Demian kembali beralih menatap putra bungsunya yang sekarang duduk di hadapannya.
"Calvin" Panggil demian.
Calvin tertegun sejenak, detik kemudian mendongak melirik ke arah demian yang sedang menatapnya serius.
"Iya pah" Sahut calvin.
"Mulai minggu depan, kamu harus ikut papa ke singapura"Kata demian, calvin tersedak sewaktu mendengar perkataan papanya yang bilang bahwa dia harus ikut ke singapura mulai minggu depan. Apa maksudnya papa? Mengapa dirinya harus ikut? Kenapa mendadak sekali.
Anes yang melihat itu langsung memberikan segelas air putih untuk putranya. Calvin mengambil dan segera menegaknya sampai habis," Makasih mah" Anes mengangguk, sudut bibirnya tersenyum lebar.
"Pelan-pelan"Ucap anes.
"Iya mah"Jawab calvin, setelah itu pandanganya fokus menatap demian dan masih ingin mempertanyakan tentang ucapanya itu.
"Maksud papa apa?" Tanya calvin lagi.
"Mengurus cabang perusahaan yang ada di singapu—" Belum selesai demian menyelesaikan ucapanya,calvin sudah lebih dulu memotong pembicaraan orang tuanya.
"Pah! Papa kan tau, calvin itu nggak tertarik sama dunia bisnis. Jelas-jelas calvin kuliah ambil jurusan kedokteran. Kan ada carlos, kenapa gak dia aja? Kenapa harus calvin?!"Tolak calvin, calvin sedari dulu memang tak pernah tertarik sama hal-hal yang berbau dengan bisnis. Berbeda dengan kakaknya, carlos yang memang sejak kecil sudah menyukai dunis bisnis. Bahkan di usianya yang muda carlos sudah menjadi owner di perusahaan kecil yang baru beberapa Tahun ini dia dirikan dan sekarang perusahaan di bidang fashion itu, perkembang sangat pesat, dan melonjak di berbagai nusantara. Produk brand milik CASA sangat populer di kalangan anak muda.
"Vin! di dengerin dulu papa ngomong, jangan langsung di potong"Kata carlos pada adiknya. Calvin kembali mereda dan mengangguk kecil.
"Anak papa kan cuma ada dua. Yaitu, carlos sama kamu. Sekarang carlos di sibukkan dengan perusahaanya sendiri, papa nggak mau membebani dia dengan urusan ini. Berhubung ada kamu jadi, papa memintamu untuk menggantikan carlos" Ujar demian.
"Selama seminggu ke depan, kamu harus membantu papa mengurus cabang baru yang ada di singapura. Lebih tepatnya nanti kamu yang akan menggantikan papa sebagai ceo yang menghadiri acara perusahaan"
"Tapi pah,—"
"Papa tidak menerima penolakan. Karena kamu yang nantinya akan menjadi penerus perusahaan Demin Group —"
"Pah, calvin gak bisa. Apalagi, harus menjadi penerus di perusahaan papa. Impian calvin itu mau jadi dokter pah, bukan ngurus bisnis yang gajelas kek gitu. Papa ngerti dong sama pilihan calvin!" Ucap calvin yang lagi-lagi memotong pembicaraan demian.
Calvin itu paling malas kalau sudah berhubungan dengan bisnis dan di kaitkan dengan hak warisan keluarga.
"Lupakan impian kamu yang menjadi dokter itu! Kamu itu anak papa, jadi harus menuruti semua perintah dari papa"
"Ini udah keputusan mutlak" Lanjutnya.
Brak
Calvin menggebrak meja sembari beranjak dari duduknya. Tatapannya seolah menghunus tajam ke arah demian.
"Papa, gak bisa egois gitu dong! Calvin itu punya pilihan sendiri pah, papa gak punya hak buat ngurus semua kemauan calvin. Calvin itu, udah gede pah! Gak perlu di tuntun buat ngambil jalan yang benar, calvin juga udah tau dan yakin sama pilihan calvin sendiri"
Demian menghela napasnya,"Papa sudah bilangkan kalau kamu menolak, semua aset yang papa berikan sama kamu akan papa ambil kembali dan termasuk apartemen!" Jawab demian membuat calvin langsung terdiam. Calvin bergeming, memang benar apartemen yang sekarang calvin tinggal bersama niko yang membelikannya adalah demian sebelum calvin kabur dari rumah. Kalau apartemen itu di sita, bagaimana dengan niko? Calvin nggak mungkin membiarkan niko keluar dari apartemen itu. Calvin tau betul bagaimana kondisi keuangan niko dan keluarganya.
