webnovel

Soulless Heart

Rain Silverheart, seorang pemuda Half-Human, Half-Elf, terpaksa kembali menghadapi masa lalu yang kejam, mengulang semuanya kembali dari awal demi menyelamatkan semua orang, terlebih separuh jiwanya 'Caitlin Charlotte'. Jalan yang dia pilih tidaklah mudah, bagai neraka hidup, terus menyiksa dia dengan berbagai rasa sakit. Namun, demi keselamatan mereka, dia rela melalukan semua itu, bahkan mengulang lagi dan lagi demi meraih impian yang ia cita-citakan. Seorang pemuda yang berniat menukar nyawa sendiri demi keselamatan tiap orang, melawan takdir dan meratakan sebuah benua. Hanya dapat terselamatkan dengan sebuah artefak kuno, Soulless Heart yang memiliki bayaran besar. Apakah artefak tersebut akan menyelamatkannya atau justru membuat hidup bagai ruang hampa tanpa perasaan? Dan mampukah dia menguak misteri kemunculan para Ravagers? Apakah dia akan dapat bertahan dengan seluruh kejadian mengerikan yang terjadi di sekitarnya? Satu-satunya jalan hanyalah terus melangkah maju..

Jayzentz · 奇幻
分數不夠
13 Chs

Chapter 12

Langit telah bersemu oranye di barat, arena sudah meriah oleh bendera-bendera berlambang masing-masing kerajaan, berkibar oleh terpaan angin. Banyak kereta-kereta kuda dari berbagai kerajaan memenuhi jalan utama bersama pasukan kecil sebagai pengawalan. Tiap orang sibuk mempersiapkan diri untuk menyambut tamu-tamu terhormat, toko-toko diberi hiasan menarik disertai hidangan terbaik, siap menjamu para tamu. Ibukota kerajaan yang telah padat itu menjadi lebih padat lagi karena turnamen yang diadakan, belum termasuk rombongan dari kerajaan yang berada jauh dari Indenar. Mekipun menggunakan gerbang teleportasi, tetap akan memakan sedikit waktu bagi mereka untuk tiba dari perbatasan.

Namun, alasan sebenarnya mereka lama adalah karena menikmati pemandangan megah dari dinding kerajaan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Berapa kalipun mereka sudah melihatnya, sekaligus mempersiapkan diri untuk melihat sosok perebut hati ksatria Charlotte. Mereka sudah mendengar ciri-cirinya dari gosip yang beredar, tetapi tetap ingin melihat dengan mata kepala sendiri.

Dan sosok tersebut, kini berada di atas balkoni istana, mengawasi tamu-tamu kerajaan yang sedang memasuki gerbang, turun dari kereta kuda dengan elegan bersama keluarga atau pasangan. Beberapa terlihat sendiri, namun tak mengurangi keanggunan mereka, justru menambah kesan misterius yang membuat mereka makin menarik. Tetapi, pikiran Rain tak sedang

bersama mereka, melainkan di tempat jauh, berkelana tanpa tujuan, memikirkan hal-hal yang akan terjadi selama ekspedisi.

Charlotte masuk dalam ruangan, menutup pintu dengan pelan dan berjalan mendekatinya dengan senyuman kelelahan tampak di wajah. Ia sudah menghadapi para tamu semenjak pagi, membalas komentar dengan anggukan serta senyuman formal, hanya sedikit mengeluarkan kata-kata pada orang-orang yang lebih penting, namun tak pernah lebih dari dua kalimat pendek.

Ia berdiri di samping Rain, merebahkan kepala ke pundaknya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Rain mengeluarkan cahaya keemasan dari telapak kanan, meletakkannya di atas kepala Char yang langsung mendesah lega. Senyum lelah itu terganti menjadi senyum lembut dengan hati mulai berdebar cepat, juga terasa hangat sehingga menciptakan suasana nyaman.

"Beristirahatlah, kau sudah melayani tamu-tamu dari pagi. Hebat juga" Puji Rain.

"Kau meragukanku?" Tanya Char yang lebih terdengar seperti sebuah bisikan halus.

Rain mendengus geli, lalu menggeleng "Tak pernah sekalipun. Lagipula, siapa yang berani meremehkan dirimu? Sosok ksatria dingin dari Indenar?"

Char terkikik pelan, menghela napas panjang dan makin mendekatkan diri. Rain menyadari gadis itu tak lagi kuat untuk berdiri, tetapi masih tetap ingin bertahan hanya untuk menemaninya. Dengan cepat, Rain mengangkat dia bak tuan putri, menggendongnya ke tempat tidur tanpa memedulikan keterkejutan Char yang tampak begitu malu hingga tak dapat mengeluarkan kata-kata, hanya terdiam di sana, dalam dekapan hangat Rain yang merupakan sebuah ironi karena nama Rain sendiri berarti hujan, namun laki-laki tersebut justru terasa sehangat dan senyaman sinar mentari pagi.

