Setelah Haris datang menjemput Maya dirumah orangtuanya. Mereka berdua kembali ke rumah keluarga Haris. Terlihat jelas rona bahagia keduanya setelah mereka menjalani hubungan jarak jauh selama satu pekan.
Didalam mobil Maya menyandarkan kepalanya ke lengan Haris, dan Haris pun membelai rambut istrinya itu dengan lembut.
"Mas, rasanya jauh dari kamu selama satu Minggu sudah seperti setahun," ucap Maya membuka obrolan.
Haris tersenyum, lalu mengecup atas kepala Maya.
"Selama kita jauh ... entah kenapa pikiran aku jadi tidak karuan. Aku jadi punya perasaan buruk sama kamu, takut terjadi sesuatu dengan pernikahan kita!" terang Maya mengungkapkan isi hatinya selama mereka hidup terpisah.
Tubuh Haris tegang seketika itu mendengar perkataan istrinya. Dirinya berusaha untuk tidak terlihat salah tingkah, namun jantungnya berdegup kencang takut Maya bisa merasakan perubahan pada dirinya.
Haris tidak menyangka jika Maya bisa merasakan ada yang tidak baik-baik saja selama mereka berpisah.
"Sayang ... kok pikirannya begitu sih! Apa kamu tidak percaya sama aku lagi?" tanya Haris memastikan jika istrinya hanya sekedar bicara.
"Bukan begitu, Mas. Aku percaya sama kamu kok. Mungkin saat itu aku sedang rindu sama kamu." Jawab Maya sambil mengelus dada Haris.
Mendengar jawaban Maya, Haris sedikit lega. Tapi dirinya masih khawatir jika Maya suatu saat nanti akan tahu apa yang sudah dia lakukan bersama Renata.
Tiga jam kemudian tibalah Haris dan juga Maya dirumah. Haris membangunkan istrinya yang masih tertidur pulas didalam mobil.
Mendengar suara Haris memanggil, Maya segera bangun dari tidurnya lalu segera turun dari mobil. Haris sudah membawa koper milik Maya dari bagasi. Mereka berjalan beriringan masuk kedalam rumah.
Sesampainya didalam, Haris dan Maya tidak menemukan Nyonya Hartini. Haris mencari ibunya keseluruh ruangan namun tidak ada. Haris mulai panik dan dia segera menelepon sang ibu. Rupanya Nyonya Hartini tengah pergi bersama Renata. Haris lega saat mengetahui ibunya baik-baik saja.
"Kenapa, Mas? Ibu nggak lagi kenapa-kenapa, kan?" tanya Maya memastikan.
"Tidak, ibu sedang pergi bersama Renata ke Mall. Mungkin sebentar lagi mereka akan pulang. Kalau begitu kita ke atas saja, kamu pasti lelah perjalanan jauh." Ajak Haris menggandeng tangan Maya menaiki tangga menuju kamar mereka.
Dikamar, Haris menaruh koper milik Maya di sudut ruangan. Sementara Maya masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi dan membersihkan dirinya.
"Mas, kamu mandi juga gih! Aku sudah siapkan air hangatnya buat kita mandi sekalian," ajak Maya kepada Haris yang tengah duduk melepas sepatu dan kaus kakinya disudut ruangan.
Haris berpikir bahwa Maya menginginkan hal yang menjadi miliknya. Haris pun segera beranjak dari tempat duduknya dan ikut masuk kedalam kamar mandi karena ia juga menginginkan hal yang sama.
Maya mulai membuka kancing baju Haris satu persatu. Sedangkan Haris hanya mengalungkan kedua lengan tangannya kedalam tubuh Maya. Dirinya memandang wajah cantik istrinya itu sambil tersenyum lalu menciumnya dengan penuh cinta.
Di dalam bathtub berukuran cukup besar itu mereka saling memberi dan menerima. Beberapa kali terdengar suara napas keduanya tersengal diantara suara kucuran air hangat yang keluar dari Shower. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua selama beberapa menit didalam sana.
Setelah sepekan tidak bertemu, hari itu mereka membayar lunas hasrat terpendam yang telah mereka rasakan karena jarak mereka. Haris dan Maya saling tersenyum didepan kaca.
***
Tok ... tok ... tok!
Terdengar suara ketukan pintu dari luar, Haris berjalan membuka pintu. Sementara Maya masih menyisir rambutnya didepan kaca meja rias.
