"Sekali lagi aku minta maaf, yaa … anakku sedang aktif-aktifnya. Ibunya sedang berada di toko ini, jadi dia tidak sabar ingin menemuinya."
"Oh, ya? Apakah itu Gisel, yang dibicarakan oleh para pegawai saat acara fun day?" tanya Anton.
"Iya … itu dia, Gisel, istriku," ujar Bass, saat Gisel datang dengan sebuah kantong belanjaan.
"Ibu …," rengek Kayla, menunjukkan cone es krim yang masih saja digenggamnya.
"Sayang, ini pegawai baru yang akan menggantikan Pak Carlos," ucap Bass, memperkenalkannya kepada Anton dan juga istrinya.
"Wah, sebuah kebetulan kita bertemu di sini …," ujar Gisel menyapa Anton dan Clarine.
"Kau pasti Gisel, istri Bass yang menjadi idola para pegawai di kantor," ujar Anton, sok akrab.
"Idola bagaimana?" tanya Gisel tidak mengerti dengan maksud perkataan Anton.
"Orang kantor kerap membicarakanmu. Istri Bass yang cantik, istri Bass yang setia, istri Bass yang sangat baik," jawab Anton kemudian.
"Ah, itu terlalu berlebihan. Sebelum menikah dengan Bass, aku juga bekerja di perusahaan tersebut, jadi aku sudah tidak asing lagi bagi mereka," jelas Gisel.
"Sayang, pulang, yuk!" ajak Bass. Bass merasa kurang nyaman pada keadaan tersebut dan memilih untuk mengajak istri dan kedua anaknya untuk pergi, dengan alasan akan makan siang bersama orang tua Gisel di rumah.
Mereka pun saling berpamitan dan pastinya kata sampai jumpa sangat tepat untuk mereka berempat, karena bukan lagi sebuah kemungkinan untuk mereka akan bertemu lagi.
"Apakah itu masih lama? Aku sudah risih dengan ini," gerutu Clarine.
"Bukankah kau tadi baik-baik saja? Mengapa sekarang menggerutu?" tanya Anton, merasa heran dengan perubahan sikap istrinya.
Clarine hanya diam dan memalingkan pandangannya, sudah terlalu kesal dengan anak Bass dan Gisel karena sudah membuat celananya kotor, kini suaminya juga membuatnya kesal karena sudah membuatnya harus menunggu.
Sementara itu, Gisel dan Bass yang sedang menuju ke area parkir memilih untuk diam dan tidak saling bicara. Padahal hati mereka seperti ada yang ingin dibicarakan. Gisel, Bass dan kedua anaknya sudah masuk ke dalam mobil. Keano duduk di belakang dan sudah dipakaikan seat belt, sementara Kayla duduk dipangkuan Gisel, duduk di depan bersama Bass.
"Sayang," ucap Gisel dan Bass bersamaan.
"Kau dulu," ucap Bass.
"Hmmm, itu tadi … Anton pengganti Pak Carlos yang pernah kau ceritakan?" tanya Gisel.
"I—iya … mereka resah, khawatir Anton akan merebut posisiku," jawab Bass.
"Kau tidak perlu cemas tentang itu. Om Santa pasti lebih paham kalau kau jauh lebih terbaik dari siapapun dan paling bisa dipercaya, sayang," ujar Gisel, memberikan support untuk suaminya agar tidak pesimis.
"Semoga saja begitu, sayang," balas Bass, sembari memberikan usapan lembut pada kepala Gisel dengan tangan kirinya.
"Oh, iya … apa yang kau ingin bicarakan?" tanya Gisel kemudian.
"O—ouh, itu … aku juga ingin membicarakan tentang Anton. Teman-teman bilang, istri Anton sangat cantik. Tapi menurutku, kaulah istri yang cantik, di antara wanita cantik," jawab Bass, lagi-lagi memberikan usapan di kepala Gisel, sebagai ungkapan sayangnya.
Mobil Bass melaju menuju ke sebuah tempat makan, dimana mereka ingin membeli mie yamin kesukaan Bass. Mereka tidak makan di tempat dan memilih untuk take away, karena mereka sudah berjanji akan makan siang bersama dengan kedua orang tua Gisel.
