Pagi yang masih gelap ini gadis itu sudah bekerja dengan giat didapur kecilnya. Segala pekerjaan dia lakukan dengan cepat dan tepat tanpa merusak suasana.
Demi uang, gadis itu rela bangun subuh sekali agar paginya dia tidak terlambat sekolah. Ibunya yang sudah tidak bisa melakukan hal berat hanya diam dikamar seharian. Dan kini gadis satu-satunya yang bisa diandalkan.
Kesya Amora lebih tepatnya. Gadis manis itu sangat mencintai kehidupan nya. Dilain sisi orang sangat ingin kaya raya demi berfoya-foya tapi tidak dengan Kesya yang sangat menyukai pekerjaannya.
Mencuci baju pelanggan,memberi makan peliharaan pelanggan dan membersihkan rumah majikan serta bekerja disebuah restoran kecil itu tidak membuat Kesya selalu lelah. Dia sudah terbiasa dengan semua ini semenjak ibunya menderita penyakit berat.
Setelah semuanya selesai, Kesya segera menjemur pakaian itu lalu segera bersiap-siap untuk memasak sarapan dengan seadanya saja.
Bayam yang direbus dan telur kecap sudah sangat istimewa bagi Kesya. Dengan segera gadis itu bersiap-siap untuk pergi sekolah usai membersihkan ibunya.
Kesya mendudukkan Nida-ibunya- lalu mereka makan bersama menikmati masakan Kesya yang benar-benar enak.
"Bu....entar kalau ada apa-apa jangan diam yah minta tolong ama tetangga, apalagi Kesya selalu pulang malam entar Kesya takut ibu kenapa-kenapa" ucap Kesya yang benar-benar khawatir dengan keadaan ibunya yang semakin parah.
"Tenang saja... ibu ngak kenapa-kenapa yang terpenting kamu harus belajar dengan giat,gapai cita-cita mu nak"
"Buk...doain Keysa yah biar nanti Kesya bisa ngobatin ibu terus kita bisa main kayak dulu lagi" ucap Kesya lalu bangkit dan memeluk ibunya yang paling dia sayangi sedunia.
Orang berpikir kalau ibunya hanya parasit atau beban bagi Kesya padahal itu semua salah. Kesya senang bisa menjaga ibunya karena tanpa ibunya Kesya tidak bisa berbuat apa-apa nanti.
Kesya tidak pernah merespon perkataan orang lain mengenai tentang ibunya yang sakit-sakitan.
"Maafin ibu sayang...ibu hanya bisa kayak gini dan selalu merepotkan kamu"
"Jangan bicara kayak gitu buk... Kesya senang kalau ada ibu, Kesya ngak mau sendiri... Kesya maunya sama ibu jangan yang lain"Kesya melepas pelukannya lalu menyalim sang ibu untuk sekolah.
Dengan mengunakan sepeda yang sudah kuno itu, Kesya bisa pergi kesekolah tanpa harus tergesa-gesa. Karena gadis itu sangat pintar menentukan waktu dan jadwalnya dengan baik.
Sampainya disekolah, Kesya segera memarkirkan sepedanya lalu segera masuk meski orang-orang sudah memandang nya jijik.
"Woy anak sampah..."teriak seseorang dari belakang Kesya membuat gadis itu langsung menoleh mendapati Amanda. Cewek cantik tapi tidak sesuai dengan karakternya.
Baru saja sampai dikelas... Kesya sudah dihadapkan dengan wanita yang terkenal dengan bully-an nya yang kejam.
"Nih kerjain tugas gue...300 ribu" ucap Amanda lalu melepas bukunya santai hingga telentang dilantai.
Kesya dengan dengan sabar mengambil buku itu yang berisikan 5soal yang mudah bagi kesya. Untung nya Kesya sudah mempelajari nya sehingga dia tidak susah payahnya mengerjakan nya.
Dengan segera Kesya pergi kekelas lalu mengerjakan tugas itu dengan cepat takut Amanda akan mengamuk lalu menjambak rambut panjang Kesya.
