webnovel

8. Moses Kesal

"Tapi saya tidak nyaman, Tuan!" Gerutu Keren. Dia pun melangkah menjauh dari Moses dan memilih duduk di sebuah kursi kosong sambil menikmati beberapa cup cake.

Moses tidak peduli, dia tidak kehabisan akal. Moses pun mengikuti Keren dan duduk di sebelahnya.

Keren bukan main kesalnya. Namun dia tidak dapat berbuat apa-apa karena dia juga berpikir jika ini adalah ruang publik. Semua orang bebas melakukan apa pun.

Sementara, Bimo kehilangan momen untuk berbicara dengan Keren karena keberadaan Moses.

Bimo ingin berbicara berdua dengan Keren. Makanya saat dia melihat Teo keluar dari ruangan itu, Bimo ingin mengambil kesempatan untuk terakhir kalinya berbicara berdua dengan Keren.

Sekitar dua Minggu lagi, Bimo akan menikah dengan anak pemilik perusahaan tempat dirinya bekerja.

Bimo terpaksa menikahi Silvi karena dia diancam oleh CEO tempat dia bekerja.

Ternyata Silvi sudah lama naksir kepada Bimo.

Jadi saat dia tahu jika hubungan Keren dan Bimo hancur, dia pun mulai mendekati Bimo.

Dengan kekuasaan ayahnya, Silvi akhirnya mengancam Bimo jika dirinya tidak menikahinya. Maka dia akan di pecat.

Susahnya mencari pekerjaan zaman sekarang dengan persaingan yang semakin ketat, membuat Bimo mau tidak mau menerima rencana pernikahannya dengan Silvi.

"Ayolah, Nona. Tolong beritahukan kepada saya, nama Anda siapa?" Ternyata Moses tidak jera juga.

Bukannya menjawab, Keren malah berdiri dan mulai menjauh dari Moses.

"Sial! Cuek banget sih dia!" Kesal Moses.

Keren terus melangkah, namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat Bimo tinggal beberapa meter lagi dengannya.

Bimo ingin menyapa Keren namun Moses muncul lebih dulu.

"Nona, kenapa Anda meninggalkan saya?" Kesalnya.

Bimo yang melihat Moses langsung menyapanya,

"Selamat siang, Tuan Moses."

"Ah siang." Ujarnya singkat.

Lalu dia melirik ke kiri dan ke kanan mencari di mana Keren berada. Namun tidak menemukan apa-apa.

"Anda, mencari siapa, Tuan?" Tanya Bimo.

"Oh, tidak ada." Serunya seperti orang dungu, karena kehilangan jejak Keren.

"Oh ya, Pak Bimo meeting kita diundur menjadi tiga hari lagi, bukan?"

"Iya, Tuan."

"Oh, baiklah. Saya permisi dulu." Ujarnya lagi.

"Tuan Moses kenapa ya? Kok seperti orang yang kebingungan?" Tanyanya dalam hati.

Ternyata Keren bersembunyi di balik tirai jendela. Setelah mengetahui jika Moses sudah pergi dan tidak ada lagi di dalam ruangan itu, Keren segera keluar dari tempat persembunyiannya.

Keren hampir saja terjatuh. Namun untungnya, Bimo dengan sigap menangkap tubuh Keren.

"Bimo ..." Lirihnya.

"Kamu nggak apa-apa, Keren?" Serunya khawatir.

"Aku nggak apa-apa kok." Ujarnya. Lalu dengan cepat menjauh dari tubuh Bimo dan kembali berdiri tegak.

"Kamu apa kabar?" Tanya Keren.

"Aku baik-baik saja. Suamimu kemana? Bukankah tadi kamu bersamanya?" Tanya Bimo.

"Teo ada meeting mendadak dengan koleganya. Makanya dia pulang duluan." Jawab Keren.

Sementara Gultom telah mengabadikan foto-foto Keren bersama Bimo. Lalu mengirimkannya kepada Teo.

Teo : "Woi! Untuk apa Lo mengirim ke gue foto-foto nggak jelas ini?"

Gultom : "Foto nggak jelas bagaimana sih, Bos? Bukankah di foto itu sudah jelas ada Nona Keren dan sang mantan kekasih."

Teo : "Emangnya gue pikirin? Yang gue tugaskan ke Lo, mendekati Tuan Moses! Bukan malah sibuk dengan Bimo Si pecundang itu! Awas saja jika tugas dari gue tidak tuntas Lo kerjakan!