"Tambahkan satu porsi untuk Keano, aku yang akan menghabiskannya nanti," ujar Gisel, memilih untuk menunggu di dalam mobil saja, sementara sang suami yang membeli makanan untuk makan siang mereka.
***
Cklek
Anton dan Clarine masuk ke dalam kamar hotel mereka. Anton memilih untuk segera beristirahat, sementara Clarine masih ingin mengganti pakaian lebih dulu.
"Untung saja aku membawa baju ekstra. Jika tidak, aku harus mengenakan celana kotor ini lagi saat pulang nanti," gerutu Clarine.
Anton yang mendengar ocehan Clarine hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ia merasa kalau istrinya terlalu berlebihan tentang itu.
"Sayang …," ucap Anton, memeluk Clarine dari belakang. "Jangan terlarut dalam emosi. Anak itu tidak sengaja menabrakmu. Lagipula … jika nanti kita memiliki anak, anak kita juga pasti akan melakukan hal yang sama saat sedang terburu-buru ingin menghampiri ibunya. Kamu harus memakluminya," ujar Anton, memberikan sedikit nasehat kepada Clarine, agar istrinya tidak lagi emosi karena ulah Kayla.
"Jika aku jadi ibunya, aku tidak akan melepas anakku berlarian kesana kemari, sayang … dia hanya kurang becus saja menjaga anak," balas Clarine, tetap saja tidak terima dengan hal tersebut.
"Hmmm, terserah padamu saja, sayang … aku hanya tidak ingin emosimu merusak mood kita untuk bercinta."
"Kau ingin sekarang?" tanya Clarine, merubah nada bicaranya menjadi seperti menggoda.
"Hm. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?"
Clarine tersenyum, ia memilih untuk tidak jadi mengganti pakaiannya. Ia hanya menanggalkan celananya dan kemudian berbalik badan, memberikan ciuman untuk suaminya.
Tangannya mengalungi leher Anton dengan pagutan keduanya yang tak terlepas sama sekali. Sementara itu tangan Anton yang masih melingkar pada pinggang mungil Clarine, memilih untuk melepasnya dan mengangkat kedua kaki Clarine agar naik ke pinggangnya.
Anton membawa tubuh Clarine menuju ke ranjang dan membaringkan tubuh sang istri perlahan, masih dengan kedua bibir mereka yang saling memagut. Anton kembali memejamkan matanya, menikmati setiap hisapan dari ciuman Clarine yang begitu hebat.
Kini tangan kanan Anton sudah menjamahi tubuh Clarine bagian dada. Ia memijatnya dengan lembut, membuat gairah Clarine meningkat pesat. Tidak hanya berhenti disitu, tangannya pun menjamahi tubuh Clarine bagian bawah, ke bagian sensitif Clarine. Tangannya menerobos kain penutup bagian intim Clarine dengan jari yang menggelitik di sana, membuat Clarine geli dan basah. Kakinya mendesak seolah tak kuasa menahan rasa geli nan 'enak'.
"Sayang," desah Clarine, seperti ingin bergantian aksi. Ia juga ingin memberikan kenikmatan dan kepuasan pada Anton.
Clarine merubah posisi mereka dan kini Anton lah yang berada di bawah. Sementara itu Clarine masih melepas pakaiannya dan menanggalkannya di lantai, begitupun Anton yang juga melepas kancing kemejanya hingga memperlihatkan tubuhnya yang six-pack. Clarine kembali menyerang bibir Anton, namun tidak lama seperti sebelumnya. Ciumannya turun ke leher, dada dan berakhir pada perut Anton, memberikan kesan geli di sana.
Tangan Clarine melepas celana Anton, membuat Anton telanjang bulat. Clarine tersenyum melihat kepemilikan Anton yang sudah menegang, sangat siap untuk bertempur.
"Kau siap?" tanya Clarine, melirik pada Anton.
"Lakukanlah," jawab Anton.
Clarine membantu Anton memberikan kenikmatan dengan mulutnya. Sementara itu tangan Anton meremas rambut Clarine, seperti menjambaknya namun pelan. Anton berdesis merasakan 'enak' atas permainan yang dilakukan oleh Clarine.
"Clarine, stop!" perintah Anton.
Clarine melepasnya dan membersihkan bibirnya sembari melirik penuh goda pada Anton.
"Biar aku saja yang bermain di atas."