webnovel

Cukup dahulu saja

Mencoba mencerna dan menyatukan semua kepingan kejadian yang dilalui dan terjadi hari ini maupun dulu di kepalanya membuat Zahra semakin pening. Ia memilih duduk di bangku depan kelas nya diikuti Ardi dan Ibti.

Semua hal yang telah ia coba lupakan kembali muncul ke permukaan, yang telah terkubur dalam - dalam kembali bangkit dalam ingatan, dulu itu telah membuat sulit kini hadir terbersit lagi kenangan pahit.

"Ya Allah, apa lagi yang akan menimpaku? tidak - tidak ini bukan hal yang buruk, jikalau pun itu terjadi lagi ini ujian untukku dan semua nya terjadi karna Mu ingin meningkatkan iman ku. amien" batin Zahra untuk menenangkan dirinya saat ini.

****

Kamar Asrama

Sepulang sekolah Zahra hanya berdiam diri di kamar asrama yang ditinggalinya bersama Ibti, tidak seperti biasanya yang semangat untuk melakukan banyak hal seperti; membantu anak -anak satu komplek asrama mengerjakan tugas pelajaran ataupun hafalan, karna memang Zahra dan Ibti tinggal di komplek asrama anak - anak tingkat Tsanawiyah atau setara SMP disebabkan suatu alasan, yang pasti author masih rahasiakan, maaf ya.

Kadang juga membantu ibu Welas memasak atau apapun yang bermanfaat untuk banyak orang.

Zahra tetap diam seakan tuli tak mendengar kebisingan yang disebabkan orang tua dan keluarga anak santri yang sedang menjenguk buah hati mereka. Ibti merasa kesal karena sedari tadi sahabatnya yang satu itu tidak menyahut panggilannya yang berulang - ulang, padahal hanya untuk menyuruhnya makan takutnya kena maag, 'bukankah lebih baik mencegah dari pada mengobati' ya ngak thor? iyain aja.

Dengan senang dan sedih hati Ibti mendekat ke tempat Zahra berkelana dengan lamunannya hingga lupa dunia nyata dan berakhirlah ia harus menghentikan ulahnya. ha ha

"Ra makan dulu! udah dipanggil bu Wati tuh dari tadi. Jangan jadi lemah walaupun kita memang tercipta dari lemah (tanah, bhs jawa) ,semua ada hikmah dan bisa jadi berkah" seru nya di bumbui kata - kata bijak, untung gak ada Ardi kalau ada sudah di bully.

"Ayolah Ra, nanti maag lho terus sakit, kalau udah sakit gimana caranya mikirin masalah, finalnya kita kalah sebelum bertarung kan gak lucu kalau nanti di mading sekolah tertulis ' Zahra kalah bertarung dengan... dikarenakan belum makan dan maag' yah jadi receh, au ah ayo" bujuk Ibti kemudian membawa Zahra ke ruang makan.

Zahra hanya membalas semyan atas perlakuan yamg ia dapatkan dari sahabatnya ini, sebab sedari tadi ucapan ibu Marwah dan pak Dani masih terngiang di telinganya.

Di masa SMA nya ini ibu Marwah merupakan malaikat bagi Zahra selain sahabatnya dan juga pak Dani.Bedanya ibu Marwahlah yang tetap percaya padanya setelah insiden itu terjadi, semangat, motivasi, dan dorongan untuk melawan ketidak adilan yang diberikannya mampu membuat dia bisa kembali bangkit dari rasa sakit dan kembali berdiri tegak di bumi Allah.

Sedangkan pak Dani dialah sosok yang menjadi penolongnya kala itu.

Dan seorang gadis cantik dan manis yang berhijab ini tidak akan pernah melupakan jasa mereka semua.

"Cukup dahulu saja mereka berkorban hal besar untukku ,kali ini aku akan mencari tau semua sendiri tanpa membawa kesulitan pada mereka, Bismillah " tekad dalam hati sosok Fatimah Az Zahra.