"Selesai..." Kesya bangkit berdiri lalu membawa buku itu kesang majikan nya dan benar saja Amanda berada dikelas membahas tentang makeup yang Kesya tidak mengerti.
"Ini tugas kamu Amanda...dijamin enggak ada yang salah"ucap jujur Kesya sambil mengulurkan tangannya.
Dengan jijik Amanda mengambil bukunya menggunakan tisu 5 lapis lalu mencampakkan uang senilai 300 ribu.
"Tuh imbalannya...dan gue peringatin kalau ngerjain tugas gue pake sarung tangan yah, soalnya kan tangan elu mungkin kotor" sindir Amanda lalu tersenyum sinis sedangkan kawannya tertawa lepas.
Sungguh harga diri Keysa sudah termasuk diinjak-injak. Ingin rasanya Kesya menangis dan dengan cepat dia mengambil uang itu lalu pergi berusaha tetap terlihat baik-baik saja.
Ditoilet Kesya menangis sejadi-jadinya, meluapkan segala emosinya disini.
"Kenapa dunia terkadang tidak adil...aku juga butuh sandaran,aku juga butuh orang yang selalu support aku"ucapnya sendiri dengan rintikan air mata yang tidak henti-hentinya keluar.
Kesya mengambil sebuah pena dikantungnya lalu menulis sesuatu ditembok toilet yang sebagian sudah dicoret oleh siswa lain.
Aku tidak perlu harta,aku juga tidak perlu barang mewah yang aku perlu hanya orang yang selalu menjagaku dan membuat kutersenyum.
Setelah menulis kalimat itu, Kesya segera keluar dan mencuci wajahnya agar tidak ketahuan bahwa dia sehabis menangis meskipun demikian orang tidak akan peduli dia sehabis nangis atau apalah. Dan setelah itu Kesya kembali kekelas dan memulai pembelajaran seperti biasanya.
~•~•~•
Jam istirahat sudah berbunyi dan Kesya segera pergi kekantin untuk bekerja. Apalagi kalau bukan mencuci piring. Segala upaya Kesya lakukan agar mendapatkan uang.
Termasuk pekerjaan nya disini. Mbak Mumud sangat kasihan melihat Kesya. Sudah baik tapi sering dibully .hingga akhirnya Mbak Mumud memberi pekerjaan kepada Kesya yang pas dengan nya untuk menambah uang jajan anak itu.
Sebelum semuanya ramai, Kesya sudah selesai mencuci dan bersiap-siap untuk memberi layanan kepada siswa-siswi ini.
Dengan baik Kesya memberi pesanan bahkan membawa pesanan itu kemeja pelanggan. Seperti hal nya direstoran.
Sungguh memang sedikit lelah tapi Kesya akui,ini sangat menyenangkan bagi nya. Setelah semuanya siap, Mbak Mumud memberi upah kepada Kesya. Besar kecilnya upah itu Kesya tidak pernah mengeluh malahan dia senang dan kembali kekelas untuk minum karena selama bekerja Kesya sangat lelah dan haus tentunya.
~•~•~•~•
Malam yang sepi diseduhi oleh angin yang dingin membuat bulu kuduk Kesya berdiri membuat gadis itu merinding. Suasana sekarang sangat sepi apalagi malam ini sangat larut sekali.
Tidak ada angkot dan Kesya juga tidak dapat menaiki sepedanya dikarenakan sepedanya rusak dan harus diperbaiki.
"Yah Tuhan lindungi aku...disini sepi sekali aku harus waspada" ucap Kesya sambil memeluk dirinya sendiri sebagai tempat penghangat sementara.
Tiba-tiba seorang pria paruh baya yang asing dimata Kesya datang sambil tersenyum licik membuat nya semakin takut. Dia berusaha berani lalu berjalan santai membuat pria tua itu geram lalu menarik tangannya dengan erat.
