webnovel

15. Memberi pengertian

Bunda Felicia memeluk menantunya yang sedang menangis sesunggukan itu, dia memberikan isyarat pada suami dan putranya agar segera meninggalkan dia dan menantunya sendiri dulu.

Meisya merenggangkan pelukannya dan berkata."Bunda, Mei nggak bisa jauh dari mas Daffa, tapi Mei juga nggak mau sama mas Daffa yang suka selingkuh. Mas Daffa sudah menghianati Mei, apa yang harus Mei lakukan bunda?"

"Coba katakan pada bunda, apa yang membuat menantu cantik bunda ini nggak bisa jauh dari Daffa?" tanya bunda Felicia, dan Meisya yang ditanya menundukkan kepalanya karena malu.

"Meisya nggak bisa tidur tanpa memeluk dan mencium aroma tubuh mas Daffa, Bunda." ucap Meisya dengan sangat pelan, tapi bunda Felicia tetap bisa mendengarkan ucapan menantunya itu.

"Ha ha ha aha ha ... ya sudah Meisya terima aja Daffa-nya dan tunggu sampai bayi itu keluar baru kita bisa tahu, bayi itu benar anaknya Daffa atau bukan." saran bunda Felicia, dan Meisya tampak memikirkan ucapan bundanya itu.

"Baiklah bunda, Mei mau menunggunya asalkan mas Daffa nggak menikahi wanita itu." putus Meisya dan bunda Felicia sangat senang sekali mendengar ucapan menantunya itu, lalu bunda Felicia memeluk Meisya dengan lembut.

"Ya sudah kalau begitu bunda keluar dulu, apa mau bunda panggilkan suamimu?" tawar bunda Felicia dan Meisya hanya mengangguk setuju, lalu bunda Felicia mencium kening menantunya itu kemudian mengusap rambutnya.

Bunda Felicia keluar dari kamar menantunya tidak lupa ia menutup lagi pintu itu, lalu bunda Felicia menuruni tangga mencari putra dan Suaminya. Ketika bunda Felicia berjalan ke arah ruang keluarga, dia mendengar suaminya sedang memarahi sang putra, baru kali ini suaminya menarahi putranya dengan sangat keras.

"Kau sudah membuat Ayah malu Daffa, apa kurangnya istrimu itu? kenapa kau masih saja mencari perempuan lain di luar sana? bahkan kau sudah menghamilinya sebelum menikah, dan tidak bertanggung jawab lagi, apa ayahmu ini yang mengajarimu hal memalukan seperti itu." bentak Ayah Daffa dengan sangat murka.

"Ayah, Daffa yakin kalau Daffa itu sudah dijebak, Daffa nggak bisa membuktikan sekarang, tapi Daffa sangat yakin sekali suatu saat bisa membuktikannya." ucap Daffa, namun ayah Tama tidak mau mendengarkan, dia malah bertambah murka.

"Apa kau pikir dengan keyakinanmu itu bisa membuat istrimu percaya dan juga bisa mengubahmu tidak menikahi wanita itu? kedua orang tuamu yang bisa kau yakinkan, tapi apa kau bisa meyakinkan istrimu itu? sedangkan sebuah bukti sudah menyatakan kalau anak wanita itu positif adalah anakmu." berang ayah Tama pada putranya.

"Apa yang harus aku lakukan ayah? tolong beri solusi padaku, aku nggak mau berpisah dengan istriku." pinta Daffa, dia berlutut memohon pada ayahnya agar mau membantunya.

"Ayah kenapa harus seperti ini? Daffa ini putra kita, bukan budak yang harus menyembah pada tuannya." tegur bunda Felicia, dia semula hanya mendengarkan saja perdebatan anak dan suaminya, tapi setelah melihat anaknya berlutut di depan sang suami, bunda jadi marah dan tidak terima.

"Bunda kenapa marah pada ayah? bunda melihatnya sendiri tadi bukan ayah yang meminta Daffa berlutut, tapi Daffa sendiri yang melakukannya." protes ayah Tama pada istrinya.

"Daffa, kau sedang ditunggu oleh istrimu di kamar, bunda sudah berhasil membujuk istrimu agar mau menunggu sampai anak yang dikandung wanita itu melahirkan, tapi dengan syarat kau tidak boleh menikahinya. Katakan pada bunda apa kau bisa memenuhi keinginan dari istrimu itu?" terang bunda Felicia yang menanyakan permintan menantunya pada sang putra.

