webnovel

11. Kedatangan Mertua

"Ayah...bunda... kalian tahu dari mana kami ada disini?" Tanya Daffa kepada kedua orang tuanya, sedangkan Meisya langsung mendekat dan Salim kepada kedua orang tua suaminya.

"Anak nakal orang tua datang bukannya salim, disuruh duduk ini malah ditanyain lihat menantuku santun dan sangat pengertian." Ucap bunda Daffa.

"Maafkan mas Daffa ayah...bunda...mas Daffa hanya kaget saja, ayo duduk ayah bunda jangan dengarkan mas Daffa." Meisya langsung menggandeng dan mengajak kedua mertuanya duduk di ruang tengah.

"Sayang kenapa hubby di tinggal sih? Ini semua gara-gara bunda jadi, Daffa tidak diperhatikan Mei lagi." Ujar Daffa sewot.

"Daffa tidak malu kamu dilihat sama istrimu kamu itu bandel ya sudah istrimu hamil tidak kasih tahu bunda sekarang malah dibawa kabur lagi." Bunda Daffa menjewer telinga putranya karena kesal.

"Aw...sakit bunda, ayah tolongin putra kesayangannya ayah dijewer sama bunda." Daffa mengadu kepada ayahnya, sedangkan ayahnya begitu melihat lirikan maut dari istrinya langsung tidak berkutik.

"Maaf nak ayah tidak bisa bantu ini memang salah kamu, ayah takut tidak dapat jatah Daffa minta tolong istrimu saja sana." Bisik ayah Daffa padanya.

"Sayang tolongin Hubby." Ucap Daffa melihat istrinya.

"Bunda tolong maafkan mas Daffa bukannya mas Daffa tidak mau memberi kabar pada bunda, api keadaan Mei yang sering muntah-muntah membuat mas Daffa sibuk mengurus Mei dan lupa memberi tahu ayah dan bunda." Meisya memohon pada ibu mertuanya agar tidak menjewer telinga suaminya lagi.

Bunda melirik ayah dan tersenyum seolah berkata, lihat menantuku sangat mencintai suaminya.

"Baiklah bunda maafkan, tapi ini semua hanya karena kamu. Daffa jangan pernah menyakiti istri kamu nak, dia wanita yang baik dan santun bunda sangat menyukainya. Kalau bunda tahu kamu menyakitinya maka bunda akan bawa kabur istrimu sampai kamu tidak bisa menemukannya lagi. Apa kamu mengerti yang bunda katakan?" Kata bunda Daffa dengan tampang seriusnya.

"Iya bunda Daffa mengerti Daffa juga sangat mencintai Meisya jadi, tidak mungkin Daffa akan menyakitinya." Ucap Daffa sambil memeluk istrinya.

"Hubby jangan begini Mei malu di sini ada bunda dan ayah." Meisya berusaha melepaskan pelukan suaminya.

"Tidak apa-apa nak, ayah dan bunda mengerti usia pernikahan yang masih baru seperti kalian ini lagi hangat-hangatnya. Ayah dan bunda juga pernah muda jadi, tahu apa yang diinginkan oleh suamimu oleh sebab itu biarkan saja ya sudah bunda mau memasak makan malam dulu untuk kita semua." Bunda Daffa berdiri menuju ke dapur.

"Hubby bolehkah Mei membantu bunda memasak di dapur." Tanya Meisya pada suaminya.

"Boleh sayang, tapi ingat ya jangan terlalu lelah, Hubby tidak mau kamu sakit lagi." Jawab suaminya.

"Iya hubby tentu saja, tapi lepaskan dulu dong pelukannya kalau Hubby memeluk Mei seperti mana bisa Mei membantu bunda memasak." Meisya masih terus berusaha melepaskan pelukan suaminya.

"Tetap di sini saja ya sayang, Hubby sudah nyaman seperti ini." Daffa malah lebih mengeratkan pelukannya.

"Hubby tidak enak sama bunda nanti Mei dikira menantu pemalas lagi hubby tidak malu apa di sini masih ada ayah." Ayah Daffa sambil menonton televisi hanya tersenyum mendengar ucapan menantunya.

"Baiklah, tapi jangan lama-lama ya sayang." Ucap Daffa dengan wajah cemberut.

"Terima kasih Hubby emmmuah...ini hadiah buat Hubby." Meisya berbicara dengan berbisik lalu mencium bibir suaminya sebentar dan perbuatannya membuat mood suaminya kembali membaik.