"Pilihan kamu cum—"
"Oke, pah. Calvin mau" Jawab calvin pasrah kemudian langsung bergerak pergi dari ruang makan tanpa mau melanjutkan lagi makan malamnya yang masih belum selesai.
^^^
Jam baru menunjukan pukul 19:00. Niko baru saja keluar dari dalam toilet sehabis mandi, niko berjalan mendekati nakas di samping kasurnya kemudian mengambil ponselnya yang masih terchager.
Niko membuka kode pasword miliknya dan belum menemukan notifikasi pesan dari calvin. Padahal niko sudah mengirimnya pesan mulai tadi sore. Tapi, ini sudah lewat 3 jam niko menunggu balasan dari calvin sementara calvin belum membalasnya sama sekali, pesannya hanya di read saja oleh calvin membuat niko menjadi penasaran, sebenarnya apa yang di lakuin calvin di 3 jam tersebut?
Niko terduduk di tepi ranjang dan mulai menelfon calvin. 5 panggilan dari niko tak terjawab.
"Calvin kemana sih?" Batin niko khawatir, karena nggak biasanya calvin nggak ngasih niko kabar kalau sedang di luar.
*Line*
NIKO
"Ayang"
"Kok gak di balas chat aku?"
"Kamu sibuk?"
Niko meletakkan kembali ponselnya di atas nakas, dia beranjak dan beralih berganti baju. Tak berlangsung lama ponsel milik niko berdering membuatnya langsung sigap mengambil dan mengangkatnya. Niko langsung senang setelah tau dari siapa yang menelfonya. Dan,benar ternyata dari calvin.
*Panggilan 19:10*
"Hallo" Suara calvin yang memberat membuat niko berlonjak girang sambil lompat-lompat gak jelas di atas kasur saking senangnya mendengar suara calvin.
"H-halo calvin" Jawab niko sedikit gugup sembari menahan senyumnya yang mengembang lebar dan kedua pipinya yang sudah memerah.
"Calvin? Siapa tuh" Niko memuncukan bibirnya, sempat-sempatnya si calvin bikin niko kesal soal perkara nama panggilan doang.
"Calvin ih," Terdengar suara kekehan dari sebrang telfon membuatnya kembali tersenyum di sana.
"Iya, sayang aku bercanda"
"Hum" Niko bergerak menuju ranjang dan membaringkan kepalanya di atas bantal sembari mendengarkan suara calvin yang aduhai, bawaanya jadi pengen,—
"Eh, niko udah makan sayang?" Niko berdecak sembari memutar bola matanya jengah karena merasa bosan dengan pertanyaan klasik dari calvin di setiap menelfonnya. Apa calvin itu nggak punya pertanyaan lain? selain dari kata udah makan!
"Ck, mending lu gak usah nelpon gua dah kalau cuma nanya gitu doang. Emak, bapak gua juga bisa" Baru beberapa jam tak mendengar suara niko yang lagi mengkesal seperti itu membuatnya menjadi sangat merindukan niko. Ah, rasanya calvin ingin memeluknya.
"Terus, aku harus gimana liby?" Tanya calvin di bilik telfonya. Niko mau kesel ih! Mau marah-marah tapi, kasihan sama calvin. Kenapa sih calvin itu gak pernah peka sama yang niko mau. Dari pada nanya udah makan apa belum, kenapa gak langsung belikan aja? Lagian mereka itu cuma berjauhan tempat tinggal bukan kota apalagi provinsi.
"Gua udah kenyang duluan, pas denger lu nanya gua udah makan apa belom?!" Ketus niko.
"Ketus banget jawabnya" Protes calvin.
"Ya, abisnya. Beliin gua makan kek? Apa gitu. Jangan cuma nanya doang, gua bukan cewek yang cuma minta perhatian lu ae dah cukup. Masih kurang!!!!"
