webnovel

Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia]

Sebuah kisah fantasi di Alam Semesta paralel tentang pertarungan politik dari para Raja dan Penguasa. Dimulai dari peperangan, intrik politik, hingga drama kehidupan. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, dan sebagainya hanyalah kebetulan dan atau terinspirasi dari hal-hal tersebut.

VLADSYARIF · 奇幻
分數不夠
99 Chs

Bab 30, Serangan Berani Mati Para Ksatria Berkuda

Dua orang perempuan tengah duduk berhadap-hadapan di sebuah ruangan yang dipenuhi dengan berbagai macam buku.

"Aku tak menyangka bahwa kau akan menenggelamkan Astanabad," kata seorang perempuan dari Russia kepada Beatrix yang tengah membaca sebuah buku.

"Lagian, di sana hanya ada Daesh dan tidak ada warga sipil," balas Beatrix.

"Kau terlalu berlebihan sampai menenggelamkan Astanabad, tapi ya sudahlah. Aku rasa kau punya alasan untuk menenggelamkan Astanabad."

"Aku hanya menenggelamkan rumah-rumah yang dijadikan markas oleh Daesh dan juga para mayat milisi Daesh."

"Aku kira kau menenggelamkan semuanya."

"Tidak,"ujar Beatrix. "Selain itu dia berkata bahwa dia adalah chimera ciptaan kalian."

"Reza Shah. Dulunya orang itu merupakan Tentara Rakyat Afghanistan. Karena dia mengalami kecelakaan kami mengubahnya menjadi chimera. Sayangnya dia membelot dan saat ini dia bergabung dengan Daesh karena ada perbedaan dengan Taliban."

Beatrix menutup buku yang dia baca dan meminum segelas teh yang tersaji di meja tamu, "Wajar saja jika dia membelot, karena masyarakat Afghanistan merasa tidak cocok dengan ideologi Komunisme. Terlebih lagi, sentimen antar etnis di Afghanistan sangat kuat."

"Pemikiranmu cukup kristis juga untuk seorang perempuan berusia delapan belas tahun. Kalau kau hidup di era Stalin, mungkin kau sudah terkubur di tanah," ujar Letnan Kolonel Natasya tentang pemikiran Beatrix yang tajam dan kritis.

"Kedua orang tuaku mendidikku untuk berpikir secara kritis dan tajam," balas Beatrix.

"Yah, tidak heran sih mengingat kau itu adalah anak Stadtholder Nikolaus."

"Meskipun kedua orang tuaku terlahir sebagai Kaum Bangsawan, mereka mendidikku untuk berpikir kritis dan tajam," tegas Beatrix, karena dia sangat tidak suka jika kemampuan serta kecerdasaan yang dimilikinya selalu dikaitkan dengan orang tua-nya. "Aku sama seperti dirimu, seorang manusia biasa. Jadi aku mohon, jangan bawa-bawa kedua orang tua-ku."

Natasya meminum secangkir teh hangat yang ada di meja tamu. "Jika perkataanku sedikit menyinggumu. Aku minta maaf. Tapi, aku senang dengan anak muda yang memiliki pemikiran kritis seperti dirimu. Orang tuamu telah mendidikmu dengan sangat baik."

"Letnan Kolonel benar-benar sangat bijaksana. Senang rasanya bisa bekerja dengan Letnan Kolonel Natasya," balas Beatrix dengan nada sopan seraya membungkukkan sedikit badannya sebagai tanda hormat.

.

.

Empat puluh Tentara Russia tengah memacu kuda-kuda mereka yang berwarna gelap menuju ke sebuah Desa di mana para Milisi Hazara Afghanistan tengah menunggu mereka.

"Assalammualaikum, saudaraku, Tariq Babur," sapa seorang Lelaki Tartar kepada seorang Komandan dari Milisi Hazara Afghanistan itu.