Daffa sangat bahagia mengetahui kalau bundanya sudah berhasil membujuk sang istri.

"Terima kasih bunda, karena sudah memberikan Daffa kesempatan dan Daffa berjanji akan memanfaatkan kesempatan yang bunda beri ini dengan sebaik-baiknya. Ayah ... bunda, Daffa minta maaf sudah membuat kalian berdua kecewa dan mau, tapi Daffa akan membuktikan kalau semua ucapan Daffa itu benar." terang Daffa pada kedua orang tuanya.

"Ya sudah Nak temuilah istrimu, kasihan dia sudah menunggumu terlalu lama." pinta bunda Felicia dan Daffa mengangguk lalu dia berdiri dan berjalan meninggalkan ruang tamu itu, Daffa dengan cepat melangkah menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya.

Ceklek

Daffa membuka pintu kamarnya dan melihat sang istri berbaring di ranjangnya dengan posisi menghadap ke tembok. Daffa melangkah perlahan menaiki ranjangnya, dan memeluk sang istri sembari mengatakan maafnya.

"Sayang maafkan Hubby yang sudah membuatmu kecewa, tapi Hubby akan membuktikannya kalau anak itu bukan anakku. Terima kasih kau sudah mau memberikan kesempatan pada suamimu yang tidak berguna ini, sayang tolong menghadap ke sini kalau memang kau memaafkan Hubby." pinta Daffa pada sang istri yang berbaring menghadap ke dinding itu.

Meisya sebenarnya masih kesal dengan suaminya, tapi keinginan kuat untuk memaafkan suaminya juga lebih kuat lagi, oleh karena itu dia akhirnya berbalik dengan air mata yang mengalir deras. Daffa yang melihat air mata istrinya mengalir sampai matanya membengkak juga ikut menangis, dia mengusap air mata itu dan memeluk istrinya dengan erat.

"Hubby tolong jangan menikah dengannya, Mei nggak akan pernah memaafkan Hubby kalau sampai Hubby menikah dengannya. Menikah siri atau menikah kontrak Mei tetap nggak mau kasih Hubby ijin sama sekali, walaupun Mei nggak bisa tidur tanpa pelukan dari Hubb, Mei tetap tidak akan mentolerir kalau Hubby sampai menikah dengannya." ungkap Meisya pada suaminya.

"Iya sayang, Hubby tidak akan pernah menikahinya, Hubby sangat mencintaimu sayang tolong jangan meninggalkan Hubby sendiri, Hubby tidak akan bisa hidup tanpamu." tutur Daffa yang mengungkapkan isi hatinya pada sang istri.

"Hubby dari siang Mei nggak bisa tidur, kalau nanti kita berpisah bagaimana caranya Mei tidur setiap malam?" tanya Meisya yang membuat suaminya itu kesal mendengarnya.

"Apa yang kau katakan sayang? Hubby tidak akan membiarkanmu meninggalkan Hubby dan Hubby juga tidak akan pernah berpisah denganmu jadi, setiap saat Hubby selalu akan menemanimu tidur. Sudah cepat katanya susah tidur tadi, tapi tunggu sebentar Hubby buka baju dulu." ucap Daffa,dia merenggangkan pelukannya pada sang istri lalu duduk, setelah bajunya terbuka barulah Daffa berbaring lagi dengan posisi miring agar istrinya bisa leluasa memeluknya.

Lima menit kemudian sang istri yang sudah berada dalam pelukannya pun tertidur lelap, Daffa menatap wajah istrinya sambil bergumam."Sayang seandainya yang kau takutkan itu terjadi dan tanpa bisa berbuat apapun serta tanpa pilihan aku menikahinya, aku mohon padamu agar kau membiarkan aku memelukmu sampai kau tertidur saja. Aku tidak ingin kau menjadi sakit hanya karena pria yang tidak berguna seperti aku ini, aku akan tetap mempertahankanmu apapun yang terjadi sayang."

Daffa menangis karena memiliki firasat kalau wanita itu akan tetap meminta Daffa menikahinya, karena semua bukti sudah mendesaknya ke arah sana. Daffa hanya berharap istrinya selalu diberikan kesabaran dan kekuatan dalam menghadapi setiap ujian yang akan mereka hadapi di masa depan.