Lauren menuruni anak tangga dengan lesu. Ia mengucek pelan matanya yang masih tertutup. Ia berjalan ke arah dapur dan menuangkan air putih pada gelas yang sudah ia ambil.
Dengan perlahan ia meneguk habis air itu. Tapi ia menyeritkan dahinya saat ruang dapur itu sangat sepi.
Ia mengalihkan pandangannya ke arah kulkas dan mendapati sebuah surat yang di tempel. Dengan segera ia mengambolnya dan membaca surat itu.
To: Lauren dan Allan sayang
Maaf ya sayang, mama sama papa harus pergi sepagi ini karena papa ada meeting di luar negeri. Jadi mama ngikut papa, kalian jaga kesehatan ya.
Mama sama papa gak lama kok, paling cuman satu minggu doang kok. Lauren jangan tidur malem malem dan buat Allan jangan bolos sekolah!
Yaudah, mama udah bikin sarapan buat kalian. Dimakan ya sayang! Happy Sunday anak anak mama.
From: Mama dan Papa
Lauren mendengus kesal setelah selesai membaca surat yang di tulis oleh Iris. Ia meremas surat itu dan membuangnya ke tempat sampah.
"Mama sama papa mana Lau?" Tanya Allan pada Lauren.
"Pergi! Ada kerjaan" jawab Lauren seadanya.
"Terus kita sarapan pake apa dong?!" Keluh Allan mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan.
"Sebelum mama pergi tadi ,mama udah masakin kita sarapan" jelas Lauren membuka tudung saji itu dan mengambil makanannya.
"Dek hari Minggu mau kemana?" Tanya Allan di sela makannya.
"Lauren di rumah aja kak. Kak Allan gimana?" Tanya balik Lauren.
"Sama sih di rumah, tapi nanti siang temen temen kakak ke rumah. Kamu ikutan ya main bareng kakak sama temen temen?" Ujar Allan yang di hadiahkan gelengan oleh Lauren.
"Lauren di kamar aja deh" tolak Lauren.
"Loh kenapa? Seru tau"
"Lauren malu kak! Itu kan temen temen kak Allan semua masa Lauren tau tau ikut gabung!" Kesal Lauren.
Mendengar penuturan dari Lauren, Allan pun berdecak pelan.
"Temen temen kak Allan baik kok. Kamu pasti seneng main bareng mereka! Ayolah dek," bujuk Allan yang membuat Lauren menghela nafasnya pelan dan mengangguk.
"Tapi cuman sebentar" peringat Lauren yang diangguki oleh Allan dengan semangat.
"Lauren bikin apa ya kak buat temen temen kak Allan?" Tanya Lauren sembari membawa piring miliknya dan Allan ke tempat cucian piring.
Allan menggeleng pelan, "Gak usah! Mereka kalo kerumah bawa cemilan banyak. Jadi Lauren gak usah bikin apa apa"
Mendengar hal itu pun Lauren mendelik kesal di tengah acara mencuci piringnya.
"Masa tuan rumah gak bikinin sesuatu sih kak!"
"Bukan gitu dek, lagian kalo mereka kesini juga gak tau diri. Bikin rumah kita jadi kayak kapal peca! Jadi sebagai gantinya mereka kalo mau main ya harus bawa banyak cemilan sama minuman" jelas Allan yang membuat Lauren menggeleng pelan.
"Yaudah Lauren ke atas ya kak" pamit Lauren mencuci tangannya dan berlalu dari dapur.
Lauren menaiki anak tangga dan memasuki kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Cukup lama Lauren berbaring di atas ranjangnya dan kini tak terasa sudah menjelang siang hari.
Lauren turun dari ranjangnya dan beralih membuka lemari bajunya. Ia mengambil kaos putih lebar dan hot pans miliknya.
Ia memasuki kamar mandi dan mengganti pakaiannya. Hanya membutuhkan waktu sebentar, kini ia sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut yang sudah di cepol.
Lauren berjalan ke depan cermin san sesekali tersenyum puas. Tapi ia menyeritkan dahinya saat seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Dek ini kak Allan" ujar Allan dari luar.
Dengan segera Lauren berlari kecil ke arah pintu dan mmebuka pintu kamar itu. Ia menatap sang kakak dengan wajah heran.
"Kenapa kak?" Tanya Lauren.
"Ayo kebawah" ajak Allan.
"Ngapain?"
"Kamu udah janji sama kakak loh kalo mau gabung main sama temen temen kakak" ujar Allan mengingatkan janji Lauren tadi.
Mendengar hal itu Lauren membulatkan matanya dan sedikit melihat ke bawah. Ia menggigit bibirnya saat melihat banyak sekali teman teman Allan.
"Temen kakak udah dateng?" Tanys Lauren yang diangguki oleh Allan.
"Kakak kenapa gak bilang sih kalo temen kakak banyak banget?!" Kesal Lauren.
"Kamu gak nanya sama kak Allan" acuh Allan.
"Ayo lah" lanjut Allan menggandeng tangan Lauren.
Tapi dengan cepat Lauren menepis pelan tangan Allan.