"Walaikumsalam, Kapten Vladimir Magomed Tokhtamish dan para Uhlan yang gagah dari Russia," balas Tariq Babur kepada seorang Tartar yang merupakan Kapten dari kesatuan elit Russia. "Kalian terlihat gagah seperti para Hussar Bersayap."

"Leluhur kami adalah penunggang kuda yang hebat dan berhasil menaklukan hampir seluruh daratan Eurasia," balas Kapten Tokhtamish.

Kedua belas Tentara Russia itu turun dari kuda mereka. Tariq Babur menuntun kedua belas sekutunya ke atas sebuah batu karang.

Lelaki Hazara bermata biru kehijauan itu menunjuk ke arah timur laut. "Itu adalah kampung halaman kami yang telah direbut oleh Daesh. Kami dibantai hanya karena kami Syiah, padahal Syahadat dan Al-Qur'an kita sama. Kami sangat menghormati Abu Bakar, Umar, dan Ustman, bahkan Muawiyah. Namun karena doktrin kebencian tanpa dasar tersebut, sehingga membuat kami dipersekusi selama puluhan tahun dan mereka tidak ada bedanya dengan Rezim Komunis yang telah ditumbangkan."

"Kau tak perlu menjelaskan secara mendramatisir, Tariq Babur. Aku sudah paham apa yang kalian alami," balas Tokhtamish dengan santai, walaupun dia sedikit jengah ketika rekannya memberikan penjelasan yang sangat mendramatisir. "Bisakah kau menjelaskan kekuatan musuh di sana? Kita perlu mengetahui kekuatan musuh kita."

"Ada seribu lebih Daesh dengan dilengkapi sembilan unit tank T-55 dan puluhan unit mobil Jeep Toyota yang dilengkapi senjata berat."

"Sepertinya kalian ingin bunuh diri biar bisa ketemu tujuh puluh dua Bidadari," celetuk seorang Lelaki Jerman bermata biru dan beramput panjang sebahu berwarna pirang kecoklatan. Celetukan dari Hans Otto Bergmann disambut gelak tawa oleh rekan-rekannya dari etnis Russia dan Yahudi.

"Kalian semua, diam, dan jangan berkomentar yang tidak-tidak!" bentak Tokhtamish kepada rekan-rekannya. Tokhtamish memejamkan kedua matanya dan memindai lokasi sekitarnya hingga ke Kota di seberang yang berjarak dua kilometer yang dikuasai oleh Daesh,

"Kalian semua, jangan khawatir sehingga kalian bisa membunuh Daesh sebanyak-banyaknya," ujar Tokhtamish dengan santainya.

"Itu tidak semudah yang kau katakan," kata Tariq Babur. "Mereka memiliki beberapa prajurit chimera yang tangguh dan kuat. Bahkan mereka berhasil merebut Kota-ku dengan mudah dan membantai sebagian besar rakyatku."

"Jangan khawatirkan chimera. Mereka juga mantan manusia dan masih seperti manusia biasa," balas Tokhtamish. "Apa yang harus kita takutkan dengan monster. Bukankah kita ini sama-sama monster yang haus darah dan mencintai peperangan."

Tariq Babur terdiam merenungi kalimat yang diucapkan oleh Tokhtamish. Dia ingat akan pertama kali dimulainya Perang di Afghanistan, mulai dari aksi pembantaian terhadap prang-orang pro-komunis dan juga berbagai macam kejahatan yang telah dia lakukan.

"Kau benar, anak muda. Kita semua memang monster," ungkap Tariq Babur dengan nada dingin.

.

.

Di Sebha Qim, para Milisi Daesh, dan Penduduk Kota tengah mengelilingi tiga orang perempuan dewasa di sebuah lapangan. Ketiga perempuan itu tengah dicambuk karena dituduh menyebarkan budaya-budaya ala Europa yang oleh Daesh dianggap sebagai budaya orang-orang Kafir.

