webnovel

28. Mengunjungi Meisya

"Maaf Mas, kalau aku sudah membuatmu menunggu terlalu lama," sahut Jeslin ketika setelah melihat suaminya tidak berkata apapun lagi.

"Sudahlah ayo kita berangkat saja," ajak Daffa yang mendahului Jeslin masuk ke dalam mobil dan mengikuti suaminya duduk di kursi belakang.

Mobil yang dikendarai pak Maman terus melaju membelah kota sampai ke sebuah rumah yang tidak terlalu besar tetapi cukup nyaman untuk ditinggali, Daffa turun lebih dulu baru kemudian disusul oleh Jeslin, mereka masuk ke dalam rumah itu dan melihat keseliling dalam isi rumah.

"Inilah tempat tinggalmu mulai dari hari ini sampai seterusnya dan aku harap kau bisa betah karena aku tidak bisa memberikanmu lebih sebelum anak yang ada di dalam kandunganmu itu terbukti memang darah dagingku, aku juga bukan bermaksud untuk meragukanmu, tetapi aku benar-benar tidak merasa telah menyentuhmu, walaupun aku mabuk sekalipun seharusnya aku tetap bisa mengingat semuanya," jelas Daffa.

"Tidak apa-apa Mas, aku mengerti kalau Mas Daffa meragukan bayi ini dan asal Mas tahu aku tidak mengharapkan lebih, tetapi aku hanya mengharapkan ada nama seorang ayah dibelakang nama anakku, oh iya kamarku di mana? aku lelah mau istirahat," tanya Jeslin mengatakan isi hatinya.

"Kamarmu yang sebelah kanan dan kamarku tepat di sebelah kamarmu," tunjuk Daffa sambil mengarahkan jarinya ke arah kamar yang dimaksudnya, tetapi baru saja Jeslin mau melangkahkan kakinya ke arah kamarnya tiba-tiba pak Maman datang.

"Permisi Tuan koper yang berisi pakaian Tuan yang mana? saya meletakkan di kamar anda," tanya pak Maman.

"Aku tidak membawa pakaian Pak, karena aku tidak akan tinggal di rumah ini dan kalaup pun aku mau menginap pakaianku ada di dalam mobil jadi, semua koper itu milik Jeslin dan bapak letakkan saja di dalam kamarnya," terang Daffa.

Deg

Jantung Jeslin terasa ada menusuknya dengan sebilah belati rasanya sangat sakit sekali, tapi tidak mengeluarkan darah dan Jeslin sadar betul akan posisnya tetapi apa sang suami begitu tidak menginginkannya sampai pakaian pun tidak dia tinggalkan di rumah ini.

"Mas, aku ijin masuk ke dalam kamar dulu," pamit Jeslin yang langsung meninggalkan suaminya ke dalam kamarnya.

"Apa aku sudah keterlaluan? sepertinya dia sangat sedih sekali, tapi kenapa aku harus repot-repot memperdulikan perasaannya? bukankah itu salah dia sendiri yang sudah merusak kebahagiaan aku dan istriku," gumam Daffa yang berperang sendiri dengan batinnya.

"Bik Ami nanti bantu Jeslin merapikan semua paķaian dan barang-barangnya, saya mau kembali ke perusahaan dan katakan padanya kalau saya akan menjemputnya untuk makan malam bersama," pesan Daffa kepada pembantu istri ke duanya itu lalu dia meninggalkan rumah itu kembali ke perusahaannya.

"Tuan kenapa anda ada di kantor? bukankah seharusnya anda bersama dengan istri kedua anda," ucap Roy, dia terkejut ketika masuk ke dalam ruangan melihat atasannya sedang bersantai di sebuah sofa panjang sambil berselonjor kaki.

"Kalau aku menikah lagi karena berselingkuh pada Istriku pertanyaanmu yang kau ajukan itu barulah tepat, tetapi aku menikah karena dijebak dan terpaksa jadi, mana mungkin aku betah berada didekatnya, lalu apa yang kau lakukan di ruanganku?" tanya Daffa lagi setelah dia menjelaskan semuanya pada Roy.

