webnovel

Sang Penolong

Lucas sedikit tenang dan merasa aman mendapati anak lelaki yang lebih tua darinya itu. Bahkan cara mengajak berbicara anak lelaki tersebut begitu tenang dan sedikit tidak menakutkan untuknya. Setelah menjelaskan sedikit tentang dirinya, Lucas merasa telah mempercayai anak yang bernama Jason itu.

"Jadi kau akan ke mana?" tanya Jason kembali pada Lucas.

Lucas kembali menggeleng. Pasalnya ia memang tidak tahu akan ke mana dirinya sekarang ini, karena sudah tidak ada tempat lagi untuknya. "Aku tidak tahu," balasnya pendek.

Remaja itu tampak menimbang, berpikir sebentar. Lalu kembali berkata, "Mau ikut denganku? Bekerja seperti mereka?" Jason lalu menunjuk beberapa anak yang berkeliaran di jalan dan menyodorkan tangannya ke kendaraan yang lewat. Ada yang memberi uang recehan bahkan ada pula yang dengan kejamnya menghardik anak-anak itu untuk menjauh dari mobil mewah mereka.

"Bagaimana?" tanya remaja laki-laki itu kembali, saat melihat ekspresi anak di depannya yang berubah-ubah.

"Dia sedang apa?" tanya Lucas kelewat polos. Hidup dalam istana mewah layaknya raja, membuatnya tidak mengerti dengan dunia luar. Ternyata, dunia luar ini luas dan terlihat menakutkan.

"Mereka sedang mengemis, demi sesuap nasi. Dan bos akan marah kalau pendapatan harian berkurang, sehingga kita harus bekerja keras dan memutar otak untuk mendapat uang untuk disetor kepada bos. Hukuman yang paling berat adalah kita akan dikurung dan tidak diberi makan."

Lucas seketika bergidik ngeri mendengar penjelasan dari anak lelaki itu. Pekerjaan itu sangat menyeramkan baginya. Terbiasa dimanja dan mendapatkan apa yang dia mau, membuatnya sangat ketakutan.

"Kau hanya punya dua pilihan. Ikut denganku dan bekerja seperti mereka, atau hidup terlunta-lunta di jalanan ini dan menunggu kematian. Kau masih ingin hidup bukan?" tanyanya kembali saat melihat anak lelaki itu hanya terdiam.

"I–iya ...." Lucas harus hidup. Dia punya sesuatu yang perlu dilakukan. Dia punya dendam. Dan mati sekarang juga bukanlah pilihan. Jalan satu-satunya dia harus bekerja keras demi meraih apa yang diinginkannya itu. Tanpa ragu dia mengangguk, lalu bergumam, "Aku mau ikut dan bekerja seperti mereka," jawabnya dengan mantap.

Remaja itu terkekeh pelan. "Ikut denganku. Aku akan mengajarimu cara bertahan di kota yang keras ini." Lalu tatapannya meneliti tubuh Lucas dari atas ke bawah. "Dan kau tidak cocok dengan pakaian itu. Kau tidak membutuhkan itu lagi."

"Oh iya ... kenalkan aku Jason," lanjutnya kembali.

Lucas menatap anak tersebut dengan tatapan berkaca-kaca, sebelum juga menyebutkan namanya. "Namaku Lucas."

Jason sekali lagi melepaskan tawanya. "Selamat datang di dunia yang kejam ini, Lucas!"

Lucas terdiam sebentar, sebelum mengangguk pelan. Ya ... dunia yang kejam ini. Akan dia buktikan kepada semua orang tentang kebenaran itu dan akan dihancurkan musuh-musuhnya sampai berkeping-keping. Itulah janji Lucas Cullen William, sebelum melangkah mengikuti remaja tanggung tersebut.

Oh Jason, kau adalah penolongku! Terima kasih.

****

Lucas tidak pernah menyangka kalau masih ada orang baik yang tersisa di dunia ini, yaitu Jason, orang yang begitu baik memberikan kehidupan untuk dirinya. Meski dunia yang diinjaknya tak kalah kejam dengan kehidupannya yang dulu, tetapi sekarang ini, Lucas benar-benar merasa terlindungi. Terlebih lagi karena Jason benar-benar berjanji untuk terus menjaganya dari dunia kejam ini.

"Aku akan melindungi kamu, Lucas. Kalau ada apa-apa, ada yang mengganggumu, laporkan langsung kepada saya. Tidak perlu sungkan, aku sudah menganggap kamu sebagai adik sendiri."

