webnovel

Stockholm Syndrome I

Stockholm syndrome is a condition in which hostages develop a psychological alliance with their captors during captivity. Rose adalah seorang Vice President dan juga adik tiri dari Jennie Clark seoarang CEO di perusahaan keluarga mereka, Rose sangat terobsesi dengan mantan kekasih kakak tirinya Jisoo Kim. [Volume I] [Update setiap hari Minggu]

kidd17 · 作品衍生
分數不夠
18 Chs

Day 14

Jisoo langsung meregangkan otot-ototnya yang kaku "u-udah bangun?" Jisoo langsung mengurut keningnya lalu menghembuskan napasnya kasar, "udah" Jisoo langsung duduk lalu melihat kesekelilingnya lalu menghembuskan napasnya, "kita... tidur di sofa?" Rose langsung duduk di samping Jisoo lalu memberikan susu vanila.

"Makasih" Jisoo lansgung meminum susunya, "Jis?" Jisoo hanya berdehem, "Dalgom udah kasih kamu makan?" Rose mengangguk lalu ia menunjuk ke litter box. "Kamu punya ikan? Mana Joohwangie?" Rose hanya menghembuskan napasnya, "Joohwangie udah mati setahun yang lalu" Rose menyandarkan kepalanya di pundak Jisoo.

"Aku turut berduka" Jisoo merangkul pinggang Rose, "mau ke sini ya? Mina sama ibu kamu?" Jisoo mengangguk, "kita belanja yuk" Rose menatap Jisoo, "umm.." Rose memeluk Jisoo manja, "nanti boleh?" Jisoo mengangguk, "yaudah nanti" Jisoo langsung menyetel Netflixnya lalu menatap Rose, "kamu gak ke kantor hari ini?" Rose mengangguk, "aku ke kantor, ada rapat" Jisoo mengangguk, "aku boleh kerja kan?" Rose mengangguk.

"E-emangnya kamu mau kerja apaan, Jis?" Jisoo langsung menggaruk rambutnya yang tidak gatal "online, aku mungkin jadi freelancer pemograman aja, atau.. aku buat app atau buat game" Rose mengangguk, "apa kamu gak mau buat sesuatu yang beguna?" Jisoo mengangguk, "mau sih, cuman ya gitu, aku bingung harus gimana, lagipula modalnya juga gede" Rose mengangguk, "Jisoo.." Jisoo langsung mematikan tvnya lalu menghembuskan napasnya.

"Pintu jangan di kunci, kalo kamu keluar" Rose hanya berdehem, Jisoo langsung menggenggam tangan Rose erat lalu melihat bekas luka yang berada di lengannya, tiba-tiba Jisoo merasakan pusing yang amat sangat. "Lo gapapa?" Jisoo mengangguk, "efek hang over" Rose mengangguk. Jisoo menghembuskan napasnya kasar lalu menatap Rose, "maafin aku yang kemaren.. aku cuman.." Rose mengangguk.

"Gapapa kok, udah saatnya lo tau" Jisoo mengangguk, "yaudah.. gih sono mandi, gue masak sarapan" Jisoo langsung berdiri lalu mengisi air di mangkok untuk Dalgom minum, Rose hanya diam sambil menatap punggung Jisoo lalu ia menggelengkan kepalanya. Suara aneh di kepalanya membisik seakan Rose ingin memiliki Jisoo untuk selamanya. "Rose?? Rose? Rose Clark?" Rose langsung kembali ke alam nyata lalu mengedipkan matanya.

"Lo lagi sakit?" Rose menggeleng, "aku.. pulangnya agak telat, kamu gak usah masak makan malem" Jisoo mengangguk. "Nanti kita makan di Burger King, aku.. nanti hubungin tempatnya" Jisoo mengangguk, "gak kamu jemput aja?" Rose menatap Jisoo bingung. "Um..?" Jisoo menggaruk rambutnya "ya.. maksud aku, biar sekalian" entah apa yang Jisoo rasakan saat ini. Ia bingung sendiri mengapa Rose mengatakan agar ia yang menemuinya, bukan Rose yang menjemputnya, "o-oke kalo itu mau kamu, nanti aku jemput" Jisoo mengangguk.

.

.

.

.

.

.

Jisoo langsung duduk di depan komputernya lalu mengecek uang yang ada di rekeningnya, "lah, kok balik lagi!?" Jisoo langsung merefresh ulang akun PayPalnya lalu menatapnya bingung, "kok aneh??' Jisoo mengusap dagunya, "apa... gue belanjain aja kali ya?" Jisoo menatap ke seluruh ruangan dan CCTV masih terpasang di setiap sudut ruangan tersebut. "Ntah tu bule Aussie, pikirannya apa coba" Jisoo langsung mengusap lengannya karena ia merinding jika membayangkan dirinya di jadikan korban pembunuhan, "duh.. ngapain coba gue mikir yang aneh-aneh" Jisoo langsung menghembuskan napasnya kasar.

Jisoo langsung menggaruk rambutnya lalu menyandarkan punggungnya ke kursi gaming miliknya, "gue beli apa?" Jisoo langsung mengambil hapenya laliu melihat pesan, dan ia segera berjalan menuju CCTV yang berada di sudut ruang tamu dan menunjukkan pesannya ke kamera, lalu ia mengirimkan pesan kepada Rose lalu ia berjalan menuju ke komputernya lalu menghembuskan napasnya kasar.

