webnovel

Terpaksa

Tak mungkin seorang ibu tega meninggalkan anaknya begitu saja.

Anak kecil nan lucu bak malaikat mungil itu terus memanggil ibundanya agar bersedia menggandeng tangan mungilnya untuk pergi bersama.

Namun, apalah daya, mereka tak bisa lagi bersama. Bukan karena seorang ibu yang tega meninggalkan buah hatinya.

Akan tetapi keadaan yang memaksanya untuk melakukan itu.

"Tolong mbak, titip anak saya". Pinta seorang wanita berusia kira kira 35 tahun itu pada Syahdu.

"Saya tak punya pilihan lain, saya harus pergi". Sambil menahan air mata ia mencium anak laki laki berkulit putih itu.

"Ta..tapi bu..". Syahdu bingung dengan sikap ibu tersebut.

"Bagaimana ibu bisa percaya dengan saya, sedangkan ibu tidak mengenal saya". Tanya Syahdu penasaran.

Wanita itu kemudian memandang wajah Syahdu, dan berkata "Saya mengenal mbak Syahdu, walaupun mbak Syahdu tidak mengenal saya".

"Maaf mbak Syahdu, saya nggak punya banyak waktu".

"Saya harus pergi sekarang, tolong jaga anak saya dengan baik, suatu hari nanti saya akan datang dan menjelaskan semuanya ke mbak Syahdu". Imbuh wanita tersebut pada Syahdu.

Yusuf yang malang, ia sangat berharap ibunya mau mengasihani dirinya.

Ia memelas dan merengek pada ibundanya supaya bisa berubah pikiran dan mengajaknya pergi bersama.

"Mama, Usuf mau ikut mama". Dengan suara khas anak anak dan menangis dalam pelukan Syahdu.

"Jaga diri baik-baik nak, mama pasti akan kembali menjemput Yusuf, doakan mama ya". Wanita itu menangis dan pergi dari hadapan Syahdu.

Syahdu menjadi bingung, apa yang harus ia lakukan. Ia ingin membawa Yusuf kecil ikut bersamanya pulang ke rumahnya.

Namun, dia berpikir apakah orang tuanya akan menerima Yusuf kecil sebagai keluarga mereka ?, sedangkan dia tau kalau selama ini keluarga Syahdu sangat anti dengan orang yang bernama Yusuf.

Tetapi jika ia tak mengajak malaikat kecil itu pulang, siapa yang akan merawat dan menjaga anak ini ?.

Setelah berpikir sejenak, ia lalu berbicara pada Yusuf kecil yang sedang menangis di gendongannya itu.

"Yusuf sayang, jangan nangis lagi ya". Dengan suara lemah lembut Syahdu berbicara dengan Yusuf kecil.

"Usuf mau mama". Jawab Yusuf kecil pada Syahdu.

Syahdu berusaha menenangkan anak itu, namun tetap saja anak itu tak kunjung diam.

Ia terus menangis meratapi kemalangan yang terjadi padanya.

Syahdu berinisiatif untuk mengajak anak kecil tersebut pergi ke taman bermain anak-anak untuk menenangkannya.

Mereka pun akhirnya sampai ke taman bermain dekat rumah sakit tersebut.

Taman itu tampak sepi, hanya ada beberapa anak kecil saja yang terlihat bermain disana.

Syahdu menuntun Yusuf kecil dan menemaninya bermain.

Jam telah menunjukkan pukul 11 siang, namun Syahdu tak kunjung pulang.

Ibunda Syahdu pun khawatir dengan keadaan anak semata wayangnya itu. Beliau tak tau kemanakah Syahdu setelah acara wawancara pekerjaan. Ibu Nafsiyah mencoba menelpon Syahdu.

Namun, tak ada jawaban. Hanya suara operator yang terdengar.

"Nomer yang anda hubungi sedang berada diluar jangkauan, tuutt..tuutt.. ". Suara operator dalam telepon tersebut.

Tak sampai disitu saja, ibu Nafsiyah juga menghubungi Fatma, sahabat Syahdu.

Namun, Fatma juga sedang tidak bersama Syahdu. Fatma juga bilang pada ibu Nafsiyah jika sudah lama Fatma tak berkabar dengan Syahdu. Entah kenapa selama dua bulan ini Syahdu tak pernah menghubungi sahabatnya itu.

Fatma juga tak ingin mengganggu Syahdu.

Ia paham jika Syahdu masih berada dalam duka yang dalam karena batalnya pernikahan dengan Yusuf.

"Nggak ada Tante, udah 2 bulan ini Fatma nggak pernah telpon Syahdu". Tutur Fatma pada ibunda Syahdu itu.

"Syahdu baik-baik aja kan ?". Tanya Fatma untuk memastikan keadaan sahabatnya itu.