"Lauren malu kak" cicit Lauren yang membuat Allan mendengus.
"Temen kak Allan baik kok! Ayo lah, kamu kan udaj janji sama kakak" keluh Allan yang membuat Lauren menghela dan mengangguk.
Melihat hal itu dengan cepat Allan menarik tangan Lauren untuk turun ke bawah. Ia kembali menghentikan langkahnya saat sudah di depan teman temannya yang membuat Lauren menabrak punggung Allan.
Lauren memegangi dahinya yang merah akibat benturan dari punggung sang kakak. Ia sedikit menepuk punggung Allan dengan kesal.
"Sakit kak" gumam Lauren.
Allan terkekeh pelan, "Maaf kakak kelepasan"
"Eh kenalin ini adek gue Lauren" ujar Allan menarik Lauren ke sampingnya.
"Lau ini temen temen kakak" ujar Allan lagi.
Dengan senyum tipis Lauren mendongak untuk melihat teman teman Allan. Tapi kemudian senyumnya luntur seketika saat melihat cowok yang berada paling belakang menatapnya datar.
Ia mengalihkan pandangannya menghindari tatapan datar dari cowok itu.
"Lauren" ujar Lauren dengan wajah datar.
"Neng Lauren kok cuek ya kalo di rumah?!" Goda Alex dengan kedipan matanya.
"Ada pawangnya kali Lex" ujar Leo.
"Lan ajak adek lo duduk kali" ujar Sean dengan cemilannya.
Allan menatap Lauren yang masih setia berdiri di depannya.
"Dek ayo duduk" ajak Allan yang membuat Lauren menggeleng.
"Lauren mau ke kamar aja" ujar Lauren hendak melangkah pergi sebelum tangannya di cekal oleh Allan.
"Kenapa sih? Kan kamu udah janji sama kakak" gumam Allan dengan kesal.
"Disini panas kak" balas Lauren sembari melirik ke arah cowok itu.
"Lo nyindir gue?" Tanya cowok itu dengan nada dingin.
"Oh kak Daren ngerasa ya?" Ujar Lauren pura pura tak tahu.
Mendengar hal itu Daren memiringkan senyumnya.
"Lo dendam?" Tanya Daren yang membuat Lauren kesal.
"Kalo iya kenapa?!" Tantang Lauren yang membuat Daren berdiri dan berjalab mendekat pada Lauren.
"Ren udah lah! Dia cuman lagi kesel aja" ujar Saga yang membuat Lauren mendelik.
"Aku emang benci sama kak Daren! Mau itu kesel ataupun enggak!" Tegas Lauren.
Mendengar hal itu Daren bersedekap dada dan memiringkan kepalanya.
"Lo yakin benci sama gue?" Tanya Daren.
"Banget" hardik Lauren.
Daren terkekeh pelan dan mendekatkan wajahnya pada wajah Lauren.
"Jangan terlalu benci, karena benci awal dari cinta" bisik Daren dengan senyum liciknya.
Memdengar bisikan Daren pun dengan cepat Lauren mendorong kuat Daren hingga Daren sedikit terjungkal.
Daren menatap Lauren datar dan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
"Gak punya sopan santun?" Tanya Daren.
"Kak Daren yang gak punya sopan santun. Dateng ke rumah aku terus ngacak ngacak rumah!" Bentak tertahan dari Lauren.
Daren terkekeh pelan dan melangkah mendekat pada Lauren.
"Gue gak punya waktu buat debat sama lo" bisik Daren yang membuat Lauren mengepalkan tangannya.
"Btw lo seksi pake baju itu" bisik Daren dengan suara rendah.
Lauren yang mendengarnya pun membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang di katakan oleh Daren.
Daren yang melihat reaksi Lauren pun terkekeh dan menatap ke arah teman temannya.
"Ayo pulang! Gue ada urusan" ujar Daren.
"Lan gue balik dulu" pamit Daren sembari bersalaman khas mereka.
"Hati hati Ren! Sorry adek gue bikin lo kesel" sesal Allan yang di hadiahkan gelengan oleh Daren.
"Santai"
Daren dan keenam temannya berjalan keluar daei rumah Allan dan Lauren. Saat di rasa sudah pergi, Allan menatap Lauren kesal.
"Kamu kenapa sih dek?!" Tanya Allan dengan kesal.
"Dia itu nyebelin kak" jawab Lauren.
"Nyebelin apanya?"
Lauren menatap Allan kesal, "Kak Daren sering ngerjain Lauren kak"
Memdengar hal itu Allan terdiam. Ia mendekat pada Lauren dan mengusak pelan surai Lauren.
"Maaf kak Allan gak tau kamu sering di kerjain sama Daren" sesal Allan.
"Gak papa kak"
"Nanti Kak Allan omongin deh sama Daren" ujar Allan yang di hadiahkan gelengan oleh Lauren.
"Gak usah kak! Ini urusan Lauren sama kak Daren. Kak Allan gak usah ngapa ngapain" ujar Lauren yang membuat Allan menghela dan mengangguk.
"Yaudah Lauren ke kamar ya kak" pamit Lauren dan berlari ke arah kamarnya.