webnovel

The Forgotten Princess.

Bijaklah memilih bacaan, terdapat beberapa adegan kekerasan dan dewasa dalam novel ini. “Suka atau tidak suka kau akan tetap menjadi wanitaku, Gina,”ucap Massimo dingin tak terbantah. “Semuanya sudah tertulis dalam perjanjian yang dibuat kakekmu dan kakekku.” “Aku bukan bagian dari keluarga Sanders lagi, jadi aku tidak berkewajiban memenuhi perjanjian itu.” Gina menjawab lantang tanpa rasa takut. Massimo tertawa lebar. “Jadi kau menolakku?” “Tentu saja!” “Baik, kalau begitu akan kubuat satu-satunya orang yang kau cintai hidup dalam keadaan menyedihkan. Akan kubuat dia berharap kematian lebih baik dari hidupnya saat ini,”ancam Massimo sungguh-sungguh. sinopsis: Gina yang terlahir dari wanita yang tak diakui keberadaannya oleh keluarga sang ayah terpaksa harus mencari ayahnya ke Barcelona atas amanat sang ibu yang meninggal karena kanker. Hidup bersama ibu dan saudara-saudara tirinya ternyata tak membuat hidup Gina menjadi lebih baik, sang ibu tiri yang mengincar harta ayahnya menghalalkan segala cara untuk membuat putra kesayangannya Diego Alvarez menjadi ahli waris keluarga Sanders. Sementara itu Gina harus terjebak dalam sebuah perjanjian gila yang dibuat kakeknya puluhan tahun yang lalu untuk menjadi wanita seorang ahli waris dari penguasa Barcelona Massimo del Cano yang tak menginginkan pernikahan, Gina menjadi pengganti adik tirinya atas perbuatan sang ibu tiri yang menjebaknya. Hubungan yang Massimo inginkan tak lebih dari hubungan Tuan dan budak, mampukah Gina bertahan dalam hubungan itu? Hubungan mengerikan dari seorang pria yang ternyata menjadi cinta pertamanya.

nafadila · 现代言情
分數不夠
618 Chs

Sedikit pelajaran

Setelah berkata seperti itu Gina kemudian mengedipkan satu matanya kepada wanita baik hati yang sudah memperingatkannya itu, sebelum akhirnya ia menekan tombol yang ada di sampingnya agar sang pengemudi bus menghentikan laju mobilnya.

Mendengar tombol permintaan berhenti di tekan sang pengemudi bus kemudian menghentikan laju mobilnya di halte terdekat, setelah itu pintu keluar pun terbuka. Gina dengan tenang keluar dari dalam bus, seolah tak terjadi apa-apa lagi pun ia sangat waspada ketika menyadari ketika orang pria yang sebelumnya membicarakan dirinya juga ikut turun dari bus.

"Ck, baiklah. Anggap saja ini sebagai pemanasan karena sudah hampir 4 bulan aku tak berlatih,"ucap Georgina dalam hati saat menyadari ketiga pria itu terus mengikutinya.

Tanpa rasa takut Gina mempercepat langkahnya menuju ke sebuah lorong sempit yang berada tak jauh di depan matanya, ia yakin sekali tempat itu adalah jalan buntu. Karena itu Gina pura-pura berlari seolah-olah mencari jalan pintas, supaya ketiga orang pria yang mengikutinya semakin bersemangat.

"Bam, ternyata benar ini jalan buntu. Tempat sempurna untuk melakukan kejahatan,"ucap Gina lirih saat menyadari tempat dimana ia berada saat ini.

Saat Gina sedang memperhatikan keadaan sekitar, ketiga pria yang sejak tadi mengikutinya muncul. Mereka bertiga tertawa lebar saat melihat gadis incarannya terlihat bingung.

"Hi gadis cantik, apa kau tersesat?"tanya seorang pria yang memakai jaket dengan keras.

"Apa kau mau kami bantu?"tanya pria lainnya sambil terus menatap Gina dari atas kepala sampai bawah kakinya tanpa berkedip.

Gina tersenyum dan melipat kedua tangannya didada. "Apa ini yang biasa kalian lakukan setiap hari?"

Ketiga pria itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya saling pandang satu sama lain dan kembali menatap Gina dengan tatapan kelaparan.

"Sepertinya kau sudah tahu kalau kami mengikutimu, ya gadis cantik?"

"Sudahlah Robert, sikat saja jangan terlalu lama basa basi. Aku sudah tak sabar ingin menikmati tubuhnya,"sahut seorang pria lainnya dengan cepat.

