"Ayah kamu memang seorang tentara, sayang. Tentara yang tidak pernah takut dengan apapun, namun kalah dengan seorang wanita." Jawab Erlangga dengan kalimat ambigunya.
"Ya, dan wanita itulah yang memisahkan hubungan antara ayah dan anak, begitu juga suami dan istri." Jawab Gendhis sambil tersenyum mengejek.
"Heh, kamu paling bisa menaburkan garam di luka terbuka." Jawab Erlangga dengan nada pilu.
"Siapa suruh luka itu tidak segera diobati tapi malah sengaja dipamerkan untuk mengundang simpati." Ucap balik Gendhis.
"Aku tidak akan pernah bisa menang debat denganmu. Tapi, aku bisa menang di hal lain." Jawab Erlangga dengan sengaja menempelkan hidungnya ke hidung Gendhis yang dibalas ibu Abi itu dengan mata melebar kaget karena tiba-tiba wajah mereka tidak ada jarak sama sekali.
"Kamu!" Gendhis memundurkan wajahnya dan itu hampir saja membuatnya jatuh ke samping kalau tidak ditarik oleh Erlangga dengan sigapnya. "Aaahh."
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者