webnovel

Suamiku Duda Muda

"Apa!" Lisa melebarkan matanya. "Aku harus mau nikah sama dia, si duda itu, haruskah?" Siang itu tanpa badai, Lisa harus menerima permintaan kedua orang tuanya untuk menikah sekaligus menjadi istri kedua dari seorang pemuda yang baru saja berpisah dari istrinya, namanya Gionino. Hanya berbekal hubungan baik keluarga yang tercipta diantara kedua orang tua mereka, urutan bisnis memang nomor satu. Ancamannya kalau dia tidak mau, perusahaan ayahnya yang sudah mulai goyang itu akan jatuh, tak akan bisa bangun lagi. Tapi, kenapa harus dengan anak terakhir mereka, bukan yang pertama, bahkan belum menikah. "Ica!" "Lisa, namaku Lisa!" dia pasti jahat pada mantan istrinya sampai digugat begitu. Lisa yakin. Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka? Apa Lisa bisa menerima dan tahu alasan rahasia suaminya menjadi duda diusia muda? Mohon dukungannya, semua. Spesial dari Pelantun_Senja.

Pelantun_Senja · 现代言情
分數不夠
32 Chs

Karena Anak Magang

Rencana mau makan dengan cepat, jadinya makan terlambat, mungkin itu sudah biasa bagi ibu dan ayah, tapi Lisa masih saja malu, suaminya itu memang susah ditebak, salah sendiri juga tadi dia pakai banyak bertanya, akhirnya mandi basah setelah tiga hari mandi biasa.

Lisa mengerucutkan bibirnya, yang jadi tersangka sudah bak artis di ruang tamu, ibu dan ayah tidak ada yang berani protes pada Gio, mau rambut Gio basah atau tidak, tadi mau ke luar kamar atau tidak, telat atau tidak, mereka akan tetap mengagungkan Gio di sini.

Lisa ambil satu porsi sajian untuk Gio, dia antarkan sambil menggulung rambut basah dengan handuk itu sedikit tinggi.

Lihat, aku tahu kamu marah, masalah rambut kan!

Dor,

"Iya, sayang?" Lisa berkedip manja, tahu mata Gio tidak suka dengan model rambutnya.

Gio mendekat, mengusir ibu lewat pandangannya, melipir sudah yang tak diundang, ibu memilih mengambil camilan di dapur, sedangkan ayah memutar siaran televisi.

"Iya, aku turunkan, ini kan di rumah cuman ada kamu dan ayah, jadi-" Gio melotot. "Iya, Gi. Aku turunkan ya ini, biarin basah begini, kena baju tidak apa-apa, sudah ya, jangan marah!"

Purrfftt!!

Lisa lirik ayahnya yang hampir tertawa kencang, perutnya saja sudah terguncang, biar saja, dia dan suaminya memang tidak waras, anggap saja bersama duda muda itu hidup Lisa ampun-ampun minta ampun, dia harus mengikuti apa yang Gio mau.

Bahkan, sekarang dia harus memberikan suapan pada suaminya itu.

"Tambah, Ica. Masakan Ibu itu terenak dan aku lelah tadi," ujar Gio memuji ibu mertuanya.

"Memangnya dari mana, Yo, kok sampai lelah sekali?" timpal ibu kepo.

Hayo, coba jawab ketemu orang sama ibu!

Gio menoleh pada Lisa, istrinya itu sibuk memotong ikan untuk dia suapkan berikutnya.

Satu tangan Gio memainkan rambut Lisa dan dia gulung lalu dia selipkan ke balik telinga.

"Tidak dari mana-mana, lelah karena Lisa minta jatah, Bu."

Heh!

Kalau bukan suaminya dan kedua orang tua tidak mendukung, pasti sudah Lisa hancurkan mulut kurang ajar itu, dia selalu disalahkan.

"Buruan buatin Ayah cucu, Yo. Ayah kan pengen jalan sore bareng sama cucu." ayah mendadak membahas masalah ini.

Kesempatan karena Lisa pusing memikirkan perubahan suaminya itu, sejenak minta anak, sampai program, begitu dapat obat dan kejelasannya, seenak pusarnya bilang kalau menunggu karunia Tuhan, tidak perlu menggebu, bagaimana yang itu.

"Ayah mau cucu berapa?"

Eh, jawaban mengejutkan dari Gio, baru kali ini dia menjawab dan itu tepat sasaran, ayah sampai mau jatuh mendengarnya, dia tadi hampir mengaku salah, tapi karena Gio menjawabnya sekarang, itu artinya kesempatan.

Ayah melirik pada ibu, dari kode matanya bilang saja apa yang ada di kepala, toh Gio akan mengiyakan kalau setuju, kalau tidak, ya pastinya Lisa yang jadi sasaran.

"Lima."

