Ardan mengatakan Pionir memiliki tingkat sinkronisasi tertinggi yang jauh melampaui rata-rata manusia. Tidak heran jika aula menjadi hening dengan suasana yang menegangkan, mereka semua sangat penasaran dengan hasil yang Rein dapatkan.
"Setidaknya itu lebih dari 90 poin kan? Tes tertinggi sebelumnya saja cuma menghindari 7 bola tapi bisa dapat 88 poin." Ucap seseorang.
"Entahlah, memangnya berapa skor maksimalnya?"
"Kau pikir aku tahu? Tanyakan saja sama profesor di sana."
Di saat mata semua mahasiswa mengarah padanya, Ardan pun dengan tenang memperlihatkan hasil skor yang mereka tunggu-tunggu. Tampilan layar proyektor segera berganti menjadi kumpulan statistik dengan hasil yang membingungkan.
Nilainya ???
Sangat aneh walaupun di bawahnya terdapat deskripsi yang menjelaskan nilai Rein jauh lebih bagus dibandingkan peserta-peserta sebelumnya, namun hasil tanda tanya itu membuat semuanya bingung.
"Sepertinya pengukuran tadi agak error, tapi sudahlah mungkin kalian semua sudah tahu bakal seperti apa hasilnya." Ucap Ardan tanpa rasa bersalah.
"Bwuuu katanya hasil pemeriksaan selalu akurat, ayo perlihatkan kami nilai asli pionir."
"Iyaa, benar!"
"Ukur ulang saja kalau error."
Mahasiswa merasa kecewa tapi Ardan bukanlah orang yang peduli dengan perasaan mereka. Alih-alih meredakan, ia malah melempar topik yang membuat semua orang yang ada disini ingin segera pulang.
"Apa kalian yakin? Sayang sekali, padahal perangkat ExaDream sudah diantar ke rumah kalian."
"!?"
Hanya orang tuli yang tidak terkejut, siapa yang mengira peralatan super mewah itu langsung datang tanpa proses yang menjengkelkan. Aula seketika menjadi heboh dan beberapa langsung menelepon orang di rumah.
"Sialan itu benar! Barangnya sungguh ada di rumah!"
Memang tidak sopan tapi beberapa mahasiswa ada yang langsung izin tanpa peduli lagi dengan Ardan yang masih berdiri di panggung. Berawal dari satu orang, lalu yang lainnya ikut menyusul dengan alasan klasik seperti izin ke toilet.
"Sepertinya kalian sudah tidak sabar ya. Baiklah kalian semua bisa pulang jika tidak memiliki pertanyaan lagi." Ardan melihatnya dengan senang, ia sudah lelah dan semakin cepat mereka pulang maka semakin cepat pula kelasnya berakhir.
Hingga akhirnya hanya tersisa sedikit orang yang masih duduk dan memperhatikan Ardan. Tampaknya mereka adalah orang-orang menyebalkan yang siap memeras semua informasi yang Ardan miliki.
"Hah... Inilah kenapa aku benci mahasiswa. Tidak bisakah kalian pulang saja?" Keluh Ardan yang membuat wajahnya yang suram tampak semakin suram.
Dan hanya karena tersisa belasan orang lagi di sini, Ardan pun terpaksa menjawab seluruh pertanyaan mereka selama satu jam penuh tanpa bisa beristirahat.
* * *
Setelah kelas berakhir, Rein pulang sambil mencocokkan informasi dalam otaknya. Terlalu banyak pengetahuan baru membuat rencana yang telah disusun kini menjadi tak berguna.
"Sialan, bahkan orang sekelas Ardan tidak tahu apa-apa tentang masalahku." Gumam Rein.
Sesaat Rein sampai di rumah, ia melihat ada mobil sport yang sangat keren terparkir di depan halaman rumahnya. Tentu Rein tahu siapa itu, siapa lagi kalau bukan tukang paket VIP.
Rein membuka sepatu dan masuk ke dalam rumah, karena pintu sudah terbuka berarti seseorang pasti sudah menjamu tukang paket VIP itu, entah itu adik atau orang tuanya.
Di sana ia melihat Remi, adiknya sedang menjamu seseorang yang tampak seperti bapak-bapak tua dengan setelan kemeja santai. Tidak tahu siapa dia, tapi yang menarik adalah keduanya sangat diam dengan Remi menunduk.
"Remi?" panggil Rein.
"Ka-kakak?"
"Kau masih hidup, kan?" Tanya Rein setelah melihat wajah dan baju adiknya yang basah dengan keringat.
Remi mengangguk dengan wajah lega sebelum berdiri dan bergegas pergi ke belakang. "A-aku akan menyiapkan minuman." Katanya.