Diturunkannya Char dengan lembut, ditariknya selimut menutupi tubuh Char lalu mengecup pelan keningnya yang begitu harum oleh beberapa helai rambut indah jatuh menutupi kening "Aku akan pergi ke arena, kau beristirahatlah di sini. Akan kukatakan pada Sang Raja kalau dirimu tak bisa datang. Tak perlu khawatir, oke?" Ucapnya pada Char yang akan bangkit bangun dengan wajah khawatir. Rain menunjukkan senyum manis sebelum akhirnya pergi keluar, meninggalkan Char yang terbungkus dalam selimut milik Rain, sehingga menghirupnya dalam-dalam lalu meringkuk di dalamnya, merasa seakan-akan Rain juga sedang berada di sini, mendekapnya erat, bukannya dalam perjalanan menuju arena.

Namun, Char tak bisa tak menyaksikan pertarungan Rain. Ia mengeluarkan Crystal, mengetik beberapa pesan lalu menunggu.

Rain mengendap-endap keluar, tak ingin bertemu dengan para tamu kerajaan. Terdengar bunyi berisik dari percakapan orang-orang di ruang dansa, tempat akan diadakannya pesta kecil sebelum mereka pergi menonton turnamen. Rain melirik lorong panjang tersebut, melihat pangeran Ethan keluar dari dalam ruangan dan bergegas menemuinya. Ia menepuk pundak Sang pangeran yang justru membuatnya terkejut setengah mati "Mengapa kau seterkejut itu?" Tanya Rain tak mengerti.

"Jika hidupmu adalah sebagai seorang pangeran, percayalah, kewaspadaan nomor satu dan tak seenak yang kau kira" Jawabnya ketus, merapikan seragam resmi yang terdiri dari warna putih dan cokelat tua "Yang harusnya bertanya adalah diriku, mengapa kau mengendap-endap seperti seorang pembunuh kelas teri?"

"Pembunuh kelas teri yang berhasil membuatmu menjerit seperti seorang gadis lebih tepatnya" Balas Rain sembari tersenyum menahan geli mengingat jeritan Ethan yang begitu laki "Tampaknya kita bersama-sama menghindari sesuatu. Aku sudah pasti dari para tamu kerajaan, sedangkan dirimu.. Aku tak bisa menemukan jawabannya"

Pangeran Ethan melirik ke arah pintu ganda yang kemudian terbuka. Wajah dia seketika terlihat panik dan buru-buru kabur sambil menarik tangan Rain tanpa sadar. Terdengar suara seorang perempuan memanggilnya saat mereka telah mencapai ujung koridor, bergegas menuju taman istana yang kemungkinan kosong, mengingat betapa berisiknya aula dansa.

Di sana, mereka mengambil napas dengan terengah-engah, lalu kembali tenang. Rain menaikkan sebelah alis dan pangeran Ethan menghela napas kasar "Tunanganku. Satu-satunya alasan diriku kabur seperti anak kecil yang tertangkap basah mencuri makanan. Dia khawatir aku ikut turnamen karena tertarik pada Charlotte, padahal tidak"

"Apakah itu membenarkan dirimu yang kabur darinya?"

"Kau ingin menggantikanku menghadapi beribu pertanyaan tiada akhir?" Tanyanya balik dengan sikap menantang.

Rain menggeleng, lalu berjalan ke belakang, di mana kereta-kereta kuda berada, menunggu tuan mereka datang dengan arah tujuan baru "Ayo pergi, turnamen akan dimulai. Kita gunakan kereta kudamu" Tukasnya.

Pangeran Ethan tampak tersinggung dengan sikap Rain yang terlihat seperti sedang memerintah dirinya "Mengapa kau tak terbang saja? Kau memiliki Wind Element. Lebih cepat bagimu untuk mencapai ibukota dibanding harus menggunakan kereta kuda" Protes Sang pangeran, namun tak menghentikan langkah Rain.

"Lalu melewati dinding tebal setinggi 150 meter? Kalau ingin terbawa angin ke ujung benua, silahkan saja. Hanya orang-orang di tingkat Black dan Golden Black yang mampu melakukannya" Lanjut Rain, membuat pangeran Ethan mengangguk-angguk mengerti meski enggan mengakuinya.

Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk mencapai ibukota dengan jalur khusus bangsawan. Namun, kereta sengaja diperlambat begitu mendekati dinding untuk menambah efek dramatis serta menunggu pangeran Ethan yang tampak berbinar-binar menatapnya. Rain memerhatikan dinding tersebut sejenak, menyunggingkan senyum ketika menemukan patung yang ia cari.

