webnovel

The Barista's Love Coffee

Aisyah seorang barista, memiliki cita-cita menjadi seorang pengusaha kafe. Kemampuannya meracik kopi sangat mumpuni, sampai seorang pengusaha properti tergila-gila pada kopi buatnya dan menjebak Aisyah agar bisa selalu membuatkan kopi untuknya setiap hari. Kris Axel pengusaha properti dan memiliki aset hampir diseluruh kota besar di Indonesia belum lagi beberapa asetnya diluar negeri. jatuh cinta pada kopi buatan Aisyah, barista cantik karyawan sebuah kafe. awalnya suka pada kopi buatan Aisyah, akhirnya malah jatuh cinta pada barista cantik tersebut. Aisyah sudah mencuri hati sang milyuner. Akan kah mereka bisa bertahan dengan cintanya, karena wanita penggila harta sudah menanti untuk bersaing dengannya mencuri hati Axel.

rachma_akbari · 现代言情
分數不夠
25 Chs

Tidak Suka Dipaksa

Kening Aisyah berkerut tidak mengerti namun dia masih mendengarkan apa yang dikatakan Daniel

"Kamu gak usah minder, siapapun kamu aku gak peduli," katanya sambil tersenyum yang membuat Aisyah sampai membuka mulutnya karena perkataan Daniel.

"Maksudnya?" Tanya Aisyah pura-pura bodoh.

"Iya, perbedaan derajat kita bukan penghalang kita untuk bersama," katanya sekali lagi dengan yakin.

"Gak usah khawatir aku yang bayar kok, kamu cukup hadir saja, karena itu kan pesta kamu," katanya masih tersenyum yang membuat Aisyah ingin tertawa terbahak-bahak.

"Pede banget ini orang," dalam hati Aisyah. Daniel memang selalu percaya diri dia yakin tidak akan ada yang menolak pesonanya.

"Aku gak ngerti yang kamu omongin barusan," kata Aisyah mengerutkan keningnya, namun pembicaraan mereka ketika panitia sidang memanggil para peserta sidang untuk masuk keruangan, mendengarkan pengumuman kelulusan.

Wajah Aisyah tersenyum bahagia, dengan cepat dia mengambil ponselnya. Sesuai janjinya tadi pada Axel untuk meneleponnya, jika hasil yang didapat dari sidang skripsi keluar.

Axel:

"Halo," suara datar dan berwibawa Axel terdengar di telinga Aisyah, namun tidak penuh kemesraan seperti biasa.

Aisyah:

"Aku cuma mau kasih kabar, kalau aku lulus dengan nilai sangat memuaskan," kata Aisyah ceria, dia berharap kekasihnya akan bangga tentu saja.

Axel:

"Bagus kalau begitu," kata Axel masih datar, namun trrdengar suara petempuan bertanya pada Axel.

"Jadi bagaimana, apakah kita jadi makan malamnya?" Tanya perempuan di seberang sana.

Axel:

"Ya. Nanti kita bicara lagi aku sedang meeting," kata Axel pada Aisyah sambil menjawab pertanyaan wanita yang tadi bertanya padanya.

Aisyah terdiam karena sejak dia dekat dengan Axel, dia tidak pernah mendengar Axel berbicara dengan nada dingin seperti tadi lagi padanya.

"Bukannya aku yang telpon ya, kenapa dia yang matikan teleponnya terlebih dahulu?" mood Aisyah langsung drop namun panggilan terdengar dari belakang Aisyah.

"Ya?" Ternyata Ella yang memanggilnya.

"Kita makan-makan di cafe biru yu sekalian ngerayain kelulusan kita," kata Ella sambil mengapit tangan sahabat ya itu.

"Siapa yang ngajak, eh maksud aku punya ide?" Aisyah meralat karena dia tidak mau kalau jika itu idenya Daniel.

"Aku sama temen-temen yang sidang tadi, gimana kamu gak harus kerja kan hari ini?" Tanya Ella penuh harap.

"Tidak, tentu saja tidak. Ayo tapi aku telpon kakek dan Nenekku dulu ya kasih kabar kalau aku sudah lulus," katanya pada Ella meminta izin.

"Lho  yang kamu telpon siapa barusan?" Tanya Ella bingung yang membuat Aisyah gelagapan

"Oooh itu istri bos, dia minta aku kasih tahu kalau sudah ada hasilnya," katanya berbohong.

"Ya sudah aku telponnya sambil jalan," Kata Aisyah lagi, Mereka lalu berjalan mengikuti teman-teman yang lain.

"Aisyah!" Panggil seseorang setengah berteriak dan membentak padanya yang membuat langkah mereka terhenti.

"Kamu gimana sih, aku kan bilang akan mengajak kamu merayakan kelulusan, ayo teman-temanku menunggu," kata Daniel sambil hendak menarik lengannya, namun ditepis Aisyah pelan.

"Maaf aku sudah buat janji sama tema-teman yang lulus kalau kami akan merayakan bersama," kata Aisyah dengan nada biasa saja.

"Tapi Kan kamu tadi sudah janji akan pergi denganku," katanya sedik nggas yang jelas tidak disuka oleh Aisyah, sedangkan Axel saja tidak pernah seperti ini. Ingat Axel Aisyah malah tambah kesal padahal tadi pagi kekasihnya lah yang meminta dikabari pertama kali, lalu dia mau diner lagi membuat Aisyah menarik nafas kasar jadinya.

