webnovel

Konser (1)

編輯: Wave Literature

Sard tampak agak lambat dan matanya kusam. Namun, senyumnya masih sangat lembut dan baik. Dia tidak langsung menanggapi pertanyaan Orvarit dan Natasha, tetapi bercerita dengan kecepatannya sendiri.

"Beberapa bulan yang lalu, beberapa penjaga malam kami berhasil mengincar penyihir dari kongres, yang mana sangat jarang terjadi, karena kebanyakan dari mereka yang datang ke Aalto sebelumnya tidak pernah tinggal dalam waktu lama, apalagi mencoba menghubungi penyihir-penyihir yang bersembunyi di Aalto. Hal ini karena mereka punya tujuan yang sama yaitu untuk menemukan sisa-sisa kerajaan sihir kuno di Pegunungan Kegelapan."

"Yah ..." Orvarit mengusap dagunya dengan serius, "Mungkin mereka juga mencoba untuk memperkenalkan kongres pada lebih banyak penyihir di Alto, sehingga mereka mau bergabung ke dalamnya, dengan tujuan mengembangkan kongres. Sejauh yang aku tahu, ada sesuatu yang sedang dikerjakan oleh kongres selama lebih dari dua ratus tahun." Sebagai hamba yang beriman, grand duke pasti tahu lebih banyak tentang para penyihir di bandingkan kebanyakan orang.

Beberapa bangsawan yang duduk di belakang mereka sedang mendengarkan apa yang dibicarakan Sard, grand duke, dan sang putri. Wajah mereka terlihat aneh, seolah-olah mereka sedang berpikir sesuatu, tetapi mereka semua memutuskan untuk tetap diam.

"Anda benar, Yang Mulia." Sard sedikit menyesuaikan posisi duduknya dan melanjutkan, "Sayangnya, para penjaga malam kami gagal menangkap penyihir itu hidup-hidup, dan dia menghancurkan dirinya sendiri." Kemudian Sard melirik ksatria saint yang tinggi dan kuat yang sedang berdiri di sampingnya untuk melanjutkan sisa penjelasannya.

Hanya ksatria gereja yang bisa disebut ksatria saint.

Wajah ksatria itu sepenuhnya tertutupi dengan topeng pelindungnya, di mana suaranya yang tak jelas terdengar, "Kami berpikir bahwa penyihir yang menyebut dirinya 'profesor' itu datang ke sini karena alasan yang sama, dan mungkin juga untuk menyelidiki apa yang terjadi pada penyihir terakhir."

Natasha yang duduk dan bersandar di kursinya tampak cukup santai. Sekarang dia melihat ke arah lain dengan sedikit tersenyum, "Sepertinya kau tahu banyak soal apa yang dilakukan para penyihir di Aalto, ya?"

Natasha tidak bermaksud bersikap tidak sopan. Sebenarnya, keimanannya sudah diakui sendiri oleh Sard, dan gurunya adalah komandan utama Sword Brothers yang melayani gereja. Namun, selain ketika dia berdoa kepada God of Truth, Natasha selalu bersikap biasa saja terhadap hampir segala hal.

"Yang Mulia, gereja sudah melacak mereka selama bertahun-tahun, dan para penyihir tidak pernah bersembunyi dengan sempurna di hadapan gereja," ksatria itu menundukkan kepalanya, "begitu pula si 'Profesor'. Beberapa petunjuk menunjukkan bahwa dia mengikuti sistem sihir masa kini, dan itulah sebabnya kami berpendapat bahwa Profesor ini berasal dari kongres. Sepertinya dia tidak terlalu mempercayai para penyihir di Aalto. Dia sangat berhati-hati. Jadi meskipun kita menugaskan dua orang untuk memata-matai mereka, apa yang kita ketahui tentang Profesor masih agak terbatas. Karena itu gereja memutuskan untuk lebih berhati-hati soal ini."

Selama ratusan tahun di Aalto, beberapa penyihir yang mengkhianati kepercayaan mereka dan beralih untuk bekerja pada gereja bukanlah sesuatu yang baru. Karena mereka tahu bahwa kelompok-kelompok penyihir di Aalto sangatlah kecil kalau mau membuat masalah kepada mereka. Daripada menghancurkan mereka sekaligus, gereja memutuskan untuk membiarkan mereka di Aalto untuk bermain permainan yang panjang dengan Kongres Sihir.

"Yah … di titik ini, Professor yang misterius ini masih bukan masalah besar, sejauh yang aku tahu. Yang membuatku khawatir adalah Argent Horn. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya mereka rencanakan di Aalto." Orvarit memegang dagunya.

"Baiklah, Yang Mulia," sang kesatria sedikit membungkuk, "kami akan menugaskan penjaga malam junior untuk melacak kasus Professor, sementara pasukan utama gereja akan terus menyelidiki ajaran sesat."

"Kalian masih belum menemukan Rosan Aaron?" tanya Natasha sambil memutar-mutar rambut ungu panjangnya dengan jarinya.

"Belum. Kami masih berusaha sebaik mungkin," jawab ksatria saint.

Orkestra sudah siap.

Pada saat ini, seorang pria muda berambut ungu memasuki balkon. Wajahnya agak mirip dengan Natasha, tetapi dia lebih tinggi dari Natasha. Jasnya dihiasi dengan lambang keluarga Violet.

