webnovel

Apakah Ini Pertemuan Terakhir?

編輯: Wave Literature

Keesokan harinya, Shi Guang datang ke Pantai Lei seperti yang direncanakan, dan menunggu Lu Yanchen di pavilion barat. Ia berdiri dan meregangkan tubuhnya dengan bertolak pinggang, dan melihat ke sekeliling tempat itu. Karena hari itu bukan akhir minggu, dan matahari bersinar terik, tidak banyak orang yang mengunjungi pantai.

Melihat ke arah laut, Shi Guang merasa semangatnya tersegarkan. Ia lalu melihat beberapa speedboat mengapung di lautan dan tiba-tiba ide jahat terlintas di kepalanya. Ia penasaran bagaimana jadinya kalau ia menyeret Lu Yanchen untuk naik speedboat bersamanya. Tapi orang yang punya vertigo air kelihatan baik-baik saja ketika naik kapal dan kendaraan air lainnya.

Shi Guang memeriksa waktu—setengah jam telah berlalu. Kelihatannya Lu Yanchen tidak akan datang juga, dan benar-benar akan meminta penggantian pelatih.

Ia harusnya merasa senang. Lagipula, kalau ia tidak mengajar Lu Yanchen, keduanya tidak akan punya urusan satu sama lain. Itulah yang diinginkannya.

Tapi ia tahu, ia tidak seharusnya merasa seperti itu. Tidak setelah ia berhutang sesuatu yang besar padanya.

Lupakan saja! Kalau Lu Yanchen mau menggantinya, biarkan saja. Ia akan memikirkan cara membalas budi nantinya.

Namun Shi Guang tidak langsung pergi. Bahkan sekalipun besok ia tidak akan mengajarnya lagi, ia ingin tetap di sana sampai akhir jam pelajaran hari itu.

Cuaca tiba-tiba berubah, dan hujan pun turun, membuat banyak orang lari untuk berteduh di pavilion untuk sementara. Untungnya, hujan hanya berlangsung sebentar, tidak lebih dari beberapa menit.

Kerumunan di pavilion itu berangsur berkurang sementara Shi Guang duduk di sana dalam diam, menyusuri Weibo di ponselnya. Banyak orang yang menaruh perhatian pada akunnya karena ia telah mendapat banyak pengikut dalam waktu singkat. Unggahan dari akunnya juga mendapat puluhan ribu retweet.

Tapi insiden itu telah benar-benar selesai sekarang. Kebanyakan warganet hanya seperti ikan mas yang ingatannya hanya bertahan selama tujuh detik.

Tepat saat Shi Guang menutup Weibo-nya dan hendak berdiri, sebuah suara dari seorang wanita terdengar di telinganya, "Shi Guang?"

"Hmm?" Shi Guang dengan refleks menoleh. Ketika ia melihat orang yang berdiri di depannya, ia terkejut.

Wanita itu adalah Qiao Yuwei, sepupu dari Mo Jin, anak dari Bibinya. Kalau Shi Guang tidak salah ingat, ia terkenal di internet. Penampilannya mempesona, dengan kulit semulus batu giok. Tubuhnya tinggi dan langsing—cantik luar dan dalam.

Tapi kepribadiannya… tidak bisa dideskripsikan dalam satu kalimat.

Shi Guang tersenyum padanya, "Kebetulan sekali!"

"Temanku mengajakku ke sini untuk bermain di pantai. Kau sendirian?" ketika Qiao Yuwei bertanya, ia menoleh ke sekeliling—hanya ada tiga orang di pavilion itu.

"Tidak, aku sedang menunggu muridku datang," Shi Guang melihat pria di sebelah Qiao Yuwei. Meski penampilannya biasa saja, ia terlihat seperti orang kaya.

Karena Qiao Yuwei adalah selebriti internet, ia selalu dikelilingi anak-anak dari keluarga kaya yang mengejarnya.

Shi Guang tersenyum sopan pada anak itu dan menyapanya, "Halo!"

Tapi anak keluarga kaya ini benar-benar sombong. Ia menampakkan senyum miring yang terlihat palsu, dan bersikap pamer.

Puas dengan sikap pria itu pada Shi Guang, Qiao Yuwei menatap Shi Guang dan tersenyum, "Kau semakin cantik saja setelah setahun-dua tahun tidak bertemu, Shi Guang."

"Tak peduli seberapa cantiknya dia, tetap tidak bisa dibandingkan denganmu," anak kaya itu mengeluarkan senyum yang dianggapnya tampan seraya menarik Qiao Yuwei mendekat.

Shi Guang tidak tahan untuk tidak melihat langsung ke wajahnya.

'Tampan? Mengerikan, mungkin!'

Inilah yang bisa didapatkan dari kecantikan yang hanya sampai di kulit saja!

Qiao Yuwei berujar pada pria itu dengan genit, "Jangan bercanda!"

Ia lalu duduk di depan Shi Guang seakan ingin berbicara lama dengan Shi Guang. "Kudengar dari pamanku kalau kau di sini untuk sekolah di ibukota provinsi, dan kau membawa kakakmu juga? Bagaimana kabarnya? Sudah siuman? Jujur saja, kurasa dia tidak akan siuman seumur hidup. Kau harus mulai merencanakan untuk diri sendiri.

"Lagipula, apa gunanya siuman? Sudah menyebabkan orang tuamu meninggal dan membebanimu sebagai adik… dia itu kutukan! Kalau aku jadi dia, aku mungkin sudah akan bunuh diri dengan menabrakkan kepalaku ke tembok. Kalau begitu caranya, aku tidak akan siuman!"

Setelah Qiao Yuwei mengatakan hal itu, wajah Shi Guang menggelap.