Mereka memasuki gerbang, terpesona oleh keramaian serta hiasan cantik, tak hanya pada jalan, namun juga bangunan, toko-toko bahkan gang-gang kecil yang tampak lebih hidup dibanding biasanya. Untuk beberapa alasan, turnamen ini dimulai pukul lima sore, sehingga langit makin oranye di sebelah barat, mengontraskan warna-warna indah dari lampu-lampu yang tergantung di atas jalan. Orang-orang tampak gembira, bersemangat menyambut turnamen yang telah mereka tunggu semenjak dua hari yang lalu. Dibandingkan acara-acara sebelumnya, ini adalah acara paling meriah yang pernah diadakan.

Sebenarnya, alasan turnamen ini begitu dinanti adalah karena Charlotte. Gadis itu memang terkenal akan kepemimpinannya dalam mengatur pasukan serta menyusun strategi sehingga menjadi wakil komandan termuda dalam sejarah. Juga karena kemurahan hatinya.

Tiap hasil yang ia dapatkan sesudah menyelesaikan misi, digunakannya untuk membantu anak-anak yatim piatu serta kedudukannya yang tinggi itu, ia manfaatkan untuk membantu orang-orang dalam kesulitan, bahkan hingga di kerajaan-kerajaan lain. Tiap kali ditanya mengapa ia melakukannya, Char hanya akan menjawab "Aku cuma mengikuti kata hati" Yang membuat dia makin disukai. Jadi, pada dasarnya, orang-orang ingin menilai, apakah sosok perebut hati ini pantas menjadi pendamping Char yang telah mendapatkan tempat khusus di hati mereka.

"Apa kau tidak takut terhadap reaksi orang-orang nantinya? Kau tahu Charlotte begitu dipuja bukan?" Tanya pangeran Ethan dalam perjalanan menuju bangunan arena yang menjulang tinggi dan tampak megah di depan.

"Jujur saja, rasa gugup tetaplah ada. Tetapi, apakah itu berarti aku harus mundur?" Rain tak perlu menjawabnya, jawaban tersebut sudah terlihat jelas "Akulah yang memulai semua ini, maka aku mesti mengambil tanggung jawab. Itulah gunanya seorang laki-laki, mengemban tanggung jawab serta berpikir dewasa dan rasional" Lanjutnya, memerhatikan kerumunan orang-orang di salah satu sisi kereta "Tetapi.. Ya, aku takut. Membayangkan tiap wajah bahagia ini berubah marah saja sudah membuatku bergidik ngeri" Katanya sembari memerhatikan kerumunan orang di kiri-kanan kereta "Hanya satu hal yang membuatku dapat terus melangkah maju. Semua ini.. Demi Char"

Pangeran Ethan menggeleng pelan sembari tersenyum. Dia mengerti betul perasaan Rain karena pernah mengalaminya sendiri. Beberapa tahun lalu, ketika masih memperjuangkan tunangannya. Terkadang, harus mengambil sebuah pilihan sulit untuk meraih sesuatu yang begitu diinginkan oleh hati.

Ethan dapat melihat tatapan miliknya sendiri di kedua mata Rain "Baiklah, aku takkan menanyakan keteguhan hatimu lagi. Tetapi, bukan berarti aku akan mundur dari pertarungan. Masalah kita belum selesai"

Rain menyeringai mendengarnya "Tentu saja. Aku tak pernah mengatakan akan membatalkan pertarungan denganmu bukan? Lagipula, aku ingin melihat kekuatanmu yang sesungguhnya. Aku yakin kau memiliki alasan menyembunyikan tingkat kekuatanmu itu. Namun, ketika menghadapiku, kuharap kau mengerahkan segalanya karena aku juga takkan mengalah meski diriku adalah Master Elementals"

Ethan terkejut "Kau ingin memperlihatkan kekuatanmu saat turnamen? Lalu bagaimana dengan rencanamu?" Tanyanya bingung.

"Aku hanya akan menggunakan empat elemen serta satu sihir lain yang belum pernah kuperlihatkan. Jadi, rencana masih tetap berjalan dengan sedikit perubahan. Ingat pangeran, aku mempercayaimu, jangan mengecewakanku atau sesuatu dipastikan terjadi padamu" Ancam Rain sembari menyunggingkan senyum manis.

"Kau berani mencelakai seorang pangeran?" Tantang Ethan dengan seringai puas di wajah angkuhnya.

Rain tertawa pelan, melihat ke luar jendela setelah mengatakan "Aku tak bilang diriku yang akan turun tangan bukan?"

Pangeran Ethan mengutuk diri telah menantang Rain terang-terangan. Dia melupakan fakta bahwa Rain adalah Master Elementals yang akan memiliki banyak pengaruh bahkan untuk meminta tolong pada seorang Golden Black, meratakan sebuah kerajaan yang adalah pekerjaan mudah, semudah membalikkan telapak tangan.

Ia menatap sosok Rain yang terlihat makin misterius. Banyak pertanyaan muncul dalam benaknya serta tebakan-tebakan mengenai siapa sebenarnya pemuda ini.