Daren menuruni anak tangga dengan tas punggungnya. Melangkah ke arah dapur dengan permen lolipop di mulutnya, tersenyum kecil menatap sang mama yang tengah fokus berkutat pada masakannya.
Ia mendekat dan mencium pipi sang mama sekilas yang membuat sang mama terkejut lalu menatap ke arah Daren dengan senyum kecil.
"Pagi sayang" sapa Shinta yang di balas oleh Daren.
"Pagi pagi sarapan dulu jangan makan permen terus Ren" peringat Shinta yang malah membuat Daren terkekeh pelan.
"Iya mama Daren yang bawel" goda Daren yang membuat Shinta ikut terkekeh dan memilih untuk melanjutkan aktivitasnya.
Sedangkan Daren sibuk dengan permen lolipopnya dan mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan.
Saat sedang fokus menatap sang mama, ia di kejutkan dengan teriakan seseorang di sampingnya.
"KAK DAREN" teriak cewek itu yang membuat Daren terperanjat dan menatap cewek itu dengan kesal.
"Ambar bisa gak jangan ngangetin kakak pagi pagi?" Kesal Daren pada Ambar adiknya.
Mendengar hal itu Ambar tertawa pelan dan iku duduk di samping sang kakak yang disusul oleh Edgar.
"Ini makanannya udah siap" ujar Shinta dengan semangat.
Ia meletakkan semua makanan di atas meja yang di bantu oleh Ambar.
"Permennya buang Ren! Masih pagi udah makan permen, bolong gigi kamu" ledek Edgar yang membuat Daren menatap sang ayah dengan kesal.
Dengan cepat ia melempar permen lolipop itu ke tempat sampah yang tak jauh darinya.
Keempatnya makan dalam diam. Hanya suara dentingan antara sendok dengan piring hingga Edgar membuka suaranya.
"Gimana masalah kamu Ren?" Tanya Edgar yang membuat Daren menghentikan makannya dan menatap ke arah sang ayah aneh.
"Masalah?" Tanya balik Daren.
Edgar mengangguk, "Udah minta maaf sama cewek yang kamu sakitin itu?"
Memdengar hal itu Shinta lantas menatap sang anak dengan tatapan khawatir, "Kamu nyakitin cewek Ren?"
Daren mengangguk pelan yang malah membuat Shinta menghela nafasnya pelan, ia menatap Daren dengan khawatir.
"Tapi udah minta maaf sama cewek itu?" Tanya sang mama yang diangguki oleh Daren.
"Mama mau ketemu dia besok! Anter dia kesini pas kalian pulang sekolah" ujar sang mama yang membuat Daren membelalakkan matanya.
"Tapi ma---" ucapan Daren terputus karena ppnselnya yang tiba tiba berdering.
Ia mengangkat telfon dari Sean, entah membicarakan hal apa yang pasti kini wajah Daren sangat datar. Tangannya menggenggam ponsel dengan kuat, menahan amarahnya yang bisa saja meledak saat ini juga.
"Tunggu gue" ujar Daren mengakhiri telfonnya.
Dengan cepat ia berdiri dari duduknya dan meraih tas punggungnya. Mendrkati sang mama dan papanya, mencium punggung tangan keduanya dan mengusak singkat surai sang adik.
"Ma aku berangkat" pamit Daren berlari keluar dari rumah dan menaiki motornya dengan kecepatan tinggi.
Membelah jalanan dengan semua emosi yang masih memuncak pada dirinya. Hanya membutuhkan beberapa menit untuk dia sampai di area parkiran sekolah, dengan cepat ia menuruni motornya dan berlari kedalam area lapangan sekolah.
Mengepalkan tangannya saat mendapati banyak siswa siswi yang berkerumun di tengah lapangan sekolah. Dengan cepat ia menerobos ke dalam kerumunan itu dan benar saja yang di katakan oleh Sean tadi.
Ia berjalan ke arah keempat cewek itu, menarik tangan Lauren untuk berdiri di belakangnya dan menatap ketiga cewek lainnya dengan tatapan tajam.
"Tindakan lo terlalu kekanak kanakan Angel" ledek Daren pada Angel yang tengah terdiam karena syok dengan kedatangan Daren.