"Bukankah dalam Islam dijelaskan, 'Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, Maka dia adalah bagian dari kaum tersebut.' Apakah kalian paham!" jelas Mullah Usman. "Aku melakukan ini demi kebaikan semua dan demi Islam. Jangan kalian kotori Islam dengan pemahaman dan pemikiran yang dilakukan oleh ketiga musuh Islam yang tengah kami hukum." Mullah Usman berjalan ke arah kerumunan orang sambil menodongkan cambuknya, "Jadilah seorang Muslim sejati seperti kami, jika kalian tidak ingin dihukum seperti ketiga musuh Islam!"

Ketiga perempuan bercadar itu hanya bisa menangis diperlakukan dengan begitu buruk oleh para milisi Daesh. Mereka hanyalah Guru yang sedang mengajarkan bahasa Inggris serta ilmu pengetahuan alam kepada anak-anak.

Seorang lelaki berjubah hitam datang menghampiri Mullah Usman dan memberikan sebuah laporan, "Mullah Usman, Tariq Babur telah bersiap untuk menyerang."

"Jangan khawatirkan dia. Dia hanyalah kerikil di pinggir jalan," balas Lelaki Tua berjenggot abu-abu tersebut. "Kita akan menjadikan Kota ini sebagai kuburan bagi dirinya dan rakyatnya."

.

.

Lima unit TSF dari berbagai macam tipe, mulai dari MiG, dan Su tengah terbang menuju perbukitan yang berjarak enam kilometer dari Sebha Qim. Mereka adalah Squad Khurasan Wolf yang dipimpin oleh Beatrix. Kelima Pilot tersebut terdiri dari dua Pilot Prussia, dan tiga Pilot Russia.

"Pleton Winged Hussar Lipka masih belum bergerak," ujar Beatrix sambil memperhatikan layar PC tabletnya yang menampilkan citra satelit dari Kota Sebha Qim yang diduduki oleh Daesh.

"Mereka akan melakukan serangan langsung dari arah barat laut ke Sebha Qim," balas seorang perempuan Polandia berambut panjang sebahu berwarna pirang yang dikuncir ponytail. Dia adalah Adrianna Yetta Bogumilski, Pilot TSF dari Russia.

"Misi kita di sini hanyalah menghancurkan peralatan tempur mereka dan kalau kalian belum puas. Kalian bisa ikut berpesta dengan Pleton Uhlan dan para milisi Hazara pimpinan Tariq Babur," jelas Beatrix.

"Kami siap melakukan yang terbaik, Kapten Beatrix," ucap rekan Prussianya yang bernama Adelheid Louise Margareth von Holstein-Gottorf, seorang perempuan berdarah biru dari klan Holstein-Gottorf dengan rambutnya yang pendek bergelombang berwarna coklat dengan mata yang berwarna biru.

"Musuh juga memiliki chimera dan ada kemungkinan mereka memelihara iblis," jelas Aminah Umarov, seorang Pilot Russia keturunan Chechnya-Ossetia.

"Menurutmu, iblis apa yang mereka pelihara, Aminah?" tanya Beatrix melirik Aminah.

"Ular," jawab perempuan Chechnya-Ossetia berambut panjang sebahu dan bermata biru kehijauan tersebut.

"Bagaimanapun juga, para chimera itu merupakan sisa-sisa eksperimen Russia Soviet di Afghanistan. Russia Soviet membantu Pemerintah Demokratik Afghanistan dalam mengembangkan Prajurit Super. Walau berakhir dengan banyaknya dari mereka yang membelot ke Mujahidin," ungkap seorang perempuan Russia dengan logat Uzbek yang berambut lurus bermata hijau dengan wajahnya yang Mongoloid. Dia adalah seorang Tentara perempuan Russia dari etnis Korea-Uzbek yang bernama Park Sung Gulnora.