Haris terkejut ketika melihat sosok yang sama seperti beberapa waktu lalu berdiri didepan pintu kamarnya.
"Renata?!" ucap Haris terkejut.
Maya yang mendengar nama Renata terucap dari mulut Haris segera menghampiri suaminya yang masih berdiri kaget didepan pintu.
"Hai! Sorry ganggu waktu kalian berdua, aku kesini karena ada perlu sama kamu, Ris." ucap Renata dengan santainya.
Maya menatap Renata beberapa saat. Lalu ia bertanya ada urusan apa sehingga harus datang ke kamar mereka. Maya Juga menanyakan kenapa tidak mencoba menghubungi lewat telepon saja.
Hal itu membuat Renata kesal, tapi ia menahan diri dan kembali melakukan akting didepan Haris.
"Tadinya aku sudah ingin menghubungi kamu lewat telepon. Tapi ibu kamu minta aku segera naik untuk mengatakannya langsung sama kamu. Silahkan tanya langsung jika kalian tidak percaya!" Terang Renata dengan sangat percaya diri.
Maya menghela napas, dia tidak ingin berdebat dengan ibu mertuanya apalagi dia baru saja datang.
"Tidak perlu, Ren. Sekarang katakan apa yang ingin kamu katakan." Maya kembali bertanya.
"Mobil aku tiba-tiba mogok, dan aku tidak bisa pulang. So ... Ibu Haris minta agar Haris mengantarkan aku pulang sekarang!" Ucap Renata sinis.
"Tunggu dan bersiaplah dibawah, aku akan segera menyusul," sahut Haris kepada Renata.
Renata tersenyum penuh kemenangan dan segera turun. Sementara Maya hanya bisa menerima kenyataan jika suaminya begitu mudahnya menuruti keinginan Ibunya untuk mengantar Renata pulang.
"Mas, kenapa sih kamu nggak minta Renata untuk pesan taksi saja? Kenapa juga harus kamu? Dan kenapa kamu nggak izin aku dulu, bagaimanapun aku berhak melarang kamu pergi!" Protes Maya karena merasa kecewa dengan sikap Haris.
"May, please jangan berdebat ya? Ini perintah ibu loh. Kamu kan tahu ibu pasti tidak akan membiarkan Renata pulang sendirian."
"Haruskah aku selalu ngertiin ibu kamu, Mas? Selama ini aku selalu mengerti apapun yang ibu inginkan, tapi ibu dan kamu nggak pernah ngertiin aku ...." ucap Maya lirih.
"STOP! Jaga ucapan kamu, May! Kalau ibu sampai mendengar ucapan kamu barusan, aku yakin ibu akan kecewa dan juga sedih!" Bentak Haris kepada Maya.
Maya tak kuasa menahan air mata. Hatinya sangat terluka mendengar Haris berbicara keras untuk pertama kalinya. Tidak pernah terpikirkan oleh Maya jik Haris akan bersikap seperti itu kepadanya.
"Sayang ... maafkan aku! Aku tidak bermaksud untuk membentak kamu. Aku hanya terbawa suasana karena kamu menyudutkan ibu. Sekali lagi aku minta maaf," ucap Haris sambil duduk di samping Maya mencoba meminta maaf.
Maya tidak bergeming, hatinya masih sakit. Sementara ibu Haris sudah menelepon dan meminta Haris untuk segera turun mengantar Renata pulang.
"May ... aku minta maaf, ya? Aku salah, tapi aku harus pergi sekarang. Aku harap setelah kembali nanti, kita bisa bicara baik-baik dan kita bisa melupakan masalah ini." Pinta Haris kepada Maya yang enggan menatapnya.
Haris segera mengambil jaket dan kunci mobilnya lalu pergi meninggalkan Maya sendiri didalam kamar. Maya kembali menangis, Harus benar-benar telah mengecewakannya lagi.
Maya teringat kembali akan pesan ibunya yang mengatakan agar ia bisa lebih sabar menghadapi semua masalah yang ada didalam rumah tangganya bersama Haris. Untuk itu Maya segera menghapus air matanya. Ia kembali menenangkan hatinya yang telah terluka.
"Aku pasti bisa! Ayo Maya! Kamu kuat! Hatimu tidak boleh lemah! Kamu harus bisa sekuat Baja!" Seru Maya menyemangati dirinya sendiri.