"Aretha mau melamar menjadi seorang model di Jakarta."
***
Alfandy menatap Aretha dengan tatapan dalam untuk mencari kebohongan pada wajah putrinya itu. Ia terlihat menghela nafas panjang saat tidak menemukan kebohongan diwajah maupun mata Aretha, dan itu berarti kalau putrinya tidak benar-benar serius dengan apa yang ia katakan beberapa menit yang lalu.
"Apa yang membuatmu tiba-tiba ingin menjadi seorang model?" tanya Alfandy tanpa menatap sang putri.
"Karena Aretha ingin membuat Ayah dan Kak Akhtar bangga," jawab Aretha seraya menatap ayah.
"Kamu menjadi anak baik dan patuh pada Ayah dan kakakmu saja sudah membuat kami bangga," ucap Alfandy yang kali ini dengan menatap sang putri.
"Tapi Ayah, Aretha benar-benar ingin menjadi seorang model," ucap Aretha yang menatap sang Ayah dengan tatapan memohon.
"Ayah akan memikirkannya terlebih dahulu," ucap Alfandy seraya melanjutkan menyantap makanannya.
"Terimakasih Ayah," ucap Aretha dengan bersemangat dan dia pun melanjutkan menyantap makanannya.
***
Bian terlihat menyesal memutuskan untuk datang ke rumah Naila pagi ini. Entah sudah berapa kali ia mengumpat di dalam hati karena semua ucapan Papa dari sang pujaan hati.
"Nai, Papa sudah melihat hasil pemotretanmu dengan Aditya. Papa tidak menyangka kalau hasilnya akan sebagus itu," puji Doni pada sang putri.
"Dan Papa yakin kalau netizen akan menjodoh-jodohkan kalian berdua," tambah Doni yang membuat sang istri menatapnya dengan tatapan kesal.
Bukan Aliya saja yang menatap Doni dengan tatapan kesal melainkan Naila juga.
"Papa apaan sih! Bahas masalah pekerjaan di meja makan," ucap Aliya yang sudah tidak bisa menahan kesalnya lagi dengan kelakuan sang suami.
"Mama yang apa-apaan! Masa Papa tidak boleh memuji Naila," ucap Doni yang terlihat tidak peduli dengan ucapan sang istri.
"Papa benar-benar menyebalkan!" kesal Naila seraya beranjak dari tempat duduknya.
"Ayo sayang!" ucap Naila seraya menarik tangan sang kekasih.
Bian terlihat terkesiap saat Naila menarik tangannya dengan tiba-tiba.
"Lihat, apa yang Papa lakukan! Naila jadi tidak sarapan di rumah kan," kesal Aliya seraya melanjutkan menyantap sarapannya dengan perasaan yang benar-benar kesal.
"Seharusnya Mama dan Naila itu berterimasih sama Papa, karena dengan Papa memanas-manasi Bian, dia pasti akan segera meresmikan hubungan mereka dengan tunangan atau menikah mungkin," ucap Doni seraya mengedikkan bahunya dan melanjutkan menyantap makanannya, sedangkan Aliya? Dia sama sekali tidak menanggapi kata-kata sang suami yang hanya akan membuatnya merasa kesal.
***
Bian terlihat terkekeh geli mendengar gerutuan Naila mengenai sang Papa, saat mereka sudah berada di dalam mobil Bian.
"Sayang, maafkan Papa ya, atas semua yang dikatakannya tadi. Yang mungkin saja membuatmu kesal dan marah," ucap Naila seraya menatap Bian dengan tatapan tidak enak.
"Tidak apa-apa sayang, Papamu kan memang seperti itu," balas Bian pada Naila dengan tersenyum.
"Aku bukannya tidak mau meresmikan hubungan kita ke jenjang yang lebih serius. Hanya saja, aku belum siap untuk itu, dan aku tahu kamu juga sama tidak siapnya denganku karena kamu mau fokus ke karir dulu," ucap Bian seraya menggenggam dan mengecup tangan Naila.
Naila tersenyum tipis saat Bian menggenggam dan mengecup kedua tangannya.
"Iya sayang, aku mengerti kok. Karena lagi pula pernikahan bukan sesimple itu. Banyak hal yang harus kita pikirkan dan persiapkan terlebih dahulu," balas Naila yang dianggukkan oleh Bian.
"Papa memang tidak bisa melihat situasi dan kondisi saat bicara," keluh Naila seraya menghela nafas panjang.