"Mayoritas para tokoh kunci Daesh itu mantan Perwira Taliban yang merasa tidak cocok dengan Taliban yang sekarang. Mereka meninggalkan komunisme dan menjadi Muslim yang fasis demi jabatan mereka di dunia yang hanya sementara ini," celetuk Aminah sedikit mendramatisir.

"Hal tersebut sangat wajar jika berbicara secara logika. Karena mereka sadar bahwa Komunisme tidak akan laku dan bertahan lama di Afghanistan. Selain itu, internal Partai Rakyat Afghanistan sangatlah lemah sehingga menyebabkan banyak Perwira Tentara Rakyat Afghanistan membelot ke Fraksi Mujahidin dan membuat mereka semakin perkasa," jelas Beatrix.

Sebuah ledakan terjadi di dekat tempat mereka berada, ketika sebuah rudal katyusha menghantam sebuah tebing. Rudal-rudal lainnya menghantam bukit yang berada di bawah kelima unit TSF tersebut.

"Saatnya kita berpesta dan mulai berperang," ungkap Beatrix.

Kelima TSF tersebut segera melesat menuju ke arah Sebha Qim. Beatrix memberikan sebuah telegram dalam Bahasa Russia kepada Tokhtamish yang artinya, 'Serangan dimulai dalam waktu lima menit!'

"Kapten Tokhtamish, Squad Khurasna Wolf pimpinan Kapten Beatrix akan segera dimulai dalam waktu lima menit," kata seorang Lelaki berkepala botak.

Tokhtamish yang tengah berdzikir segera bangkit dari tempatnya dan menaiki kuda-nya.

"Semuanya, naiki kuda kalian, dan angkat senjata. Kita akan bebaskan Sebha Qim!" seru sang Kapten Russia yang merupakan seorang Muslim Tartar.

Perintah Tokhtamish disambut dengan meriah oleh Pleton Uhlan dan para Milisi Hazara Afghanistan. Mereka semua menaiki kuda mereka dan memacunya ke arah tenggara dari Desa tersebut. Barisan unit-unit Kavaleri Russia dan para milisi dari etnis Hazara bergerak cepat melewati jalanan berpasir dan berbatu tersebut.

Sekitar empat ratus empat puluh Prajurit Berkuda bergerak maju untuk membebaskan Kota Sebha Qim dari pendudukan Daesh. Mereka bergerak dalam sebuah grup yang terdiri dari sepuluh orang dan berpencar ke segala penjuru.

Beberapa titik yang dikuasi oleh Daesh hancur ketika beberapa rudal yang ditembakkan oleh drone-drone yang dikendalikan oleh Russia menghantamnya. Mayat-mayat milisi Daesh bergelimpangan dengan tubuh mereka yang hancur dan terbakar.

Teriakan penuh keberanian dan pekikan takbir dari Milisi Hazara Afghanistan menggema di medan pertempuran. Daesh mulai menghujani Kavaleri musuh dengan Rudal-rudal Katyusha dan beberapa rudal tersebut membunuh para Milisi Hazara Afghanistan.

Lima unit TSF menurunkan ketinggian mereka. Ketika Beatrix memberikan perintah, mereka mulai menembaki beberapa kendaraan tempur musuh untuk melemahkan kekuatan mereka dan meminimalisir korban dari pihak Koalisi Collective Security Organization (CSO).

Baku tembak antara Kavaleri Russia dan Milisi Hazara Afghanistan melawan Daesh terjadi dengan begitu sengit. Beberapa milisi Daesh tewas, sedangkan unit Kavaleri Russia, dan Milisi Hazara Afghanistan berjatuhan tertembus berondongan timah panas. Para Ksatria berkuda yang terdiri dari satu grup yang berisikan sepuluh orang memasuki Kota Sebha Qim dari berbagai arah.

Mereka menerjang para milisi Daesh dan membunuhnya. Seekor chimera berwujud singa maju untuk menahan gerak laju unit Kavaleri Russia, tetapi chimera tersebut tewas ketika sebuah rudal yang diluncurkan oleh Milisi Hazara Afghanistan menghantam dirinya.