"Iya, Syahdu baik-baik aja Fat, tadi ada wawancara kerja tapi sampai sekarang belum juga pulang". Suara ibu Nafsiyah dengan nada khawatir.

"Tante takut terjadi apa-apa dengan Syahdu". Tambahnya.

Fatma tau betul sifat sahabatnya itu.

Jika ia tak ada kabar, itu berarti ia sedang kebingungan atau sedang mempunyai masalah.

Fatma pun berkata pada ibunda Syahdu, Ia akan berusaha menghubungi Syahdu dan mencari keberadaan sahabatnya itu.

Setelah mendapat telpon dari ibunda Syahdu, Fatma berusaha untuk menghubungi ponsel Syahdu.

Ia beberapa kali menelpon hp Syahdu, namun tak ada jawaban darinya.

Fatma menjadi khawatir. Hatinya tak tenang memikirkan sahabatnya.

Namun saat kecemasan itu datang, tiba-tiba ia mendapat telpon dari Syahdu.

Ya kali ini Syahdu menelpon Fatma untuk pertama kalinya setelah dua bulan tak pernah menelpon.

"Assalamualaikum Sya, kamu kemana aja sih?". Tanya Fatma dengan nada khawatir.

"Waalaikumsalam wr wb, ada kok". Jawab Syahdu singkat.

"Fat, kamu bisa bantu aku gak? aku butuh bantuan kamu nih". Suara Syahdu.

"Bantuan apa Sya? tau nggak kamu kalau ibu kamu tuh khawatir, dari tadi ponsel kamu ditelpon mati". Fatma memberitahu Syahdu jika Ibu Nafsiyah khawatir dengan Syahdu.

"Iya, aku tadi udah bilang kok kalau aku lagi ada urusan sebentar, tapi sampai jam segini belum pulang". Syahdu tertawa kecil.

"Kamu datang ke taman bermain dekat rumah sakit Citra Bunga ya, nanti aku ceritakan semuanya". Pinta Syahdu pada sahabat yang telah ia kenal beberapa tahun silam.

Fatma mengiyakan permintaan sahabatnya itu, ia bergegas untuk berganti pakaian dan mengambil tasnya kemudian pergi ke tempat yang telah mereka sepakati bersama.

Jarak rumah Fatma dengan rumah sakit itu memang lumayan jauh, sekitar 45 menit perjalanannya.

Setelah 45 menit perjalanan, Fatma sampai di rumah sakit. Karena agak terburu-buru, tak sengaja ia menabrak seorang laki-laki.

"Maaf, saya nggak sengaja". kata Fatma pada laki-laki tersebut.

Laki-laki itu hanya tersenyum pada Fatma dan tidak mempersalahkan apa yang terjadi diantara keduanya.

Terlihat Syahdu sedang duduk menemani seorang anak laki-laki yang sedang bermain.

Syahdu melihat keberadaan Fatma, kemudian ia memanggil Fatma.

Syahdu memeluk sahabatnya itu.

Dua bulan lamanya mereka tidak saling menghubungi, tidak saling mengirim pesan atau jalan bersama.

"Kangen banget aku Sya dengan kamu". Kata Fatma sambil memeluk erat sahabatnya itu.

"Kamu kemana aja sih kok nggak pernah kasih kabar ke aku? ". Tanya Fatma pada Syahdu.

"Dua bulan ini aku memang sengaja menarik diri supaya hatiku menjadi tenang". Jawab Syahdu.

"Namun, sekarang aku sadar jika aku nggak boleh terus begini, aku harus bangkit dan menjalani kehidupan seperti semula, apapun yang terjadi padaku sudah aku ikhlaskan". Tambahnya.

"Allah tak menjodohkan aku dengan Mas Yusuf, namun sekarang Allah memberiku Yusuf kecil untuk aku jaga". Syahdu berbicara sambil melihat anak kecil bermata besar itu.

Mendengar pernyataan itu, Fatma keheranan dengan sahabatnya itu.

Apa maksudnya Allah memberinya Yusuf kecil padanya.

Fatma tak mengerti apa yang ingin Syahdu sampaikan sebenarnya.

"Maksud kamu?". Tanya Fatma sambil menggaruk kepalanya.

Kemudian Syahdu menjelaskan apa yang telah ia alami pagi tadi.

"Dan kamu ingin merawat anak ini?". Tanya Fatma pada Syahdu.

"Sya, kita nggak tau asal usul anak ini, bagaimana mungkin kita akan merawatnya". Kata Fatma lagi.

"Lagian emangnya kamu nggak takut nanti kalau kami dikira menculik anak orang". Tambah Fatma.

Fatma meyakinkan sahabatnya agar tak gegabah untuk mengambil keputusan.

"Aku punya ide, gimana kalau anak ini kita titipkan aja di panti asuhan? ". Fatma memberi saran Syahdu.