"Bapak mau apa? Tolong lepas atau tidak saya akan teriak"ucap Kesya berusaha melepas genggaman Sipria tua itu.
"Hahaha.... teriak saja sayang sesukamu,karena disini tidak ada orang dan hanya kita berdua yang akan menikmati malam yang dingin ini"
Kesya semakin takut,dia dengan terpaksa mengigit tangan sipria tua itu lalu berlari sekencang kencangnya membuat pria tua itu mengamuk lalu mengejar kembali Kesya.
Kumohon tolong aku...ibu ku masih dirumah sendiri...hikss....
Burgh....
Suara pukulan dari arah belakang pria tua itu terdengar jelas oleh Kesya membuat dia menoleh dan mendapati seorang lelaki asing.
Sangat jelas kalau lelaki itu memukul pria tua itu menggunakan sebatok kayu besar.
"Elu ngak papa?" Tanya lelaki itu meski sebenarnya Kesya sedikit takut. Nafasnya ngos-ngosan dan jantungnya berdetak sangat kencang.
Lelaki itu mendekat dan mencampakkan kayu itu sembarangan tempat. "Biar gue antar..."
"Engg...engak usah aku bisa jalan sendiri"
"Elu mau kayak tadi lagi,lagian gue ngak bakal ngapain elu kok" lelaki itu menarik tangan Kesya dengan lembut,namun kali ini Kesya menerima tawaran dan mereka masuk kedalam mobil yang dugaan Kesya memiliki nilai yang tinggi.
Mobil melaju kelokasi tempat tinggal Kesya seperti tahu lelaki itu dimana Kesya tinggal.
"Kamu tahu rumah aku dimana?" Tanya Kesya heran sambil melihat jalan yang dia ingat menuju kerumah.
"Bahkan nama ibu elu dan nama elu gue juga tahu" ucapnya membuat Kesya terkejut.
"Siapa?" Tanya Kesya berusaha tidak percaya.
"Seorang gadis manis bernama Kesya Amora yang tinggal bersama ibunya yang bernama Nida Aneeta disebuah rumah kecil" ucap pria itu dengan lengkap dan itu benar-benar membuat Kesya terkejut.
"Kamu kok tahu?dan kenapa kamu bisa ada disana tadi padahal ini sudah larut dan tidak ada orang sepertinya"
"Ayolah...elu yang manggil gue masa elu lupa dan karena itu memang tugas gue juga sebenarnya" ucap pria itu santai.
Memanggil?tugas?sungguh Kesya belum mengerti dengan perkataan lelaki yang masih mengemudi ini. Sejak kapan Kesya memanggil lelaki ini,mengenalnya saja tidak.
"Kalau boleh tahu nama kamu siapa?"tanya Kesya penasaran sekedar untuk berkenalan.
"Elu sebutin ajah dan itu nama gue" lagi-lagi Kesya dibuat bingung.
"Yah kali nama kamu ngak ada"
"Gue males punya nama...yaudah sebutin ajah biar gue punya nama"
Malas?ucapan apa itu,aneh dimana setiap orang mempunyai nama. Tapi kenapa lelaki ini berbeda. Tanpa pikir panjang Kesya langsung menyebut satu nama yang cocok dengan wajah lelaki yang lumayan tampan ini.
"Reyhan?"
"Nah cucok juga...oke nama gue Reyhan Pradika"ucap lelaki itu membuat Kesya terkejut.
"Pradika?itu kan nama ayah aku"
"Gue udah tahu...udah sekarang elu turun deh udah sampai" ucap Reyhan dan segera Kesya membuka pintu mobil saat berhenti tepat didepan rumahnya.
"Makasih yah Rey...entar aku bakal balas budi kamu"
"Cukup elu ada disamping gue,dan kalau elu butuh bantuan ucap nama gue entar gue datang nolongin elu bahkan sampai keujung dunia dan balasan nya elu harus disamping gue...sampai ketemu besok" ucap Reyhan dan langsung melajukan mobilnya normal.