Seekor chimera gorilla sedang mengamuk dengan membantai salah satu Grup Kavaleri Milisi Hazara Afghanistan. Dia bergerak dengan sangat gesit dan cepat, hingga akhirnya dia mendapatkan sebuah pukulan tepat di wajahnya oleh Tokhtamish yang habis melompat dari kudanya.

"Aku tidak akan membiarkanmu membunuh teman-temanku!" seru Tokhtamish. Pemuda Tartar Lipka itu menghajar chimera gorilla yang menjadi musuhnya dengan kekuatan penuh. Tokhtamish menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh musuhnya, hingga akhirnya Tokhtamish menendang gorilla tersebut yang mengakibatkan tubuh gorilla itu terpental dan badannya tertancap pada sebuah batangan besi berkarat yang tajam yang menembus tubuhnya.

Tokhtamish mengambil belati-nya dan menusuk kepala musuhnya.

"Dunia ini bukanlah tempat yang cocok untuk iblis sepertimu!" seru Tokhtamish dengan penuh emosi.

Tokhtamish berlari ke arah kuda-nya dan kembali memacu kuda-nya menembus berondongan peluru dari para milisi Daesh. Para milisi Daesh berjatuhan tertembus oleh peluru yang dia tembakkan.

Beberapa chimera tumbang setelah para Kavaleri bertarung dengan sengit melawan para manusia setengah iblis tersebut, sedangkan dari atas kelima unit TSF tersebut telah menghancurkan seluruh peralatan tempur para milisi Daesh, termasuk seluruh Tank T-55 dan beberapa unit kendaraan tempur bersenjata berat.

Salah seorang Kavaleri Russia terjatuh ketika peluru yang ditembakkan oleh seorang sniper musuh menembus pundaknya, sedangkan salah seorang Milisi Hazara Afghanistan menembakkan sebuah roket ke arah sebuah bangunan yang dijadikan sebagai tempat persembunyian para sniper Daesh. Serangan roket tersebut menghancurkan bangunan tersebut dan menewaskan seluruh sniper musuh.

Beberapa iblis yeti setinggi delapan belas meter muncul dari sebuah portal ketika salah seorang milisi Daesh membuka portal dunia iblis dan memanggil para iblis yeti. Kelima unit TSF tersebut terbang rendah dan menembaki para iblis yeti yang bermunculan dari portal dunia iblis.

Salah seorang milisi Daesh tewas ketika Tokhtamish melemparkan sebuah belati yang menancap pada kepalanya, sehingga portal dunia iblis itu tertutup.

Mullah Usman hanya bisa terdiam ketika Tentara-nya tengah dibantai oleh Kavaleri Russia, Milisi Hazara Afghanistan, dan Squad Khurasan Wolf.

"Tinggalkanlah mereka ketika sudah tidak berguna. Bangunlah Pasukan dari awal dan rebut wilayah-wilayah yang dikuasi oleh musuh," ujar Mullah Usman dengan ekspresi wajahnya yang ketakutan. Dia menengendarai mobil Jeep berwarna hitam tersebut dengan begitu cepat, hingga akhirnya mobil Jeep hitam yang dia kendarai terguling ketika peluru yang ditembakkan oleh Tariq Babur meledeakkan roda kanan bagian depan.

Tariq Babur memacu kudanya menuju ke arah mobil Jeep hitam yang terguling tersebut. Ketika dia sampai di sana, dia melihat Mullah Usman yang tergeletak tak berdaya di kursi supir.

"Jadi bajingan seperti masih hidup yah." Tariq Babur segera menghampiri musuhnya dan mengeluarkannya dari dalam mobil Jeep yang terbalik tersebut. Tariq Babur lalu menusuk kedua telapak tangan musuhnya dengan pisau belati. Mullah Usman berteriak dengan keras menahan rasa sakit yang luar biasa. "Kedua belati itu untuk rakyatku yang telah kau persekusi dan kau bantai."

