya sudah ada serangan yang siap untuk membuat tubuhnya menjadi makanan.

Paruh Yian Kut-Ku sudah terbuka dengan lebar, hanya beberapa detik saja sebelum terkena serangan tersebut.

Crash...

Zero menjadi kaget dengan apa yang dilakukan oleh Azura, gerakan yang dilakukan oleh Azura mampu mengakibatkan luka terhadap rahang bagian bawah Yian Kut-Ku.

"Huh... apa itu tadi?"

Yian Kut-Ku tersentak yang kemudian memaksanya untuk mundur beberapa langkah, dia menggelengkan kepalanya beberapa kali.

Sudah menjadi sifat alami bagi suatu makhluk saat menyadari kalau lawan yang ada di depannya memiliki kekuatan yang lebih hebat dan memilih lari adalah sebuah pilihan yang tepat.

Azura langsung berada di dalam berada posisi berlutut, kedua tangannya berada di atas tanah. "Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa aku merasa ada hal yang aneh terhadap tubuhku ini?"

Suara berisik dari armor yang dipakai oleh Zero menarik perhatian Azura, dia sudah sempat berpikir kalau itu adalah monster yang mungkin akan melakukan serangan.

"Kau cukup luar biasa hingga mampu menyebabkan Yian Kut-Ku sampai lari, namun sayangnya kau tidak bisa mengalahkan dirinya!"

"Maaf, aku tidak bisa melakukannya!" Azura memalingkan lirikan matanya, dia juga kesal terhadap dirinya sendiri atas kejadian ini.

"Tidak apa, kau masih belum sepenuhnya siap dalam melakukan hal tersebut! Tapi, kau pastinya akan mampu melakukannya, hanya saja itu membutuhkan banyak proses latihan!"

Pujian ini tidak akan membuat Azura menjadi bangga, semua yang dikatakan oleh Zero hanya pertanda kalau dirinya masih lemah hingga tidak mampu mengalahkan monster dengan kategori lemah di dalam dunia seorang Hunter.

Mereka kembali ke rumah, luka yang diterima oleh Azura harus segera diobati. Daging dari tangannya itu terasa dirobek hingga terus menyebabkan perasaan nyeri.

"Sekali lagi aku ini masih belum bisa melakukan apa-apa, apakah dengan kekuatan yang aku miliki ini masih mampu menggunakannya untuk kekuatan yang jauh lebih besar lagi? Kenapa aku merasa kalau kehidupanku ini terasa cukup membosankan?" Awan yang bergerak di depan matanya begitu indah untuk dipandangi, namun dirinya tidak bisa memikirkan sebuah hal yang menyenangkan.

Zero datang dengan sebuah ikan besar di tangannya.

"Azura, kau pasti cukup lapar! Mari kita makan terlebih dahulu!"

Azura mengangguk.

Ikan itu diolah dengan sangat terampil, Zero memiliki kemampuan memasak yang bagus. Dia bahkan mampu menyulap ikan berukuran besar itu menjadi hidangan yang begitu enak.

Mata Azura terkejut dengan apa yang ada di depannya, semua yang terlihat bagaikan sebuah perhiasan yang begitu indah. Nafsu makannya semakin tinggi.

"Ayolah makan!" ucap Zero dengan nada ramah.

"Huh? Tunggu, kenapa kau tiba-tiba masak seperti ini?" Bagi Azura ini memang adalah hal yang aneh, sebelum ini mereka hanya memakan sesuatu dengan cara dipanggang atau direbus, tidak ada hal yang begitu istimewa dari hal tersebut.

"Hehehehe... aku hanya ingin mencoba hal baru!" Zero menggaruk-garuk kepalanya. "Ini juga untuk menyemangati dirimu, kau sudah berjuang keras selama ini! Kau bahkan sudah melampaui dirimu yang kemarin yang masih lemah dan tidak mampu melakukan apa-apa!"

Azura tertegun mendengar ucapan itu, pandangan matanya tertunduk dengan pancaran kesedihan yang sangat dalam. "Aku ini belum bisa menjadi lebih hebat, dengan pengalaman hari ini saja sudah membuktikan betapa lemahnya diriku ini! Aku tidak lebih hanya makhluk yang mengandalkan sebuah keberuntungan saja, masih banyak hal yang harus diriku pelajari hingga menjadi lebih hebat lagi!"

"Begitu ya, tidak apa-apa, di sini kau itu masih dalam proses! Hanya orang yang memiliki sebuah keberanian yang tinggi kalau mereka mau melewati sebuah proses, di dalam dunia ini tidak ada yang mudah, semuanya harus dirimu lewati dengan semua yang dirimu miliki! Percuma saja kalau kau mencoba untuk merengek, tapi tidak melakukan apa-apa, dirimu hanya makhluk biasa yang pantas untuk berjuang!"

Dalam sekali kata-kata itu hingga menyentuh tubuh Azura, dia menjadi semakin sadar betapa rendahnya dirinya.

Selanjutnya mereka mulai menyantap makanan tersebut, hidangan itu adalah bahan-bahan dari alam yang diolah dengan sangat baik hingga menjadi sebuah makanan yang begitu lezat dan indah.

"Mengejutkan sekali, orang ini bahkan tidak hanya mampu dalam bertarung, namun dirinya juga memiliki kemampuan untuk memasak! Aku rasa bisa belajar lebih banyak lagi!"

Perut sudah kenyang, rasa lelah yang menghinggapi tubuh mulai terasa hilang, namun hal itu tidak akan mengubah situasi apa pun.

"Di sini aku lihat kalau kau ini memiliki sebuah kekuatan dan keyakinan yang begitu besar, dengan kedua keyakinan itu akan menjadikan dirimu sebagai orang yang lebih hebat lagi! Kau mungkin belum menyadarinya, namun dirimu ini memiliki sebuah potensi untuk menjadi lebih hebat lagi!"

Tubuh Azura merinding mendengar ucapan tersebut, perlahan dia menatap telapak tangannya yang sudah dibawanya dalam beraktivitas yang berat.

"Aku ingin tanya kepadamu, aku lihat dirimu tinggal di sini sendirian, kenapa kau tidak hidup dengan orang lain atau paling tidak memiliki satu Lyan?"

__To Be Continued___