Aksi adiknya terlihat ceroboh, ia bahkan menabrak kursi sebelum kembali berjalan ke belakang.
Itulah Remi, seorang gadis SMA dengan penampilan normal tanpa ada ciri khas khusus pada dirinya. Ia memiliki mata hitam dan rambut panjang sepaha. Postur tubuhnya terbilang kecil dan kurang pada aspek kewanitaan. Hanya saja, ia sangat cantik sampai-sampai teman Rein suka bercanda untuk memacari adiknya.
Selain penampilan, hawa keberadaan Remi sangatlah tipis seolah ia akan menghilang jika tidak diperhatikan. Mungkin karena keadaannya yang seperti ini membuat sifat introvert Remi sudah hampir seperti penyakit. Ia akan berkeringat sangat deras ketika mengobrol dengan orang asing, contohnya seperti tadi.
"Maaf sebelumnya, bapak siapa ya?" Tanya Rein lalu duduk menggantikan Remi.
Wajah pria itu tampak tidak asing, namun Rein tidak bisa mengingatnya dengan jelas.
"Kau tidak mengenalku?" Tanyanya. Dan itu membuat Rein menjadi semakin penasaran.
"Maaf, aku tidak ingat. Apa kau mungkin tukang paket? Maksudku kurir Exaworld Online kemarin?"
"..."
Ekspresi keterkejutan terbentuk di wajah pria tua itu. Mulutnya terbuka dan tertutup seolah ingin menyangkal pertanyaan Rein, namun ia memilih untuk diam dan mengeluarkan isi koper miliknya.
Beberapa lembar dokumen dikeluarkan, terdapat banyak foto dan laporan negatif terhadap seorang player berambut putih.
"NieR sang cheater. Apa pendapatmu tentang dia?"
Wajah Rein seketika berubah menjadi bermusuhan, alisnya menyipit dan matanya menajam. Ia sangat tidak menyukai julukan yang diberikan pria tua itu.
"Apa maksud anda mengatakan itu?"
"Melakukan peretasan, menggunakan software pihak ketiga, dan penyalahgunaan bug sistem adalah pelanggaran berat yang kita sebut sebagai cheater." Jawab pria itu dengan menunjukkan bukti-bukti di atas meja, dan kemudian melanjutkan.
"Aku penasaran berapa tahun kau akan dipenjara karena ini?"
Rein merasa sedikit takut, tapi bukan berarti ia akan mengalah dengan omong kosong itu. Ia paling tidak suka dirinya dituduh melakukan kesalahan padahal kesalahan itu dilakukan oleh orang lain.
"Haha menarik, kau mengatakan aku bersalah di saat sistemmu busuk seperti itu? Laporan yang kau bawa ini tidak berguna, apa yang kulakukan di sana itu bukanlah bug melainkan sebuah fitur bodoh yang kalian ciptakan sendiri." Rein merasa semakin kesal. Meskipun lawan bicaranya sudah tua, tapi bukan berarti ia harus diam dan menerima tuduhan begitu saja.
"Tidak ada yang namanya fitur seperti itu." Jawab pria itu.
"Apakah begini sikap seorang developer Exaworld Online? Aku sangat kecewa." Rein mengambil smartphone yang ada di sakunya dan kemudian menunjukkan balasan email dari pihak Exaworld Online. "Bisakah kau berkata seperti itu lagi setelah melihat ini?"
"...." Pria itu terdiam saat membaca pesan, dan kemudian sesuatu yang tidak diharapkan terjadi.
Pria itu tiba-tiba menghapus pesannya.
"Heii apa yang kau lakukan?!" Rein seketika berdiri dan merebut ponsel miliknya. Apa yang dilakukan pria itu benar-benar sudah keterlaluan dan hampir membuat emosi Rein meledak.
Namun sebuah jitakkan tidak terduga datang dari belakangnya.
Dug!
"Aduh!" Rein seketika melihat ke belakang dan mendapati Remi sudah tiba dengan beberapa cangkir teh dan cemilan.
"Pria ini sudah gila kenapa malah aku yang kau pukul?" Tanya Rein sambil menggosok kepalanya yang sakit.
"Kakak kau yang gila, apa kau tidak tahu siapa dia?" Remi terlihat marah dengan menginjak kaki Rein.
Sekarang Rein baru sadar kalau dia tidak tahu siapa identitas pria tua menjengkelkan ini. Yang pasti impresi Rein padanya sudah mencapai titik terendah.
Setelah menggelengkan kepalanya Remi pun menjawab. "Dia Kazuma, pemimpin perusahaan Exaworld Online cabang Indonesia."
"?!" Sebuah keterkejutan bisa dilihat dari matanya.