Tariq babur memotong sabuk pengaman dari mobil Jeep tersebut dan mengikatkannya pada kedua kaki musuhnya yang dia ikat ke kuda-nya.

Tariq Babur segera memacu kuda-nya dengan tubuh Mullah Usman yang terikat dan terseret untuk kembali ke Sebha Qim.

Tentara Russia dibantu kelima Pilot TSF tengah memborgol para milisi Daesh yang menyerah dengan mengikat kedua tangan dan kakinya dengan borgol plastik dan leher mereka diikat satu sama lain dengan tali tambang.

"Aku kira kalian akan membantai mereka semua," kata Tariq Babur dengan ekspresi wajahnya yang terlihat bahagia.

"Mereka menyerah dan menjatuhkan senjata mereka. Jadi, tidak ada alasan bagi kami untuk melanjutkan peperangan," balas Tokhtamish dengan santai sambil merokok. "Apa yang terikat pada kuda-mu?" tanya Lelaki Russia keturunan Muslim Tartar itu sambil menunjuk sebuah objek yang ditarik oleh Kuda-nya Tariq Babur.

"Ini adalah Mullah Usman," balas Tariq Babur menatap tubuh Mullah Usman yang dipenuhi dengan luka dan darah dengan wajahnya yang hancur akibat bergesekan dengan bebatuan. Tubuhnya terlihat begitu kaku dan tidak ada hembusan nafas sama sekali. "Hehehehe.... Sepertinya dia telah tewas," ujarnya sambil terkekeh.

"Tangkapan yang bagus, Tariq Babur," puji Tokhtamish.

.

.

Dua hari setelah pertempuran Sebha Qim.

Hari ini pihak Cooperative Security Organization (CSO) dengan Daesh mengadakan sebuah pertemuan untuk saling bertukar para tawanan Perang di Dzul Sawhar. CSO membawa sekitar empat ratus tawanan Daesh yang menyerah di Pertempuran Sebha Qim, sedangkan Daesh membawa beberapa Jurnalis dan Wisatawan yang mereka tawan serta orang-orang penting. Pertemuan Daesh skala besar tersebut di awasi oleh Pihak Inggris Raya dan Perwakilan dari Konfederasi Bangsa-Bangsa.

Empat ratus tahanan Daesh yang terlihat sehat bugar segera berjalan menuju ke arah rekan-rekannya untuk dijemput oleh para milisi Daesh yang tidak bersenjata sambil mereka membawa para tawanan Perang yang kondisi badannya terlihat tidak terurus.

"Rasanya ingin sekali aku menghajar para tikus-tikus Pashtun itu," ungkap perempuan Russia keturunan Korea-Uzbekistan tersebut dengan penuh kekesalan.

"Jangan bersikap rasis seperi itu, Park." Aminah mengingatkan akan ucapan sedikit diskriminatif dari rekannya, "Tidak semua milisi itu orang Pashtun."

"Aku tahu itu, hanya saja aku kesal dengan mereka," ungkap Park.

"Mereka semua benar-benar seperti serangga yang suka muncul secara tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba juga," ujar Beatrix yang tengah bersandar di pundak TSF-nya sambil menatap langit biru. "Mereka lawan yang tangguh dan merepotkan."

"Seandainya aku adalah Prajurit Infrantri, sudah dipastikan aku sudah pulang di dalam peti mati," ungkap Yetta sambil menikmati sebatang rokok djarum super.

Keempat rekannya tertawa mendengar perkataan Yetta yang terdengar sangat pesismistis.

"Kalimat pesimistis itu seperti bukan dirimu saja, Yetta," celetuk Adelheid.

Perempuan berambut ponytail itu bersikap masa bodoh akan tindakan keempat rekannya yang menertawakannya. Baginya, membuat orang bisa tertawa di medan perang itu adalah sebuah hiburan.