--playlist untuk chapter ini : Passing Trough dari Elias
Etter hanya merespon pertanyaan Elle dengan sebuah desahan panjang. Seakan beban yang amat berat jika ia mengatakan jawaban atas pertanyaan tersebut. Seakan Etter akan memberi Elle sebuah pil pahit bukan untuk obat melainkan hanya akan menambah luka.
Sebagai gantinya, Etter menatap lembut kepada Elle yang memandangnya penuh rasa kebingungan. Lalu Elle menggelengkan kepalanya sendiri karena kesal tidak mendapat jawaban apapun.
"Elle, anggap saja...peluru itu sebagai pengingat untuk dirimu sendiri tentang pria berjubah yang memburumu tanpa ampun. Sebagai pengingat untuk alasan kenapa kamu harus tetap hidup untuk memberi keadilan kepada pria berjubah itu." terang Etter setelah beberapa menit berlalu ia habiskan dengan menatap lekat pada Elle.
Bohong jika Etter tidak merasa kasihan kepada Elle.
Pada dasarnya, Etter memang tidak memiliki emosi kompleks seperti manusia biasa. Sekali pun itu adalah sebuah kebenaran akan dirinya, tetap saja rasa keadilan yang otomatis tertanam dalam jiwa Etter memberontak menyaksikan apa yang telah menimpa Elle.
"Begitu menurutmu?" suara Elle bergetar. Halus namun jelas kentara.
Lagi pula ingatan tentang bagaimana takutnya Elle ketika itu, saat dimana ia ditodong pistol oleh pria berjubah itu masih melekat jelas dalam ingatan Elle yang malang. Kemalangan yang memalangkan nasib hidupnya.
"Jika tidak, apa yang kamu harapkan? Balas dendam? Dengan dirimu yang sekarang adalah satu hal yang sangat mustahil. Terlebih lagi aku akan sangat melarang dirimu membalas dendam. Untuk alasan apapun. Kamu harus ingat akan lima sumpah yang kamu ucapkan beberapa saat lalu kan, jadi jangan sampai aku mengingatkannya lagi." balas Etter tegas.
"Tentu aku ingat. Pasal kelima dari sumpah yang aku ucapkan adalah tidak boleh membalas dendam. Jadi apa tugasku selanjutnya?" geram Elle kesal.
Semakin lama berbicara dengan Etter hanya semakin membuat Elle merasa kesal tanpa alasan. Mungkin karena Etter mengambil wujud mudanya. Mungkin dengan sesuatu yang lain yang mana tidak bisa Elle katakan dengan terbuka bahkan untuk dirinya sendiri.
Sangat disayangkan, ternyata Etter mengetahuinya.
Etter bukanlah makhluk yang bisa membaca pikiran. Akan tetapi, berdasarkan pengalamannya selama ribuan tahun menghadapi manusia yang bernasib malang seperti Elle, sedikit banyak Etter menjadi paham.
Bahwa ada rasa persanksian kepada Tuhan Semesta Alam. Tentang kenapa nasib atau bahkan takdir hidupnya begitu buruk dan penuh jalan terjal tidak seperti orang lain?
Karena hal itu, Etter mengangguk tertunduk kemudian tersenyum pada dirinya sendiri. Manusia memang aneh, menurutnya.
Dalam siklus penciptaan manusia sendiri, Tuhan yang Maha segala-galanya menciptakan manusia untuk mengisi kehidupan yang telah Tuhan sendiri ciptakan. Dengan bagaimana manusia-manusia itu akan menyembah-Nya penuh kesyukuran atau malah berbalik menentang adalah urusan lain.
Etter, entitas dari jagad semesta raya hanya bertindak sebagai pion untuk menjaga keseimbangan semesta alam yang Tuhan ciptakan tersebut. Tugas utama Etter yang paling utama dan alasan kenapa ia harus ada di dunia.
Sebagai pemahaman lain lagi, sebenarnya Etter bukanlah satu-satunya. Namun, Etter adalah satu-satu pion yang menanggung tugas berat ini. Sedangkan makhluk sekelas Etter dan sebangsanya tidak akan mampu berbuat apa-apa untuk menolong Elle.
Atau lebih tepat lagi, mereka tidak memiliki hak nyata untuk melolong Elle.
"Bagus. Tugas untukmu selanjutnya adalah mengambil Mutiara Hitam yang tersembunyi di Istana Utama Kekaisaran Galaksi Solar. Untuk bisa menjalankan tugasmu maka bukalah bungkusan tersebut." Perintah Etter sembari menunjuk sebuah bungkusan dibawah lukisan yang tadi dimuntahkan.