"Maksudmu pria tua aneh ini Kazuma? Bagaimana mungkin."
"Sudahlah jangan bersikap tidak sopan begitu ke orang yang lebih tua."
Rein bisa merasakan tekan kemarahan Remi menguat saat kakinya diinjak.
"Pfftt hahaha aku tidak tahan lagi. Kalian berdua terlalu lucu hahahaha..." Kazuma, pria tua menjengkelkan itu tertawa keras saat suasananya menegang.
"Maafkan aku hahaha, aku hanya sedikit bermain-main. Tidak ada yang namanya hukuman di dunia nyata pada game Exaworld Online." Ucap Kazuma sambil tertawa.
"... Begitu? Tapi kau agak menjengkelkan juga ya pak tua." Ejek Rein sebelum kakinya sekali lagi diinjak Remi.
"Hahaha kau akan cepat mati jika terlalu serius. Ambil ini sebagai hadiah untuk kalian berdua." Kazuma memberikan sebuah botol yang familiar, itu adalah cairan lendir menjijikkan yang pernah Rein minum sebelum login ke Exaworld Online.
"Ohhh ExPotion, bukankah minuman ini lumayan mahal. Hahaha pak tua kau tahu juga ya caranya bercanda."
Sebotolnya seharga 5 juta dan dia dapat 2! Itu sudah lebih dari cukup untuk mengubah rasa jengkel menjadi rasa suka kepada pria tua nan imut itu.
"Jadi apa tujuanmu kemari tuan Kazuma? Apa untuk menghapus bug sistem milikku?" Tanya Rein.
Kazuma segera menggelengkan kepalanya yang membuat Rein kecewa. "Sayangnya aku tidak memiliki otoritas seperti itu. Aku hanya bisa menawarkan sedikit bantuan kecil dengan apa yang bisa kau lakukan."
Alis Rein sedikit terangkat, agak mengherankan seorang sekelas Kazuma tidak mendapatkan otoritas. 'Jika dia saja tidak bisa, lalu siapa?'
"Mana yang ingin kau dengar lebih dulu? Kelebihan atau kekurangan?" Tanya Kazuma.
Biasanya seseorang cenderung memilih opsi kekurangan terlebih dahulu agar berita baik nanti bisa menjadi penyembuh dari rasa kekecewaan. Tapi Rein memilih sebaliknya.
"Kelebihan."
Kazuma mengangguk dan kemudian mengeluarkan tabletnya. "Pernahkah kau mendengar tentang OverSync?"
"... entahlah, sepertinya tidak."
"OverSync itu sebuah kondisi dimana otak pemain bersinergi secara maksimal dengan dunia virtual. Contohnya seperti ini."
Sebuah video rekaman diputar. Itu adalah penampilan Rein yang berhasil menjalani tantangan sinkronisasi dengan sangat gampang. Tidak ada yang menarik sehingga Rein menjadi bingung.
"Lalu? Apa artinya itu." Tanya Rein.
"Coba kau lihat di menit-menit terakhir, kau pasti mengerti apa maksudku."
Rein merasa penasaran dan mulai menontonnya dengan saksama. Memang awalnya tidak ada yang aneh saat ia menghindari tembakan bola-bola itu. Tapi sesaat kemudian dia menyadari sesuatu.
"Bolanya sangat cepat... kok bisa?"
Rein ingat dengan pasti, prinsipnya saat itu semakin banyak bola maka semakin lambat pula kecepatan mereka. Tetapi tidak di video ini, malahan bola bergerak semakin cepat dari bola pertama.
"Kau melihat bola bergerak lambat kan? Itulah OverSync, sebuah keadaan dimana otakmu bekerja secara penuh dan menyerap seluruh informasi dengan sangat cepat."
"... begitu." Rein menyentuh dagunya dan mulai berpikir.
OverSync, kekuatan ini merupakan variabel baru yang sama pentingnya dengan statistik dan level bagi pemain. Mengetahui hal ini lebih awal tentu adalah hal baik.
"Apakah ini semacam bakat bawaan dari lahir, atau ada semacam cara untuk melatihnya?" Tanya Rein.
"Tentu ada, akan kuberikan cara latihannya untukmu." Kazuma memberikan sebuah buku tipis yang berjudul OverSync kepada Rein.
"Lalu apa kau ingin mendengar kabar buruknya sekarang?"
Rein dengan gugup mengangguk. Entah kenapa firasatnya terasa sangat jelek saat Kazuma memulai pertanyaan itu.
"NieR, kau memiliki bakat dan keahlian yang bagus untuk Exaworld Online, tapi..." Kazuma berhenti sejenak dan melanjutkan dengan nada kecewa.
"Kau harus menunggu 1 tahun sebelum bug-mu menghilang."