Kesya terpaku ditempat. Mengulang ngulang perkataan lelaki yang akan bernama Reyhan itu. Sungguh Kesya tidak mengerti sama sekali.
Sadar, Kesya langsung masuk kerumah dan mendapati ibunya yang sedang duduk menunggu kedatangan Putri tersayang nya.
Kesya tersenyum lalu menyalami sang ibu. "Buk Kesya udah pulang lebih baik kita kedalam saja makan sama yuk"ajak Kesya sambil membawa Nida menuju ruang makan.
~•~•~•~•
Suasana kelas benar-benar heboh, termasuk kaum hawa yang hari ini berbeda dari hari yang lain. Kesya yang menatap hanya diam tidak mengerti untuk urusan hal makeup atau apalah itu.
"Kalau boleh tahu hari ini ngapain yah kok siswinya berdandan?" Tanya Kesya kesalah satu teman kursi yang berada didepannya.
"Elu memang lugu banget yah Key...hari ini ada cowok baru dikelas ini juga,ganteng lagi tapi yah ngak bakal tertarik sih sama elu jadi ngak usah dandan deh"ucap siswi itu lalu melangkah pergi.
Sedikit menusuk hati tapi Kesya sudah terbiasa dengan ucapan seperti itu bahkan lebih parah lagi.
Teng...teng...
Bel yang ditunggu oleh kaum hawa sudah berbunyi dan dengan cepat mereka kembali ketempat duduk dengan sangat manis. Menyambut sang pujaan hati mereka bersama wali kelas mereka.
Dan benar saja seorang guru paruh baya masuk kekelas menyambut muridnya.
"Selamat pagi anak-anak... sebentar ibu pakai waktu kalian karena hari ini kita kedatangan siswa baru... silakan masuk nak"ucap buk Ria melihat kearah pintu.
Sosok pria itu langsung masuk dan mendapat teriak histeris dari seorang siswi dan segala kata pujian mulai terdengar. Tapi kali ini Kesya yang sangat terkejut.
"Kamu...enggak ini mungkin mimpi"
"Perkenalkan dirimu nak"
"Perkenalkan nama gue Reyhan Pradika, panggil ajah Reyhan salam"ucap pria itu yah lebih tepatnya Reyhan. Nama yang diberikan oleh Kesya pada malam itu dengan akhiran nama ayahnya yang jelas sangat mirip.
Tiba-tiba pandangan mereka bertemu dan Reyhan langsung tersenyum, cepat-cepat Kesya mengambil buku takut seisi kelas tahu kalau Reyhan tersenyum padanya.
"Baiklah Reyhan...silakan duduk disamping Kesya karena hanya itu bangku kosong" ucap buk Ria sambil menunjuk kearah bangku disamping Kesya.
"Mampus deh aku"
Kesya berusaha bersikap santai dan lebih banyak memperhatikan buku dibanding menatap cowok itu yang sudah menatapnya sedaritadi membuat siswi yang ada didalamnya geram.
"Ngapain sih Reyhan natap sisampah itu"
"Atau jangan-jangan Kesya dah tau terus dia guna-guna si Reyhan biar tuh cowok suka ama dia"
Ucapan kedua siswi itu terdengar jelas oleh Reyhan dan Kesya. Kesya hanya bersikap biasa yang sebenarnya Reyhan tahu bagaimana perasaan wanita itu.
Dengan santai Reyhan duduk sambil berkata-kata "sampah teriak sampah sungguh memalukan".
Deg.
Kedua siswi itu terkejut dengan perkataan Reyhan barusan. Bukan hanya mereka melainkan seluruh siswa dikelas ini dan juga Kesya.
"Napa gue salah?" Tanya Reyhan kepada semua orang yang sudah menatapnya heran.
Tiba-tiba guru mapel pertama mereka membuat suasana kelas berubah dan Reyhan hanya biasa dan tidak lupa untuk terus menatap Kesya yang sudah salting.
Ngapain sih natap terus...malunya aku
Bersambung....