Pandangan mata Elle jatuh kepada bungkusan tersebut. Ada banyak pertanyaan dalam benak Elle. Namun, Elle terlalu takut untuk menyuarakannya. Ia lebih takut lagi untuk mendengar jawabannya. Kontradiksi yang aneh bukan?
"Dimana tepatnya benda itu, maksudku adalah mutiara hitam yang kamu maksud?" Elle tidak menjawab dan tidak bisa untuk tidak merasa penasaran.
Sejauh yang Elle ingat tentang nama Mutiara Hitam adalah sebuah legenda klasik jaman nenek moyang para pendiri Kekaisaran Galaksi Solar. Salah satu dari tujuh mutiara abadi nan sakti yang bisa mewujudkan keinginan pemiliknya.
Jika keberadaan Mutiara Hitam itu memangbenar adanya maka pasti akan tidak mudah untuk menemukan benda tersebut. Terlebih lagi, menurut petunjuk Etter bahwa benda itu ada di Istana Utama yang mana merupakan tempat tinggal Kaisar Galaksi Solar, Yang Mulia Paddu.
"Soal itu, adalah tugasmu untuk mencari tahu. Elle, cepat buka bungkusan itu. Kita tidak punya banyak waktu disini." Kata Etter lembut.
Selagi Elle diselimuti dengan berbagai pertanyaan seputar Mutiara Hitam, tangan-tangan Elle dengan sigap mengambil bungkusan yang Etter maksud lalu membukaya.
Hanya ada tiga lembar kain berbeda warna, kuning, violet, dan hitam.
Elle mendongak untuk menatap Etter, padangan bertanya ia tunjukkan pada makhluk ajaib tersebut yang ketenangannya melebihi kekokohan gunung es tertinggi di Galaksi Solar, Puncak Gunung Riddum.
"Kain apa ini?" tuntut Elle pada akhirnya menyuarakan isi pikiran setelah tidak mendapat jawaban yang ia tunggu dari Etter.
"Kain yang berwarna kuning bisa kamu pakai untuk menyamar apapun profesi yang ada di semesta jagad raya dan dimana pun kamu berada. Kain warna violet akan membantumu berteleportasi sejauh antar planet di tiga imperium kekaisaran dan yang terakhir kain berwarna hitam akan membantumu dalam perlindungan diri. Kain itu bisa melakukan semua gerakan perlindungan, pertahanan serta perlawanan ketika dirimu ada dalam bahaya." terang Etter.
Mendengar penjelasan Etter yang baginya sangat menakjubkan dan begitu luar biasa diluar nalar Elle, ia kembali merenung bahwa ternyada ada banyak hal yang tidak ia ketahui selama ini.
Ternyata ada eksistensi makhluk sejenis makhluk supranatural sekelas Etter yang mampu melakukan apa saja layaknya dewa. Atau mungkin Tuhan?
Tapi tunggu, beberapa saat lalu bahkan Etter sedikit banyak menyinggung soal Tuhan dan penciptaan alam semesta. Atau mungkin, Etter adalah kaki tangan Tuhan yang berbelas kasihan padanya kemudian datang menolong?
"Baik, aku mengerti. Hanya saja, untuk ukuran kain yang lebar tidak kurang dari dua meter ini akan sulit untuk membawanya kemana-mana bukan?" tanya Elle menyadari betapa tidak praktisnya tiga kain tersebut.
"Tenang saja. Itu adalah urusanku. Yang harus kamu lakukan hanyalah menyelimutkan ketiga kain itu pada dirimu." jawab Etter dengan tengan yang seperti biasa.
Sekali pun apa yang Etter jelaskan padanya terdengar seperti omong kosong, Elle tetap saja mengikuti instruksi Etter tersebut. Dan dengan beberapa gerakan praktis Elle menyelimuti dirinya sendiri dengan tiga lembar kain berbeda warna itu.
Ajaib.
Bahkan Elle dengan melihatnya secara langsung tidak bisa mendeskripsikan fenomena apa yang terjadi pada kain-kain yang menyelimuti dirinya kemudian berubah warna dan bentuk dengan sendirinya.
"Bagaimana mungkin..?" pekik Elle kembali diserang oleh keterkejutan.
...
-tbc-
Terima kasih telah membaca cerita ini. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?
Silahkan tinggalkan komen paragraf atau komen chapter atau saran dan kritik kamu. Jika berkenan bisa berikan power stone kamu untuk mendukung cerita ini menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih dan salam sayang.