Astaga, Lisa mau kabur saja, orang-orang di rumah ini tak ada yang satu jalan dengan dirinya, semua fokus pada Gio dan Gio.

"Mudah sekali, akan aku buatkan, Ayah!"

Bedebah satu ini!

Gio julurkan lidahnya pada Lisa, dia semakin suka kalau Lisa berada pada posisi yang terintimidasi, tapi tentunya karena dia, bukan orang lain.

Setelah kumpul keluarga ini selesai, awalnya Lisa dan Gio endak menginap, tapi tengah malam Gio mau pulang, tentu saja itu membuat kepala Lisa pening, dia berjalam setengah tidur tadi, masa bodoh dengan omelan suaminya.

***

"Ica, kamu akhir-akhir ini kok malas sekali sih!" Gio mengeluh. "Ica!"

"Iya, Gi. Tidak malas kok, mana bagian malasnya?" mana lagi, perasaan sudah bersih semua kok. Lisa komat-kamit tidak karuan.

Ini hal yang paling menyebalkan kalau di rumah dan banyak yang harus dia kerjakan, tapi suaminya yang bawel ini memintanya membuka kucir rambut, sampai bau air pel juga jadinya.

"Yang mana, Gi?"

Gio terkekeh sambil pamer otot perutnya, Gio benar-benar berubah, bukan hanya sikapnya, memang masih menyebalkan, tapi lebih banyak terlihat sayang pada Lisa, sampai-sampai satu bulanan Lisa rasa tak membuat Renata pusing akan tingkah Gio.

Yang ada di benaknya hanya satu, apa mungkin suaminya mau tanding bersama Ares, anak magang itu, kalau benar, Lisa harus siap-siap jadi wasitnya

"Kamu dan air liur mu itu, tergodakan, Ica?"

Lisa menganga, dia belum menjawab, masih menikmati keindahan otot perut suaminya, seingatnya dua hari lalu waktu mereka berhubungan belum ada.

Dia pun mendekat, dia sentuh otot itu, dia ikuti guratannya.

"Mmm-" Gio sambar bibir Lisa, dia buat istrinya itu terpojok.

Lisa tepuk-tepuk dadanya, meminta Gio berhenti, bisa mati kehabisan napas dia nanti.

"Ica, setelah ini jangan melirik anak magang itu lagi, aku masih lebih muda darimu, jadi jangan mencari yang lebih muda lagi!"

Kan, benar.

Tapi, apa itu tadi tandanya kalau Gio mengakui perasaannya pada Lisa?

"Ica!"

"Iya, Gi. Siapa yang melirik anak magang itu sih?" tidak boleh menyebut nama Ares, bisa terbakar rumah ini. "Tidak ada yang meliriknya, lagian ada kamu yang ganteng maksimal!" dia banggakan setidaknya ini mendekati hari gajian.

Gio tersenyum senang mendengarnya, dia lantas mendekat dan menggendong Lisa.

"Heh, heh, sudah, kenapa cium-cium terus sih, aku ini bau sabun pel!" Lisa jauhkan wajahnya.

"Ica, janji ya, jangan melihat anak magang itu ya, aku sudah berubah, Ica, badanku juga sudah bagus!" ujar Gio sambil memeluk Lisa.

Lisa hela napas panjang, dia balas pelukan itu.

"Iya, janji." lagipula, siapa yang berniat melirik pria lain selain kamu, Gi, yang ada selama ini aku takut kamu ninggalin aku sama Eva. "Gi, pakai bajunya ya, kalau yang biasa bersih-bersih depan rumah datang, nanti lihat badan kamu itu, aku cemburu loh!"

Cemburu?

"Ica, kamu cemburu?"

Lisa mengangguk, jangan sampai bibik jadi membayangkan bagaimana rasanya mencakar otot perut suaminya itu, kan Lisa tidak rela dibagi.

Gio dekap sekali lagi, "Ica, aku tidak mau memakai bajunya, biar kamu cemburu sampai guling-guling dulu!"

Kan, resiko bersuami lebih muda dan statusnya duda ya seperti ini, banyak tuntutan karena dibandingkan pengalaman yang lalu.

Lisa ambil tongkat pelnya, dia kejar dan paksa Gio memakai bajunya itu sampai seisi rumah kembali berantakan lagi.

Namun, bukannya membersihkan, Gio malah mengurung Lisa di kamar, melakukan apa yang dia suka, membuat kamar itu pecah dengan suara Lisa.

***

"Yakin mau bertemu Ares?" Andreas pastikan sekali lagi. "Ingat, kau harus menjaga dan mengendalikan emosimu, jangan libatkan Eva kalau memang Eva tak dia bahas di sini, Yo!"

"Berisik, aku lebih tahu apa yang harus aku katakan, jangan ikut campur!" sergah Gio.