"Mas Daffa ... Mama, apa yang telah kalian berdua lakukan? Kenapa Mas tega berselingkuh dengan Mamaku sendiri? Dan Mama kenapa harus suamiku yang Mama rayu?" tanya Meisya yang melihat suami dan ibunya telah berpelukan di dalam kantornya.
"Sayang, kau salah paham ini tidak seperti yang kau bayangkan Mas hanya sedang menolong Mama yang hampir terjatuh saja tadi," bela Daffa yang segera melepaskan pelukannya dengan ibu Marlina yang duduk dengan ketika melihat istrinya masuk secara tiba-tiba ke dalam ruangannya.
"Owh ya, kalau aku tidak mengenal Mamaku dengan baik mungkin aku akan percaya semua yang Mas Daffa ucapkan, tetapi aku mengenal Mamaku jauh sebelum kita bertemu, dan menikah jadi, jangan coba-coba untuk berbohong, apalagi mengelabuiku lagi, sekarang cepat katakan apa yang kau lakukan?" teriak Meisya dengan lantang.
"Maafkan Mama, Nak memang kami berdua adalah sepasang kekasih yang saling membutuhkan, dan mencintai sampai sekarang," jelas ibu Marlina.
"Kurang ajar kalian berdua, kalau begitu ceraikan aku sekarang juga Mas Daffa, aku tidak mau memiliki seorang suami yang sudah menjalin hubungan dengan ibuku sendiri," bentak Meisya yang sudah sangat emosi.
"Sayang tunggu dulu jangan pergi dengarkan penjelasanku sampai selesai, dan jangan percaya dengan semua yang Mamamu katakan," cegah Daffa, dia memeluk istrinya dengan sangat erat agar tidak bisa kabur meninggalkannya.
"Lepaskan aku brengsek ... aku menyesal telah menikah denganmu, kalau aku tahu kau itu mantan pacar ibuku maka aku tidak akan pernah mau menerimamu, sialan ...."
"Makanya Mama melarangmu dari awal sayang, karena kekasih yang kau cintai, dan akan kau nikahi itu mantan pacar Mama, apalagi Mama masih sangat mencintainya, dan tidak bisa hidup tanpannya, sebab selain Papamu, Daffa lah lelaki yang Mama cintai sampai sekarang, ayo Mama bantu mengurus perceraianmu dengan suamimu karena kami akan segera menikah," ungkap ibu Marlina yang membuat Daffa tambah murka.
"Kalian semua pecundang aku sudah tidak sanggup berada lebih lama lagi di ruangan ini," potong Meisya sambil melempar rantang yang berisi makanan di hadapan suami, dan mamanya ketika sang suami mau bicara.
"Sayang tunggu jangan pergi," cegah Daffa, tapi terlambat karena sang istri sudah keluar dari kantor suaminya.
"Biarkan saja beb jangan disusul nanti juga kalau sudah lelah dia akan pulang sendiri ke rumah," ucap ibu Marlina dengan wajah tanpa dosanya.
"Cukup Marlina, kau sudah keterlaluan sudah berapa kali aku bilang padamu untuk keluar dari kantorku? Tetapi kau masih saja tidak mendengarnya, bahkan dengan tidak tahu malu kau rusak rumah tangga putrimu sendiri, apa yang kau inginkan? Bukankah hubungan kita sudah berakhir? Dan itu juga karena ulahmu sendiri lalu kenapa kau masih saja menggangguku?" bentak Daffa yang pergi meninggalkan ruangannya.
"Daffa, kau mau kemana Beb? Jangan tinggalkan aku," ucap ibu Marlina yang terus berteriak memanggil Daffa, tapi Daffa tidak peduli karena dia hanya berusaha mengejar istrinya yang sudah tidak ada lagi. Semua karyawan lagi-lagi dibuat bingung karena tadi istrinya bos mereka yang ke luar sambil menangis, tapi sekarang bosnya yang panik ke luar mengejar namun, mereka hanya acuh saja, dan melanjutkan pekerjaannya dari pada kena pecat.
"Aaaaagh, dasar perempuan sialan kenapa dulu aku sampai setuju menjalin hubungan dengan wanita seperti dia? Gara-gara dia istriku pergi," teriak Daffa dengan sangat marah atas kelakuan ibu mertuanya itu, lalu dia masuk ke mobil, dan kembali ke mansionya karena dia berharap sang istri ada di mansion.
"Pak apa istriku sudah pulang?" tanya Daffa pada pak satpam.