"Iya, sayang jangan marah-marah ih. Kamu mah kayak cewek lagi pms" Niko mendengus, soalnya kalau niko nggak terus terang kayak gitu sama calvin, calvin nggak bakal ngerti apalagi paham sama apa yang niko mau. Memang gitu ya, semua cowo sama aja! nggak pernah peka. Eh, tunggu! Kalau gitu sama aja dong niko lagi ngomongin diri sendiri. Niko kan juga cowok, niko memukul jidatnya pelan.
"Bego banget ih "Batin niko," Eh, tapi gua sama calvin itu beda kan? Ya, walaupun dalam artian sama-sama cowo. Tapi, tetep aja beda, eh, sama. Eh, beda apa sama sih? Beda kali ah, jadi pusing kan mikirnya."
"Niko,kamu ngapain sih ngomong sendiri? Aku panggilin malah diem aja. Oh, kamu mau belajar jadi orang gila ya sayang?" Tanya calvin membuat niko membulat lebar sekaligus kesal. Sementara, calvin juga ikut merasa geram karena sedari tadi calvin memanggilnya tiga kali tetapi nggak ada jawaban dari niko, dan orangnya yang di panggil malah asik ngomong sendiri.
"Bangke! Jadi, lu ngedoain gua jadi orgil?"
"Gak, sayangku gak gitu maksud aku"
"Terus?"
"Terus- terus nabrak dong"
"Ish, calvin! Gua serius bego"
"Iya, sayang. Nanti aku seriusin sampe plaminan" Tuh kan! Calvin itu emang nggak beres otaknya, rada-rada mungkin. Makanya terkadang niko jengkel sama calvin saat mengobrol di telfon. Alur ceritanya nggak bakal jelas dan nggak nyambung sama topik pembicaraan awal.
"Vin"
"Apa sayang"
"Calvin mah"
"Kenapa niko?"
"Calvin" Panggil niko.
"Iya, pacarnya aku kenapa ih? Mau banget di samperin"
"Gua capek ah ngomong sama lu"
"Marah lagi? Gemes banget sih liby jadi pengen uwel-uwel pipinya."
"Hem" Kalau niko sudah begini tandanya dia bete banget sama calvin. Calvin langsung memberikan ciuman bunyi lewat telfon. Membuat niko yang tadinya ingin marah malah nggak jadi gara-gara di calvin sama cium.
"Jangan galak2" Katanya,
"Eh, anu—, iya calvin mon maap nih mwehehe. Ciumnya gitu doang? Gak pengen yang beneran?" Padahal dalam hatinya niko udah seneng banget dan pengen berteriak histeris.
"Iya, gak papa. Yaudah, ini kamu mau makan apa? aku mau keluar" Niko mendengar suara calvin yang menyalakan stater motor maticnya.
"Terserah"
"Jangan kaya cewe yang taunya cuma jawab terserah"
"Ish, calvin nyebelin ah " Niko berdecak sembari mendengus kesal.
"Nyebelin apa ngangenin?" Aduh, calvin jangan mulai lagi deh. Untung aja nih, sekarang si calvin lagi nggak ada di apartemen. Gimana, coba kalau calvin ngelihat wajah niko yang ngeblush gara-gara calvin, bisa ancur reputasi niko yang notabenenya adalah cowok.
"Calvin! Aku males ya sama kamu" Mode manjanya muncul lagi malah semakin membuat calvin gencar menggodanya.
"Niko jangan gitu ih, nanti aku samperin nih"
"JANGAN! Y-yaudah sana beliin ayam kfc sama martabak" Niko jadi merinding dan bergidik mengeri saat calvin bilang mau nyamperin dia.
"Iya, sayang. Kiss dulu" Ucap calvin yang meminta cium sama niko.
"Much" Niko memberikan ciuman kecilnya lewat telfon.
"Yang keras sayang. Itu, mah nggak berasa"Protes calvin, niko menarik napasnya kasar.
"Muachhhhh" Ciumnya keras nyampe di monyong-monyongin tuh bibir.
"Puas lu anjing!" lanjut niko membuat calvin terkekeh kemudian langsung mematikan sambungan telfonya dengan niko yang berlangsung beberapa menit yang hanya mendengar suara niko misuh-misuh.