"Iya ayo, jangan biarkan mangsa kita yang cantik ini lepas. Sepertinya akan sangat menyenangkan jika bercinta dengan seorang gadis yang sedikit pemberontakan sepertinya."

Pria bernama Robert yang menjadi pimpinan dari kelompok itu pun terkekeh mendengar perkataan kedua temannya, dia kemudian berjalan mendekati Gina yang terlihat tenang sekali tak seperti gadis-gadis yang selama ini jadi korbannya.

"Lebih baik kau patuh dan layani kamu dengan baik sebelum kami berbuat kasar, sungguh tubuh dan wajahmu sangat indah. Kami tak mau merusak calon sumber uang kami,"ucap seorang pria yang berada disamping kiri Robert dengan sangat kurang ajar.

"Apa maksudmu dengan kata calon sumber uang?"tanya Gina dengan cepat, ia merasa terusik dengan kata-kata itu.

Pria bernama Robert terkekeh mendengar pertanyaan Gina, perlahan ia melepaskan satu kancing bajunya paling atas berusaha menunjukkan tato yang berada di dadanya. "Kami adalah orang-orang penting di EL Kabron Bar, tempat dimana gadis-gadis cantik yang sepertimu mudah mencari uang."

What the hell!

"Kalian mucikari?"tanya Gina kembali tanpa rasa takut.

Robert dan kedua anak buahnya tertawa terbahak-bahak, baru kali ini mereka bertemu dengan seorang gadis cantik yang akan mereka nikmati tubuhnya saat lagi sangat lancang bicaranya.

"Sudahlah bitch, lebih baik segera buka pakaianmu sendiri dan buka kedua kakimu lebar-lebar supaya kami bisa menikmati tubuhmu dengan mudah,"sahut salah satu anak buah Robert dengan keras.

Wajah Gina memerah, dipanggil bitch dan diminta untuk membuka pakaian serta menyerahkan dirinya dengan sukarela membuat kemarahannya terpancing. Sepertinya kesabaran Gina sudah habis saat ini.

"Sepertinya kalian tak bisa diajak bicara baik-baik, baiklah majulah kalian bertiga. Aku akan melayani kalian sekaligus,"ucap Gina pelan, kakinya langsung membuat kuda-kuda. Gina sedang memusatkan kekuatannya di kaki saat ini.

"Haha...apa aku bilang, pelacur kecil ini pasti sangat hebat. Terbukti bukan,"sahut salah satu anak buah Robert dengan keras sambil melepas seluruh kancing pakaiannya saat berjalan mendekati Gina.

"Ternyata gadis cantik sepertimu liar juga... aarrgghhhh…"

Robert tak dapat menyelesaikan perkataannya karena tendangan memutar kaki kiri Gina secara tak terduga mendarat di wajahnya, yang mana hal itu langsung membuatnya jatuh ke belakang dan menabrak salah satu anak buaya yang berada di samping kanannya.

"Fuck…kau.."

Gina tersenyum, ia kemudian menggerakkan jari telunjuknya dan ia gerakkan kebelakang untuk mengundang pria itu mendekat ke arahnya.

"Come to me,"ucap Gina pelan saat tengah menggerakkan tangannya ke arah pria yang ada dihadapannya.

Karena sedang dipengaruhi emosi pria itu lalu maju ke arah Gina sambil berlari dan hal itu langsung dimanfaatkan Gina, Gina yang tak mau menguras tenaga terlalu banyak dengan cepat menunduk dan menggerakkan kakinya untuk menyerang kaki pria yang sedang berlari itu.

Bruk

Suara tubuh pria itu terdengar cukup keras ketika jatuh menghantam tanah dengan bagian wajah terlebih dahulu.

Gina bangun dan berkacak pinggang dihadapan ketiga pria yang sudah terjatuh di tanah itu secara bergantian, meski mereka saat ini sudah tak berdaya namun Gina ingin memberikan pelajaran pada ketiganya.

Dengan gerakan cepat Gina sudah berada di hadapan Robert dan satu anak buahnya.

"Ini adalah balasanku karena kalian menyebutku sebagai pelacur,"ucap Gina pelan sebelum ia melancarkan pukulannya ke wajah ke dua orang pria itu.

Tak lama kemudian terdengar teriakan yang cukup menyayat hati dari ketiga pria yang tak sepadan dengan pemegang sabuk hitam itu, ketiganya dengan mudah Gina taklukkan. Bahkan ketika ketiganya minta maaf Gina belum puas, tiba-tiba sebuah rencana brilian terselip dalam otaknya.

"No no no…."

Robert dan kedua anak buahnya berteriak keras saat melihat Gina melepaskan ikat pinggang mereka.

Bersambung