"Kenapa? Kaget gue disini? Lo berharap gue gak dateng dan lo bisa seenaknya bully cewek gue?" Tanya Daren dengan nada dinginnya.
"Lo harus tau dua hal, gue gak suka sama cewek yang taunya cuman bully cewek lain dan gue juga juga gak suka cewek yang terlalu terobsesi buat dapetin cowok yang dia suka" lanjut Daren yang makin memojokkan Angel.
"Tapi gue cuman mau dapet perhatian lo Ren! Gak boleh juga?" Kesal Angel yang membuat Daren terkekeh pelan.
"Lo sadar ngomong gini ke gue? Di depan cewek gue dan siswa siswi disini? Gak tau malu" umpat Daren yang membuat Angel mengepalkan tangannya.
"Gue gak peduli. Selama gue gak bisa dapet perhatian lo, semua cewek juga gak bisa dapet perhatian dari lo" balas Angel dengan nada gertakannya.
"Termasuk cewek gue?" Tanya Daren.
"Adek kelas gak tau diri itu juga gak bisa bahkan gak boleh dapet perhatian dari lo. Cuman gue yang bisa" bentak Angel.
"Akhirnya sifat asli lo keluar ya! Terlalu terobsesi ternyata bikin otak lo berhenti bekerja.... "ujar Daren menggantungkan kalimatnya.
Ia menarik tangan Lauren untuk berdiri di sampingnya, merangkul Lauren agar lebih dekat padanya. Ia melirik ke arah Lauren sekilas sebelum kembali menatap Angel dengan dingin.
".... DAN GUE PERINGATIN SAMA LO BAHKAN SAMA SEMUA ORANG JANGAN PERNAH SENTUH LAUREN SEUJUNG RAMBUT PUN. KARENA KALO GUE TAU ADA YANG NYAKITIN CEWEK GUE, ABIS LO SEMUA" teriak Daren sembari menatap ke segala arah dengan tatapan dingin.
Ia menarik tangan Lauren keluar dari kerumunan itu yang langsung diikuti oleh keenam temannya dan Freya, Bella, serta Nayra.
Ia menarik Lauren memasuki area kantin dan mendudukkan tubuh Lauren di kursi kantin yang cukup untuk mereka semua.
"Kak" panggil Nayra sembari menyodorkan dua botol air minum pada Daren yang langsung di terima oleh sang empu.
Daren menatap Lauren yang masih menunduk dan menyodorkan botol air minum itu pada Lauren yang membuat Lauren mendongak menatapnya.
"Gak haus?" Tanya Daren yang membuat Lauren menghela dan memilih untuk mengambil alih botol air minum itu dari tangan Daren.
Meminumnya secara perlahan, mengatur nafasnya yang masih sedikit tersenggal senggal.
"Lo gak papa Lau?" Tanya Bella dengan nada khawatir.
Mendengar hal itu Lauren menatap ke arah Bella dan mengangguk pelan seraya tersenyum tipis.
"Gue gak papa kok" balas Lauren.
"Beneran Lau? Lo pucet gitu loh" tambah Freya yang di hadiahkan gelengan oleh Lauren.
"Gue gak papa Freya, jangan lebay deh" kesal Lauren sembari terkekeh pelan.
"Jangan sok kuat! Kita semua sahabat lo" ujar Saga yang membuat Lauren menghela.
"Udah lah kak jangan di bahas dulu, Lauren pasti masih syok" ujar Nayra yang diangguki pelan oleh Saga.
"Lo diapain sama dia?" Tanya Daren yang membuat Lauren menatapnya.
"Enggak! Dia cuman ngomong doang" gumam Lauren.
"Ngibul lo Lau, orang tadi lo di bully abis abisan! Kalo bukan cewek udah gue bikin babak belur itu anak" kesal Alvin dengan wajah yang terkesan imut.
"Masih kecil belom boleh berantem" peringat Alex dengam kekehannya.
"Minum susu dulu adek Alvin" ledek Leo yang membuat Alvin menginjak kakinya keras.
Lauren hanya menggeleng pelan dan kembali menatap Daren yang tengah menatapnya datar.
"Lauren" panggil Daren yang membuat Lauren mengangguk pelan.
"Kenapa kak?"
"Kalo digituin lagi bilang gue ya"