"Belum Tuan, Nyonya tadi bilang mau pergi ke perusahaan untuk makan siang bersama dengan Tuan," kata pak satpam pada tuannya.
"Ya sudah kalau Nyonya sudah pulang segera kabari saya pergi dulu," Daffa memutar mobilnya, dan melaju ke rumah ibu Marlina karena dia berharap sang istri pulang ke sana.
Tidak membutuhkan waktu yang lama Daffa sudah sampai di rumah orang tua Meisya, "Pak Diman, apa Meisya ada di dalam?" tanya Daffa pada supir yang biasa menjadi supir sang istri.
"Non Meisya tidak ke sini Tuan muda, apa Tuan muda mau masuk ke dalam?" ucap pak Diman yang hendak membukakan pintu pagar, tapi sudah dicegah oleh Daffa.
"Tidak usah Pak, saya mau langsung pulang saja kalau nanti istri saya ke sini tolong kabari saya ya Pak." ujar Daffa, tapi ketika Daffa mau masuk ke dalam mobil bertepatan juga dengan ibu Marlina yang baru pulang dari Perusahaannya, ibu Marlina ke luar mobil, dan langsung menghampiri Daffa, dia berjalan mendekat dengan berlenggak-lenggok agar Daffa tergoda padanya.
"Beb, kamu datang mengunjungiku, ayo masuk aku akan membuatkan makanan kesukaanmu," ajak ibu Marlina yang segera membuka pagar agar Daffa bisa masuk.
"Dasar perempuan gila, kenapa istriku bisa memiliki seorang ibu seperti dirimu? Gara-gara kau istriku pergi meninggalkan aku, kalau sampai terjadi sesuatu padanya maka aku tidak akan pernah memaafkanmu," ucap Daffa lalu dia pergi meninggalkan rumah itu.
"Aku berjanji akan merebutmu kembali, walaupun akan menyakiti putriku sekali pun," ucap ibu Marlina, lalu dia masuk ke dalam rumah dengan perasaan marah.
"Kasihan sekali Nona Meisya yang harus bersaing dengan ibu kandungnya sendiri, apalagi sepertinya Nyonya Marlina tidak mau mengalah sedikitpun memang cinta sudah menutup mata serta hatinya, sebab dia dengan rela menyakiti putri kandungnya sendiri, apa dunia sudah mau kiamat?" gumam pak Diman hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku nyonyanya.
"Aku harus mencarimu kemana lagi sayang? Tolong pulanglah dengarkan dulu penjelasanku, dan aku tidak bisa hidup tanpamu," urai Daffa yang terus menyusuri jalan mencari sang istri yang belum ketemu.
"Sebaiknya aku pulang dulu dan setelah sampai di rumah baru aku akan menelepon Roy," gumam Daffa, kemudian dia mengendarai mobilnya pulang ke rumah.
"Selamat malam Tuan, apa ada yang anda butuhkan?" tanya pembantunya setelah menyapa.
"Tidak ada Bi tolong tinggalkan aku sendiri," sahut Daffa.
"Baik Tuan, Bibi permisi dulu," pamit sang pembantu meninggalkan tuannya di ruang tamu yang kelihatan sangat berantakan sekali.
"Ada apa dengan Tuan Daffa? Padahal aku mau bilang kalau Nyonya sudah pulang, dan sekarang sedang istirahat di kamarnya, tapi sudahlah mungkin Tuan sedang ada masalah di kantornya makanya tidak langsung masuk kamar," gumam sang pembantu lagi lalu masuk ke dalam kamarnya.
"Aku mau mandi dulu saja seluruh tubuhku rasanya lengket sekali," lirih Daffa lalu dia masuk kamar, dan mandi setelah mandi kemudian Daffa duduk di sofa kamarnya.
"Sayang, pulanglah aku merindukanmu aku tidak tahu harus mencarimu kemana lagi tolong maafkan aku sayang, dan dengarkan penjelasanku dulu aku mohon, aaaaagh ... sayangku kamu di mana?" pekik Daffa, dia sangat sedih, dan takut sekali kehilangan istrinya Daffa sampai menangis, dan sangat frustasi karena istrinya masih belum ditemukan.
"Suara apa sih berisik sekali? Baru juga mau istirahat sudah ada gangguan lagi, ohh ... ternyata Mas Daffa. Kenapa mengagetkan aku? Apa Mas Daffa tidak bisa diam? Aku mau istirahat," bentak Meisya setelah melihat suaminya.
"Sayang, apa benar itu kau? Aku tidak bermimpi, kan!"