"Saya ke ruangan anda mau mengecek saja, apakah ada yang harus dirapikan atau tidak? tapi saya terkejut ketika melihat Tuan sudah ada di kantor lagi," ungkap Roy.

"Roy, saya mau mengajak Jeslin makan malam dan kau pesankan ruang private agar bisa makan dengan nyaman, karena aku tidak mau semua orang tahu hubunganku dengannya, apalagi sampai Istriku melihatnya, aah ... aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya nanti?" terang Daffa sambil memejamkan matanya.

"Siap Tuan, apa ada lagi yang bisa saya lakukan untuk anda?" tanya Roy yang masih menunggu reaksi dari atasannya itu.

"Tidak ada Roy, kau kerjakan saja yang barusan aku perintahkan itu, apa hari ini aku ada rapat Roy?" sahut Daffa dengan kembali menanyakan kegiatannya.

"Semua rapat sudah saya cancel Tuan, karena saya kira anda tidak akan datang ke kantor hari ini," ungkap Roy.

"Baiklah, kalau begitu aku mau menemui istriku saja," ucap Daffa, dia langsung berdiri dan meninggalkan Roy di ruangan itu.

Daffa keluar kantor dan masuk mobil, kemudian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang ke arah rumah orang tuanya.

Tok tok tok

Daffa mengetuk pintu rumah orang tuanya ketika dia sudah sampai lalu beberapa menit kemudian pintu pun dibuka oleh bik Mun.

"Selamat datang Tuan muda," sapa bik Mun.

"Bik Mun, apa mama dan istriku ada di rumah?" tanya Daffa.

"Ada Tuan muda, Nyonya dan Nona Meisya baru saja pulang dari shopping, sekarang sedang ada di kamar," jawab bik Mun.

"Ya sudah aku mau menemui istriku dulu," sahut Daffa lalu dia melangkah cepat ke arah kamarnya yang sekarang sudah menjadi kamar sang istri.

"Sayang, Mas sangat merindukanmu maaf baru sekarang Mas baru bisa mengunjungimu, apa kau masih marah padaku?" tanya Daffa yang langsung memeluk istrinyadari belakang ketika dia melihat sang istri sedang duduk di depan meja rias.

"Apa kabar istri barumu Mas? tapi untuk apa aku tanyakan lagi kalau tadi siang sudah jelas aku melihat kalian berdua baru pindah ke rumah baru dan dia juga terlihat sangat begitu bahagia," ungkap Meisya yang membuat suaminya sangat terkejut, karena sang istri melihatnya sedang di mobil berdua dengan istri keduanya.

"Sayang semua tidak seperti yang kau bayangkan, Mas dan dia tidak melakukan apapun di dalam rumah itu Mas hanya mengantarkannya saja setelah itu Mas langsung keperusahaan, karena Mas tidak mau dia tinggal di rumah yang lama, bahkan Mas membelikannya rumah yang lebiih kecil dari yang sebelumnya," terang Daffa.

"Aku tidak mau tahu apapun yang telah Mas lakukan padanya, kenapa Mas datang menemuiku? apa Mas tidak diterima istri barumu itu? sehingga datang kepadaku dan berharap aku akan menerima serta memaafkan Mas kembali," ketus Meisya, tapi dia tidak berusaha melepaskan pelukan suaminya.

"Sayang ternyata kau masih mencintai Mas, terima sayang, Mas juga sangat mencintaimu bahkan merindukanmu dan percayalah kalau Mas tidak melakukan apapun dengannya baik sekarang atau pun nanti, karena hati serta seluruh tubuh Mas hanya milikmu seorang," ungkap Daffa yang kembali memeluk istrinya dengan erat.

"Aku tidak pernah mengatakan kalau masih mencintaimu, aku hanya bertanya saja kenapa datang kemari? aah ... sudah sana pergi aku sama sekali tidak membutuhkanmu, kau temani saja istrimu itu," bentak Meisya, dia memalingkan wajah tidak mau memandang suaminya.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu," ucap Daffa yang melepaskan pelukannya dan melangkah ke arah pintu.