"Lebih baik kita lupakan saja kejadian hari ini, anggap saja tidak pernah terjadi. Karena yang terpenting sekarang adalah kita harus mengisi perut kita, sebelum cacing-cacing di dalam perut kita berdemo," ucap Bian seraya mengedipkan sebelah matanya pada sang kekasihnya.
"Ah, kamu ini! Aku lagi ngomong serius juga," ucap Naila seraya mengerucutkan bibirnya karena sebal.
Bian menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekasihnya itu. Dan tanpa menanggapi sang kekasih, Bian pun melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah Atmajaya.
***
Setelah menyelesaikan sarapan dan membersihkan rumah, Aretha terlihat mulai sibuk dengan cuciannya, lebih tepatnya cucian milik konsumennya.
Sementara itu, masih di meja makan, terlihat Alfandy tengah sibuk memikirkan permintaan sang putri. Dia benar-benar terkejut dengan keinginan putrinya yang tidak pernah bayangkan sebelumnya. Alfandy menghela nafas panjang, karena dia tidak tahu apakah akan memberikan izin kepada Aretha atau tidak. Karena menurutnya, Aretha tidak harus menjadi seorang model untuk membuatnya dan Akhtar merasa bangga kepadanya.
"Hhhh, entah apa yang mempengaruhinya sehingga dengan tiba-tiba Aretha ingin menjadi seorang model, dan kalau ia diterima untuk menjadi seorang model, itu berarti aku akan merasa kesepian di rumah ini karena Aretha akan lebih banyak menghabiskan waktunya seperti sang kakak," ucap Alfandy dengan wajahnya yang terlihat sendu.
Ingin rasanya Alfandy tidak memberikannya izin, tapi kalau dia melakukannya, itu sama saja ia sudah menghancurkan mimpi putrinya dan mungkin saja itu adalah impian Aretha yang ia sembunyikan dari mereka.
"Ya Allah aku mohon berikan aku petunjuk-Mu, supaya aku bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk putriku," doa Alfandy.
***
Setelah menjemur pakaian pakaian milik konsumennya, Aretha terlihat berjalan menghampiri sang Ayah yang tengah terduduk di meja makan.
"Kenapa Ayah terlihat seperti tengah melamun? Apa Ayah tengah memikirkan Kak Akthar? Tidak-tidak, untuk saat ini Ayah tidak boleh memikirkan Kak Akthar," batin Aretha.
"Ayah?" panggil Aretha seraya memegang pundaknya, saat dia sudah berada di sampingnya.
"Eh? Aretha? Kamu sudah selesai ya menjemur pakaiannya," ucap Alfandy yang terlihat terkesiap saat Aretha memegang pundaknya.
"Sudah dong Yah! Ayah sedang memikirkan apa?" tanya Aretha seraya duduk di samping Ayahnya.
"Ayah tidak sedang memikirkan apa-apa," elak Alfandy.
"Aretha tahu kok, kalau Ayah itu tengah berbohong. Apa Ayah sedang memikirkan Kak Akthar yang belum juga pulang?" ucap Aretha.
"Tidak kok sayang! Ayah tidak sedang memikirkan kakakmu, karena Ayah tahu kakakmu itu sedang sibuk-sibuknya dan mungkin dia lebih memilih tinggal di Apartmentnya seperti biasanya saat ia disibukkan oleh pekerjaannya." Alfandy berusaha terlihat biasa-biasa saja, seolah- olah menepis apa yang dipikirkan oleh sang putri.
Aretha terlihat menghela nafas panjang, karena sang Ayah yang tidak mau jujur kepadanya mengenai sesuatu yang tengah ia pikirkan.
"Ayah sayang kan sama Aretha?" ucap Aretha yang membuat Alfandy terkekeh dan mencubit pipinya gemas.
"Tentu saja, sayang. Memangnya Ayah mana yang tidak menyayangi anak-anaknya," ucap Alfandy yang masih terkekeh saat mendengar kata-kata sang putri yang terdengar sangat menggelikan di telinganya.
"Kalau begitu, ayah harus jujur pada Aretha mengenai apa yang tengah Ayah pikirkan tadi," ucap Aretha yang membuat sang Ayah terdiam karena ucapannya.
"Ayah?" ucap Aretha pelan.
"Tha, bagaimana kalau Ayah tidak mengizinkanmu untuk menjadi seorang model."
TO BE CONTINUE.
Happy reading readers. jangan lupa vote, collection, reviewnya dan power stonenya. Dan jangan lupa juga follow ig author ya @idaflicka. Semoga kalian suka yah.