webnovel

Apa yang Kau Takutkan? Ada Aku…

編輯: Wave Literature

Shi Guang membeku di tempat sepanjang pembicaraan itu berlangsung. Meski pendek, pembicaraan itu jelas berhubungan dengan Lu Yanchen.

Suara langkah kaki terdengar di telinganya—Zhang Shulin dan Bos Lei telah selesai bicara. Entah kenapa, jantung Shi Guang berdegup kencang, dan ia pun dengan cepat berbalik dan berjongkok di pojokan.

Detik dan menit pun berlalu.

Zhang Shulin sudah pergi.

Bos Lei telah menutup pintu ruangannya.

Akan tetapi Shi Guang masih berdiri di sana, di tempat yang sama.

Ia bertanya-tanya kenapa isu ini berjalan sangat lancar meskipun awalnya menyulitkan. Selama ini, ia berpikir semua itu berkat Zhang Shulin. Ternyata, Lu Yanchen membantunya dari balik layar!

Namun bahkan Zhang Shulin menjadi pelatihnya pun berkat Lu Yanchen juga.

'Kenapa dia membantuku?'

'Kita sudah putus, dan selama ini dia selalu bersikap dingin setiap kali bertemu. Ia juga memperlakukanku seperti orang asing. 'Kan, dia sendiri yang ingin menegaskan jarak, kenapa diam-diam malah membantuku?'

Saat itu, Shi Guang merasakan perasaan cemas yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Saat berjalan pulang, hatinya benar-benar kosong, sedangkan pikirannya masih berputar seperti piringan CD, memunculkan gambar demi gambar.

Saat semester terakhir tahun keduanya di SMA, seorang murid pindah ke sekolahnya. Anak itu terlihat seperti keranjingan serial 'Muda dan Berbahaya', dan bertingkah seperti preman; seorang siswa bermasalah yang sering bolos sekolah, bermain-main, dan hanya menggoda perempuan.

Shi Guang juga tidak paham, tapi entah kenapa, preman itu lalu tertarik padanya.

Setiap hari setelah kelas, anak itu menunggu di depan kelas Shi Guang dan bersandar di jendela, memperhatikannya sambil bersiul ke arahnya.

Shi Guang selalu mengabaikannya, berpikir bahwa mungkin ia akan mengubah targetnya setelah beberapa waktu. Karenanya, ia tidak menyinggung sama sekali soal anak itu kepada Lu Yanchen.

Akhirnya, datang suatu hari di mana anak itu menyudutkannya di toilet perempuan. Saat itu, Shi Guang sangat ketakutan hingga menangis. Untungnya, ada beberapa siswi lain di toilet itu, dan preman itu pun tidak berani melakukan hal aneh.

Setelah insiden itu, Kepala Sekolah memberikan peringatan pada anak itu. Namun Shi Guang jadi sangat ketakutan berkat kejadian itu, dan bahkan agak takut pergi ke sekolah, takut bahwa preman itu akan melakukan sesuatu padanya.

Ia selalu berpikir kalau Lu Yanchen tidak mengetahui apa-apa soal insiden itu.

Akhirnya, suatu hari preman itu menghampirinya dan bersujud tiga kali, serta meminta maaf tiga kali dengan wajah bengkak dan memar, dan meyakinkan Shi Guang kalau ia tidak akan mengganggunya lagi.

Kala itu, Shi Guang sangat bingung, dan tidak bicara selama beberapa saat. Anak itu berpikir bahwa Shi Guang diam karena tidak ingin memaafkannya, jadi ia nyaris menangis ketika berkata dengan menyedihkan, "Kakakmu sudah menghajarku sampai begini! Mana mungkin aku masih berbohong?"

'Kakak?'

Seluruh siswa di SMA tidak diperbolehkan berpacaran. Karenanya, Shi Guang memberitahu semua orang bahwa Lu Yanchen adalah kakak laki-lakinya.

Meskipun mereka tidak berencana bertemu hari itu, Shi Guang langsung berlari dan mencari Lu Yanchen begitu kelasnya selesai. Saat akhirnya menemukannya, ia memeluk Lu Yanchen dengan erat.

"Hari ini seseorang meminta maaf padaku!"

Lu Yanchen balas memeluk pinggangnya dan berkata dengan wajah muram dan suara yang dingin, "Kalau kau bertemu orang seperti itu lagi, kau harus memberitahuku."

"Aku takut."

"Apa yang kau takutkan? Ada aku."

Mata Shi Guang berair dan ia pun terisak. Semua ketakutan dan tekanan yang ia rasakan selama beberapa hari terakhir akhirnya terlepas saat ia menangis terisak, mengeluarkan seluruh emosi di dalam dirinya.

Lu Yanchen mengangkat tangan untuk menyeka air mata Shi Guang. "Kalau ada aku, kau tidak perlu takut apa-apa."

Shi Guang tersenyum di tengah tangisnya, dan memeluk Lu Yanchen dengan sangat erat, berharap tetap seperti itu hingga akhir waktu.

Setelah itu, ketika mengantar Shi Guang pulang, Lu Yanchen menekankan sekali lagi, "Apapun yang terjadi nanti, kau harus selalu ingat untuk memberitahuku. Jelas?"

Hati Shi Guang terasa sangat manis, seakan ia habis memakan madu.

Ia lalu mengerutkan bibir dan bertanya, "Apa kau selalu sebaik ini pada semua pacarmu?"