Pria muda itu mengangguk kepada para bangsawan di balkon sambil tersenyum. Kemudian dia berjalan menuju deretan kursi pertama di depan lalu memberi hormat pada grand duke dan kardinal dengan cara ksatria.

"Sepupuku sayang, kau terlambat." Natasha melambai padanya.

Pria muda ini adalah keponakan dari grand duke, seorang komandan utama penjaga kota Aalto, Count Verdi.

"Maaf." Dia duduk cukup dekat dari Natasha. "Aku baru saja mendapat kabar tentang Argent Horn, tetapi ternyata kabarnya tidak berguna. Lucien Evans ... Penulis 'Takdir'? Aku belum pernah mendengar nama ini sebelumnya."

Count Verdi, disaat yang sama, juga seorang yang cukup terkenal di bidang musik.

"Menarik ... Aku juga tidak tahu nama ini," kata grand duke. Mendengar komentar Verdi, Orvarit dan Sard melihat daftar musik.

"Nama simfoninya 'Takdir'. Aku yakin Lucien ini adalah seorang penulis musik yang berani dan kreatif." Sard menanggapi dengan ramah, "Aku tidak terlalu memiliki preferensi antara dua tren musik ini."

Natasha menyeringai. "Aku kebetulan tahu tentang Lucien ini. Kemarin, Baron Othello mendatangiku dan meminta izin untuk mengganti musik ketiga di daftar musik dengan simfoni baru. Inilah dia, dari siswa baru Victor, Lucien Evans, yang baru mulai belajar musik tiga bulan lalu."

"Tiga bulan yang lalu? Itu gila." Verdi sedikit mengerutkan keningnya. Karena selalu berusaha untuk sempurna, Verdi sangat keras pada dirinya sendiri. Mengetahui fakta bahwa ada seseorang yang bahkan lebih berbakat darinya jelas tidak menyenangkan.

"Yah ... sayangnya, orang ini cukup berbakat, bahkan lebih berbakat daripada kau. Meskipun kau mulai belajar musik pada usia delapan tahun dan sudah bisa menulis musik pada usia sembilan tahun. Tapi jangan khawatir, Verdi. Dia tidak bisa bersaing denganmu. Aku sudah pernah bertemu pria itu sebelumnya, dan dia tampak seperti wanita! Aku agak penasaran untuk melihat apa yang bisa dia lakukan."

"Yah, beberapa orang memang jenius, dan itu memang tidak adil bagi orang lain. Tetapi itu adalah kehendak Tuhan," komentar Sard.

Dari kata-kata itu, Natasha teringat tentang kisah Sard.

Sard bukan orang yang jenius. Sejak hari pertama dia memasuki Biara Aalto, dia tidak pernah bisa bersaing dengan orang-orang sebayanya yang pintar. Namun, pada akhirnya, Sard-lah yang menjadi Kardinal Saint, meskipun membutuhkan waktu lebih dari seratus tahun.

Jadi dia sering memberi tahu para pengikut di gereja, "Keyakinan kepada Tuhan tidak ada hubungannya dengan bakat."

"Yah, kita tunggu saja dan lihat." Orvarit tertawa, "Yang di katakan Natasha membuatku penasaran juga."

Pada saat ini, Victor berjalan di atas panggung dengan tongkat di tangannya.

Pertama, dia membungkuk ke arah balkon tempat grand duke berada dengan sikap serius, kemudian dia membungkuk kepada bangsawan dan musisi lainnya. Akhirnya, dia berbalik dan menunduk, menatap tongkat di tangannya.

Pertunjukan pun dimulai. Orvarit memejamkan mata dan tersenyum, "Yang ini adalah karya terbaik di antara karya-karya Victor sebelumnya. Sangat indah."

Semua orang berhenti berbicara dan mulai menghayati musiknya.

Lucien, Lott, dan Felicia saling menatap mata satu sama lain lalu tersenyum bersama di belakang panggung. Mereka tahu bahwa Victor sedang dalam kondisi yang sangat bagus. Pada saat ini, mereka telah benar-benar menjadi teman sekelas, kalau belum bisa disebut teman sungguhan.

Simfoni pertama berlangsung sekitar empat puluh menit, dan berjalan dengan sangat baik. Selama waktu istirahat, beberapa hadirin prihatin bahwa jika simfoni pertama sudah yang terbaik di antara karya Victor sebelumnya, sisanya mungkin tidak akan sebagus itu lagi.

Tetapi Victor membuktikan bahwa mereka salah. Bagian kedua dari simfoni sebenarnya jauh lebih baik. Yang satu ini terasa lincah, jelas, dan penuh dengan semangat, seperti angin musim panas yang sejuk, seperti ladang musim gugur. Di akhir, Orvarit bertepuk tangan cukup lama karena puas.

"Victor tidak pernah berhenti berkembang. Dia luar biasa," komentar grand duke.

"Itu benar. Tadi itu sangat menenangkan dan indah," balas Verdi, meskipun dalam benaknya, dia tidak begitu menghargai simfoni gaya desa semacam ini.

"Yah, tadi itu memang bagus, tapi kupikir Victor masih bisa melakukan yang lebih baik lagi. Aku tidak merasakan gairahnya di dalamnya. Masih ada ruang untuk perbaikan," kata Natasha.