Bola mata Lucas yang bulat menatap nanar ke arah Jason, matanya sekali lagi kembali berkaca-kaca, begitu terharu mendengar kalimat yang dilontarkan oleh orang yang baru dikenalnya tersebut.

Lucas menunduk, lalu kembali mendongak. "T—terima kasih, Kak. Kau adalah orang baik."

Jason seketika tertawa terbahak-bahak. "Orang baik?" Jason kembali manggut-manggut, senyum di bibirnya belum juga meredup. "Jangan terlalu mempercayaiku, Lucas. Karena aku bukanlah orang baik seperti yang ada dalam pikiranmu itu."

Banyak pertanyaan yang menumpuk dalam kepala Lucas yang sudah siap dimuntahkan, namun tertahan karena Jason sudah menariknya menjauh dari tempat tersebut.

Kini mereka berdua sudah duduk lesehan di sebuah tempat yang kumuh. Bau busuk dari tempat sampah membuat Lucas menutup hidungnya sejak tadi. Pakaiannya sudah terganti, bukan lagi pakaian mewah melainkan salah satu baju compang-camping milik Jason. Tubuh jangkung Jason, kalah jauh dengan tubuh Lucas, alhasil pakaian itu kedodoran di tubuhnya, tetapi Lucas sama sekali tidak mempermasalahkannya. Lucas bukan lagi Lucas Cullen William si anak pengusaha kaya raya, yang hidup bergelimang harta dan dipenuhi kasih sayang, kini hidupnya sudah berubah menjadi Lucas si pengemis jalanan.

"Kau hanya perlu bertahan dan yang paling penting jangan manja. Buang semua masa lalu itu, yang ada kau seolah terlahir kembali." Jason mulai mengajari Lucas untuk bisa bertahan di dunia yang kejam ini, mengajari apa dan yang tidak boleh dilakukannya selama di sini yang tentu saja tidak ada kenyamanan selama tinggal di tempat ini karena banyak orang-orang kejam yang tersembunyi dan siap menusuknya dari belakang, kapan pun ia lengah.

"Tetapi aku takut ..." cicit Lucas kembali.

Lucas mendengkus kasar. "Buang rasa takut itu. Kau bukan lagi anak orang kaya yang segalanya akan langsung terpenuhi. Kau perlu bekerja untuk mendapat makan hari ini, tidak mendapatkan pendapatan berarti kau akan mati. Orang seperti kita hanya berpegang teguh pada keberuntungan, kematian akan terus menghantui setiap harinya. Jadi yang perlu dilakukan adalah bekerja keras. Kerja, kerja, dan kerja."

Mendengar kalimat panjang itu, memberikan kesedihan yang sangat mendalam pada Lucas. Seketika air mata menetes membasahi pipinya. Ia takut, sangat takut akan dunia yang baru dikenalnya ini.

"Hei ... jangan menangis! Air mata itu hanya akan membuat kita lemah, tidak akan ada yang mengasihani kita hanya dengan air mata itu. Kita sudah ditakdirkan menjadi orang yang perlu bekerja keras untuk hidup."

Lucas semakin menangis, tangisannya berubah menjadi meraung . Dalam mimpi pun dia tidak pernah berpikir akan duduk di tempat kumuh dan kotor seperti ini. Dengan baju yang robek tidak berbentuk. Dan sedang menangis karena mendapatkan motivasi dari orang yang mulai sekarang akan dianggap sebagai pahlawan penyelamatnya.

Jason tidak bersuara, tidak juga menyela apalagi melarang Lucas menangis meraung-raung. Pria itu tetap membiarkannya mengeluarkan air matanya dengan kesedihan yang mendalam. Karena Jason akan membiarkannya menumpahkan rasa sedih dan ketidak berdayaannya hidup di dunia yang begitu kejam ini.

"Menangislah sepuasmu, Lucas. Kali ini aku akan membiarkanmu menumpahkan segala kesedihan itu, tetapi setelah ini aku tidak ingin melihatmu lagi mengeluarkan air mata, setetes pun itu."

Mendengar kalimat itu, Lucas semakin menangis meraung-raung, kali ini dengan suara yang lebih besar dari sebelumnya. Seperti kata Jason, ia tidak menyela sama sekali dan membiarkan laki-laki itu menumpahkan segala rasa sedihnya sampai puas.