Alunan musik mengalun pelan memenuhi seisi ruangan yang beraroma vanilla itu. Di salah satu meja, seorang gadis manis duduk sendiri sambil sibuk dengan ponselnya, terlihat jelas bahwa ia sedang menunggu seseorang.
Tak lama kemudian ia mengangkat wajahnya dan melihat seorang pemuda memasuki café dan berjalan mendekatinya membuat senyum manisnya terkembang.
"Udah lama?" tanya pemuda itu. Gadis itu hanya menggeleng. Seorang pelayan datang membawakan dua gelas caramel machiato panas sampai di hadapan mereka.
Alex menatap gadis di hadapannya yang tersenyum saat melihatnya datang. Mellisa adalah sisi terbalik dari Nadia. Mellisa memang bukan juara kelas seperti Nadia, tapi dia benar-benar sosok seorang gadis seutuhnya.
Wajahnya yang manis, rambutnya yang selalu ditata dengan rapih, dan cara berbicaranya yang sangat lembut. Mellisa memang tidak bisa karate seperti Nadia dan itu membuat Alex merasa memiliki kewajiban untuk selalu melindunginya.
Keduanya saling berhadapan, hanya saling memandang dan tersipu malu. Mellisa memandangi Alex dan dalam hati mulai mengagumi pemuda itu yang ternyata memang keren walaupun tidak sedang menari. Dan sekarang pemuda yang dikaguminya itu telah menjadi pacarnya, dan hal itu benar-benar membuatnya senang.
"Gimana Bandung?" tanya Mellisa tiba-tiba.
"Dingin." Jawab Alex singkat lalu tersenyum. Hujan mulai mengalir deras di luar seakan sengaja untuk menahan mereka berdua di sana lebih lama lagi.
"Udah siap buat ujian akhir minggu depan?" tanya Mellisa basa-basi. Alex menggeleng.
"Nggak. Nggak yakin juga gue." Mellisa tertawa mendengar jawaban Alex yang terkesan cuek.
"Lo mo belajar bareng gue nggak?" tanya Mellisa santai.
Fakta bahwa keduanya sama-sama murid kelas IPS bisa membawa sebuah keberuntungan untuk kedekatan mereka.
"Boleh. Tinggal bilang gue langsung datang." Jawab Alex santai dan tersenyum lalu menyeruput minumannya.
Keduanya kemudian memesan beberapa makanan kecil untuk menemani mereka selama hujan masih mengguyur.
"Emang lo tipe yang bakal belajar karena mo ujian, apa gimana?" tanya Mellisa lagi.
Alex berpikir sebentar sambil memandang wajahnya, lalu tersenyum. "Nggak juga. Kalo gue butuh, pasti gue bakal baca-baca sedikit. Kalo gue nggak pengen, yaudah. Apa kata otak gue nanti." Mellisa mengangguk lalu menyeruput minumannya. "Kalo lo?"
"Hm… gue juga nggak selalu belajar. Tapi kalo ada ujian kayak gini, gue biasanya ngatur jadwal maen biar bisa belajar." Mellisa menutup jawabannya dengan senyum manis.
"kayaknya kalo sekarang lo nggak harus bagi waktu maen sama belajar lagi, deh."
"Koq bisa?" Mellisa bingung mendengar perkataan Alex.
"Kan sekarang, kalo lo keluar maen, berarti lo mo belajar bareng gue." Jawab Alex pasti lalu memberikan senyum manisnya.
Mellisa ikut tersenyum manis mendengar kata-kata Alex yang lebih mirip gombalan itu.
Pertemuan mereka sore ini benar-benar manis. Mereka bertemu di café yang beraroma manis, minum minuman manis, makanannya juga manis, Mellisa gadis yang manis, dan mereka tidak berhenti tersenyum manis satu sama lain.
Tiba-tiba saja Alex teringat pada Nadia. Jika mereka yang sedang jalan berdua, tidak akan terjadi hal seperti ini, dimana mereka tersenyum manis berdua karena mereka menikmati pertemuan mereka, melainkan keberadaan satu sama lain yang sudah dirasa cukup, tanpa harus selalu saling menatap dan tersenyum. Lagipula Nadia tidak suka tersenyum terlalu sering.
DON'T FORGET TO LEAVE A TRACE PLEASE...
so be kind to COMMENT AND VOTE
p.s* your power stone will be refill every 24 hours,
so spare me one of them, please.
Thank You xoxo.