Meisya berjalan ke arah dapur dan setelah sampai dia menyapa ibu mertuanya.

"Hai bunda maaf Mei baru datang boleh Mei bantu memasak." Bunda menoleh dan tersenyum lalu dia mengangguk.

"Bunda mengerti sayang pasti suamimu yang menahannya kan. Baiklah kamu boleh membantu bunda, tapi tetap hati-hati dan bantu memotong saja ya biar tidak terlalu lelah ingat nak kamu lagi hamil muda." Ucap bunda pada menantunya.

"Iya terima kasih bunda dan Mei akan berhati-hati." Kata Mei dengan patuh.

"Sayang apa ada sesuatu atau makanan yang ingin kamu makan?" Tanya bunda.

"Kalau untuk sekarang belum ada bunda, entah nanti Mei juga tidak tahu. Namun yang pasti Mei hanya ingin selalu berada dekat selalu dengan mas Daffa, bunda." jawab Meisya dengan menunduk.

"Tidak usah malu nak itu wajar sebagian wanita hamil mengalaminya, tapi yang pasti kalau kamu menginginkan sesuatu dan Daffa tidak bisa mengabulkannya, kamu beri tahu bunda saja bunda akan kabulkan."

"Iya bunda terima kasih, Mei akan ingat itu. Bunda semua sudah Mei potong dan kupas lalu apa lagi yang harus Mei lakukan?"

"Selanjutnya biarkan bunda yang melakukannya, kamu cukup memperhatikan bunda saja."

kemudian Meisya dan bunda Felicia menyelesaikan memasak mereka sampai tiga puluh menit.

"Sayang semua masakan sudah selesai dimasak dan sudah rapi juga di atas meja, sekarang kamu panggilkan ayah dan suami kamu." kata bunda Felicia.

Lalu Meisya belangkah ke arah Daffa dan ayah mertuanya untuk mengajaknya makan siang bersama."Ayah, Hubby ayo kita makan siang dulu."

"Ayo ayah, makan siang sudah siap." Ayah mengangguk dan berjalan ke arah meja makan, sedangkan Daffa berjalan sambil menggandeng istrinya.

"Nah semua sudah pada datang, ayo kita makan siang dulu. Bunda juga membuat berbagai macam masakan untuk semuanya terutama untuk kamu sayang, kamu harus banyak makan sayuran."

Bunda Felicia menatap mata Meisya, sedangkan Meisya langsung tersenyum dan mengangguk..

"Iya bunda...Mei akan makan sayur yang banyak."

"Bunda, Meisya tidak suka makan sayur kalau nanti dia muntah bagaimana?" tanya Daffa yang mulai khawatir.

"Apa benar yang dikatakan sama suamimu kalau kamu akan muntah jika makan sayur?" tanya bunda Felicia yang khawatir pada menantunya.

"Iya bunda memang kalau Meisya makan sayur suka mual dan kalau tetap dipaksa langsung muntah. Bagaimana bunda Meisya harus ngapain? sebelumnya tidak seperti ini." ucap Meisya yang mulai sedih.

"Jangan sedih sayang nanti kita akan konsultasi dengan Dokter kandungan, sekarang kita makan dulu apa yang kamu bisa saja." ucap bunda Felicia sambil mengusap rambut menantunya dan Meisya mengangguk kemudian mereka makan dengan tenang.

Setelah makan Daffa, Meisya, ayah dan bunda duduk santai di taman belakang villa. Meisya berkata pada bunda Felicia."Bunda nanti menginap di sinikan, Meisya masih kangen lho sama bunda."

"Iya sayang bunda menginap di sini, bunda juga sangat merindukan menantu kesayangan bunda ini." ucap bunda Felicia memeluk menantunya.

"Bunda belum menjawab lho pertanyaan Daffa, dari mana bunda tahu kalau Daffa dan Meisya ada di sini?" tanya Daffa yang masih penasaran.

"Kamu ini Daffa selama pertanyaan yang kamu tanyakan belum bunda jawab kamu terus saja bertanya. Baiklah, bunda dapat informasi dari orang-orang kepercayaan bunda yang mengawasi kegiatan kamu 24 jam. Satu hal yang mau bunda tanyakan padamu, apa benar kalau kamu sudah menghamili seorang gadis?" kata bunda Felicia yang membuat Daffa pucat pasi.