"Napa gue jadi kepikiran gini ya?" Jisoo langsung mengacak-acak rambutnya, lalu menghembuskan napasnya "gue mau beli apaan ini??" Jisoo langsung mencari-cari di search enginennya dan ia mendegar Dalgom menggonggong, "bark.. bark.. bark.." Jisoo langsung berdiri lalu menatap Dalgom yang meghampirinya lalu duduk, "bark" Jisoo menggaruk rambutnya. "Besok aja ya, Dalgomie sayang" Jisoo menggendong Dalgom dan Dalgom diam di gendongan tangannya.

Jisoo langsung menghampiri pintu lalu membuka dan ia langsung mengerutkan keningnya, "kok ke buka?" Jisoo langsung menggaruk rambutnya, "apa Rose lupa ngunci?" Jisoo langsung menutup pintunya kembali, "oh, iya.. gue lupa. Gue yang minta pintunya gak di kunci" Jisoo langsung mengambil tali pengaman Dalgom, "Kok ngerasa aneh gini sih!?" Jisoo langsung menghembuskan napasnya lalu meletakkan kembali tali pengamannya. "Gak, mending sama Rose aja" Jisoo duduk di kursi komputernya lalu membuka YouTube.

"Wihh..." Jisoo langsung mencari tutorial membuat meja, Jisoo menscrolling dan menghembuskan napasnya, "main game aja kali ya? Gue udah dua minggu gak main" Jisoo langsung mengeclose browsernya lalu mengeklik shortcut game Fortnite. Ia langsung mendapat balasan chat dari Rose lalu tersenyum. "Kerjain dikit..." Jisoo langsung melihat layarnya lalu menatap avatar milik Rose online, dan ia langsung meletakkan hapenya dan memakai headphone gamingnya. "Testing-testing..." Jisoo tertawa kecil lalu mereka bermain game bersama.

.

.

.

.

.

.

Kini mereka berada di salah satu kedai yang tidak seberapa jauh dari apartemen mereka di K-Town, "kamu... Korea-American juga?" Rose menggeleng, "sebenernya sih.. Aussie- Korean" Jisoo mengangguk, "kamu pesen apa?" Jisoo langsung memberikan potongan daging yang di masak oleh Rose, "ada... yang salah?" Rose mengangguk. "Kamu tau anak dari perusahaan TY Group? Chou Tzuyu?" Jisoo mengangguk, "dia ngejar-ngejar aku" Jisoo menatap Rose lalu mengunyah makanannya pelan-pelan, "apa.. aku harus takut?" Jisoo menggeleng.

"Gak kok, aku gak takut sama sekali" Jisoo langsung memakan daging miliknya lalu Rose menyandarkan punggungnya di kursi, "kamu kenapa?" Jisoo menunjuk dirinya sendiri, "aku?" Rose mengangguk, "kamu kaya teralihkan" Jisoo mengangguk, "aku..." Jisoo langsung meletakkan sumpitnya lalu meminum air putihnya, "aku tadi udah daftar Fiverr dan.. mulai besok aku kerja" Rose mengangguk.

"Kalo aku boleh tau.. kenapa kamu tadi gak jadi keluar?" Jisoo menatap Rose bingung, "aku?" Rose menggeleng, "Dalgom yang aku tanya" Jisoo langsung tertawa kecil, "seirius ih..." Jisoo mengangguk, "oke.. oke aku serius" Jisoo langsung menghembuskan napasnya, "kalo aku.. bilang takut apa kamu percaya?" Rose menatap Jisoo bingung. "Kalo gitu, kenapa kamu gak telpon aku aja?" Jisoo menggeleng.

"Aku.. keknya yang harus berguru tentang pembelaan diri sama kamu" Rose tertawa kecil lalu mengambil dagingnya, "kalo boleh sih, katanya kamu pinter karate kan ya?" Rose mengangguk, "iya, tapi.. aku ada meeting sama TY Group, maaf ya?" Jisoo mengangguk, "oke.. maybe next time?" Rose tertawa kecil lalu mengangguk, "hari Minggu jadwal aku kosong" Jisoo mengangguk. "Oh.. iya, aku tadi bikinin kamu ini" Jisoo langsung mengambil sebuah kotak lalu ia memberikannya kepada Rose.

"Jangan di buka, sebelum... akhir bulan" Rose mengerutkan keningnya bingung, "kenapa?" Jisoo menghembuskan napasnya, "rahasia" Rose mengangguk. Rose langsung memasukkan kotak tersbut kedalam handbagnya lalu mengangguk. "Aku mau ke luar sebentar.. mau nerima telpon" Jisoo mengangguk.

Bonus Scene...

Rose keluar dengan hape yang di bawanya lalu berjalan menuju sebuah gang kecil di samping kedai tersebut, "ROSE TOLONG!! BANTUIN GUE, ITU..." Rose lansgung meninju hidungnya hingga orang tersebut tidak sadarkan diri lalu Ryujin mengecek denyut nadi orang tersebut. "Dia mati" Rose langsung menatap Ryujin lalu mengerutkan keningnya. "Maksudhnya?" Ryujin melihat kesekelilingnya lalu menghembuskan napasnya lega.

Rose yang marah langsung mendorong Ryujin, "lo utang budi sama gue" Rose langsung kembali ke dalam kedai tersebut lansgung menghembuskan napasnya kasar, "shit!" Ryujin menendang tong sampah lalu menelpon bantuan.

TBC