Gultom : " Maaf, Tuan. Baik segera akan saya lakukan."

Setelah membalas pesan dari Teo. Gultom meninggalkan keduanya dan mulai mencari keberadaan Moses.

Sementara Bimo tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia lalu berkata,

"Keren, apakah kamu ada waktu?"

"Kenapa, Bim?" Lirihnya.

"A-ku ingin berbicara hal penting denganmu."

"Memangnya harus sekarang, Bim?"

"Iya, Keren. Ini sesuatu yang sangat penting. Aku takut kita tidak ada waktu untuk bertemu lagi." Tuturnya sedih.

Keren yang dari tadi menahan rasa sakit di dadanya. Saat ini matanya mulai berkaca-kaca. Dia sudah tidak dapat membendung rasa rindu yang sudah menggunung.

Disaat Bimo mulai merentangkan kedua tangannya, dengan cepat Keren masuk ke dalam pelukannya dan menangis disana.

Keduanya saat ini berada di parkiran basemen gedung itu.

"Bim, aku sangat merindukanmu.

Aku ... aku masih belum bisa melupakan dirimu." Sedihnya sambil menangis.

"Aku tahu, Keren. Aku tahu kamu masih mencintaiku. Seperti juga aku yang masih sangat mencintaimu. Tapi takdir tidak menghendaki kita untuk bersatu." Bimo juga ikut merasakan kesedihan hati Keren.

Bimo mencium kening Keren lama. Melepas rasa kerinduan yang juga dia rasakan.

Setelah Keren sudah mulai tenang. Bimo lalu angkat bicara.

"Keren, ada yang ingin aku katakan kepadamu."

"Kamu mau mengatakan apa, Bim? Apakah sesuatu yang penting itu?"

Bimo terdiam sejenak, menatap wajah kekasihnya yang terlihat sendu itu.

"Keren, Minggu depan aku akan menikah." Lirihnya sedih.

"Ka-mu, me ... menikah?"

"I ... iya, Keren."

"Ta-pi, kamu menikah dengan siapa, Bim?"

"Dengan Silvi. Anak CEO tempat aku bekerja. Aku terpaksa menikahinya, karena jika tidak, aku akan dipecat. Namaku akan di black list sehingga setiap perusahaan tidak akan menerimaku sebagai karyawan mereka." Tuturnya panjang lebar.

Keren tahu siapa Silvi. Dari dulu dia sangat menyukai Bimo. Keren tidak menyangka jika Silvi mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Bimo mengeluarkan selembar undangan kepada Keren.

"Datanglah, jika kamu ada waktu. Mungkin undangan resmi untuk Teo juga akan di kirim kepadanya."

Keren menerima undangan itu dengan hati hancur. Sepertinya memang tidak ada celah untuk mereka bisa bersatu.

Sepasang kekasih yang masih saling mencinta itu, saling menatap saat ini.

"Jadi Bim, semua harus benar-benar berakhir?"

"I-ya, Keren. Semua harus kita akhiri. Demi kebaikan bersama. Demi masa depan kita berdua." Bimo mengatakan itu dengan mata berkaca-kaca.

Keren dapat melihat bagaimana kesedian Bimo saat ini.

"Biarlah rasa cintaku kepadamu, akan ku bawa sampai mati!" Ujar Bimo tegas.

"Bim ..." Lirihnya sedih.

"Keren, bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?"

Keren mengagguk. Lalu dengan cepat Bimo kembali meraih tubuh Keren ke dalam pelukannya.

Keduanya menangis meratapi nasib cinta mereka yang tak berujung.

Tanpa keduanya sadari. Ada seseorang yang bersembunyi di balik mobil dan mengabadikan semuanya melalui rekaman video dan beberapa foto.

Moses terlihat cemberut di sebuah bangku taman yang berada di sekitar mall yang baru di buka itu.

Bagas, sang asisten terlihat berdiri di dekat moses dan menunggu sang tuan yang sedang galau itu.

"Tuan Muda, satu jam lagi, Anda akan menghadiri meeting penting. Seharusnya saat ini kita bergegas menuju lokasi meeting itu." Seru Bagas.

"Apa Lo bilang? Jadi gue harus melupakan gadis itu lagi? Tidak ada yang lebih penting dari dirinya saat ini!" Seri Moses marah kepada Bagas yang terlalu memaksanya.