"Aku susah janji? Kapan?" Tanyanya bingung yang membuat teman-teman Aisyah tersenyum. Begitulah Daniel selalu berkuasa dan paling tampan sehingga tidak akan ada orang yang menolak pesonanya.

"Tadi setelah sidang kan kita sudah membicarakannya," kata Daniel ngotot.

"Yang ngomong kan kamu, aku tidak mengiyakan," katanya polos apa adanya. Satu hal dari Aisyah dia tidak suka di stir orang apalagi bukan siapa-siapa dirinya.

"Sudah ya aku kasihan teman-temanku sudah lapar," kata Aisyah lagi sambil meninggalkan Daniel, padahal dia sudah berjanji akan membawa Aisyah dan bisa menginap malam ini di apartemennya pada teman-temannya, dan Daniel tidak bisa memaksa lagi karena jika dia memaksa Aisyah akan semakin menghindar dan itu akan membuatnya malu.

"Kau lihat saja Aisyah, kau akan mengemis padaku, berharap akan cintaku. Sekarang kau bisa jual mahal," kata sambil mengepal tangannya, Daniel marah karena baru kali ini dia ditolak dan banyak orang yang menyaksikan. Sementara di salah satu sudut seorang perempuan meremas ujung baju kemejanya melihat kelakuan Daniel.

*

Setelah mengabari Kakek dan Neneknya, Aisyah berjalan ke arah meja dimana teman-temannya kumpul.

"Gimana? Sudah teleponnya, pasti kakek dan nenekmu bangga dan bahagia kalau kamu sudah lulus dan berhasil mendapat nilai tertinggi," kata Ella sambil menepuk-nepuk pundak Aisyah.

"Ya dia bangga dan memintaku untuk pulang karena mereka ingin membuat syukuran," kata Aisyah senang.

"Oya jadi kapan kamu akan pulang, aku boleh ikut. Mamaku juga tadi senang mendengar aku lulus tapi katanya nanti saja pulangnya setelah wisuda, kamu tau kan tempatku jauh di maluku, di pulau kecil pula. Terlalu mahal kalau harus pulang pergi," katanya Ella yang memang  tinggal di pulau tual kepulauan kecil bagian wilayah maluku.

"Serius kau mau ikut pulang denganku ke Bandung?" Tanya Aisyah pada Ella.

"Tentu saja aku mau," kata Ella dengan wajah senang.

"Baiklah lusa kita akan ke bandung aku pesan dulu travelnya ya dan mengabari kakekku kalau kita lusa akan ke bandung. 

"Kamu Serius kan?" Tanya Ella tidak percaya.

"Iya serius untuk ongkos aku yang tanggung, kamu  gak usah khawatir?" Ella bertambah senang lalu memeluk tubuh Aisyah.

"Terima kasih ya Aisyah," Ella membalas perkataan Aisyah sambil melepas pelukannya.

Setelah cukup lama mereka mengobrol sambil bercerita rencana masing-masing tak terasa waktu mulai petang, Aisyah melirik ponselnya sudah jam 5 dan Axel tidak menghubunginya. Aisyah memutuskan untuk pulang ke kosannya, saja apalagi sepertinya Axel sedang sibuk sekali

*

"Cape banget," Aisyah berkata pada dirinya sendiri sambil menggerakan kepalanya kekanan dan kekiri lalu badannya  seperti orang yang sedang stretching untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku.

"Ternyata berpikir keras itu membuat kita sangat lelah," katanya lagi sambil melempar tas dan membuka baju karena dia mau mandi.

15 belas menit kemudian ia selesai mandi, selesai membersihkan diri dan mengeringkan rambutnya, Aisyah berbaring diatas tempat tidur dengan pakaian tidur yang nyaman. Ia mengambil ponselnya kemudian melihat pesan yang masuk, hanya beberapa pesan dari teman kerjanya yang mengucapkan selamat dan juga teman kuliahnya yang tadi tidak ke kampus.

"Sepertinya aku harus memperpanjang cuti hingga senin depan," lalu dia mengirim pesan pada bosnya dan menjelaskan alasannya  namun Ben hanya mengizinkan sampai hari jumat karena kemarin dia dia cuti Ben sangat keteteran belum lagi beberapa pelanggan mengatakan kopi hitamnya kurang mantap, tidak seperti jika Aisyah yang membuatnya.

Setelah melihat kembali tidak ada pesan yang masuk dari Axel, Aisyah meletakan ponselnya di atas nakas dekat tempat tidurnya.

"Sepertinya Abang sangat sibuk, atau dia sedang makan malam dengan perempuan yang mengajaknya tadi, aaah sudah lah aku tidak ingin merusak diriku dengan kecemburuan tak penting, lagi pula siapa aku." Aisyah tidak berani menghubungi Axel dia takut mengganggu Axel yang mungkin saja sedang sibuk bekerja.

"Besok saja aku telepon, mudah-mudahan dia tidak terlalu sibuk, lagi pula aku harus membuatkan kopi untuknya besok dan aku juga akan meminta izin untuk libur beberapa hari," katanya bermonolog pada dirinya sendiri.

Tak lama dia terlelap, tubuhnya yang letih dan juga bebannya yang sudah berkurang, karena dia sudah lulus kuliah hanya tinggal menunggu hari wisuda.

**