webnovel

Sex With You [21+] END

MaharaniAlexandra · 历史言情
分數不夠
17 Chs

Chapter 14

Seminggu telah berlalu dimana terakhir kalinya Morgan dan Monalisa bertemu, pertemuan yang membuat Morgan merasakan bahwa Monalisa bukan lah lagi wanitanya yang dulu, Monalisa telah menjadi sosok wanita yang benar-benar jauh berbeda. Ia bahkan bisa menggunakan senjata api seperti seorang pria.

Selama seminggu ini Morgan hanya tetap berada di mansionnya berharap agar Monalisa kembali lagi agar mereka bisa bertemu, namun sosok itu tak juga kunjung muncul. Luka tembak pada bahu Morgan pun telah pulih dengan baik, itu hanya luka kecil baginya yang pernah terkena peluru beracun mematikan.

*

21.30 malam..

Disebuah rumah besar dengan design eropa bercat putih yang begitu mewah, seorang pria berjas hitam pekat duduk santai sambil memangku satu kakinya dan memegang segelas wine mahal ditangannya yang penuh akan tato.

Mata pria tinggi dengan rambut pirang itu memperhatikan wanita yang ada didepannya, yang baru saja selesai mandi dan mengeringkan rambut indahnya yang masih basah.

"Bagaimana dengan bahumu?" Suaranya pun cukup berat dan tegas.

"Sudah pulih dengan baik." Jawab wanita yang masih mengenakan handuk putih meliliti tubuhnya dan sibuk mengeringkan rambutnya.

Wanita itu meletakan handuk kecil yang ia pakai, lalu mengambil sebatang rokok untuknya hisap. Saat tangannya ingin meraih korek api, pria yang ada didepannya sudah lebih dulu menyalakan korek api dan menjulurkannya pada wanita tersebut.

"Biar aku." Wanita cantik dengan kulit yang mulus itu sedikit menolak.

"Ssstt.. Tidak Monalisa, biar aku." Monalisa. Ya, wanita tersebut ia lah Monalisa. Monalisa tersenyum memicing dan langsung membakar ujung rokoknya dengan korek api yang dipegang oleh pria dihadapannya.

Wanita cantik itu mengangkat dan menaruh kedua kakinya diatas meja kaca yang menghalang jarak antara ia dan pria didepannya. Dengan lincahnya Monalisa bermain asap dengan bibirnya yang seksi dan membuat pria didepannya merasa terhibur.

"Tidak salah aku merebutmu dari si iblis itu." Cicit lelaki yang memiliki pupil mata grow tersebut, lalu meneguk sekali wine pada gelas kaca cantik yang ia pegang.

"Kau begitu menggoda dan sangat berani, tidak tahu sopan. Sungguh aku menyukainya." Lanjut lelaki tadi dan membuat Monalisa menarik ujung bibirnya sinis.

"Selama enam bulan ini kau sudah sangat mengajarkan ku banyak hal. Perubahanku benar-benar drastis, tidak ada lagi Monalisa lemah yang seenaknya di tindas oleh orang atau pria manapun."

Monalisa menjulurkan tangannya, lalu mengambil gelas berisi wine dari pria didepannya tanpa permisi.

Pria itu terkekeh. Dirinya begitu terpesona pada Monalisa yang berani dan tidak tahu sopan itu. Sejenak tak ada percakapan diantara Monalisa dan lelaki tampan yang dihadapannya. Monalisa asik menikmati rokoknya, dan pria itu yang tak henti-hentinya menatapi Monalisa dengan tatapan terpesonanya.

"Gabriel.." Monalisa memanggil nama lelaki itu yang ternyata namanya ia lah Gabriel.

Gabriel masih belum sadar, dan matanya masih saja terus memperhatikan Monalisa dengan amat intens.

"Bagaimana dengan rencana besok malam?" Barulah pria itu sadar karena pertanyaan yang Monalisa lontarkan. Pria itu, Gabriel, ia sedikit berdeham dan memperbaiki posisi duduknya, lalu menumpukan kedua tangannya.

Monalisa bergeleng-geleng kecil melihat tingkah Gabriel yang sangat nampak bahwa lelaki itu benar-benar sedang jatuh terpesona padanya.

"BEsok malam?" Gabriel mengumpulkan semua kesadarannya dan langsung memulai percakapan diantara mereka.

"Seperti yang sudah kita bahas, kau dandanlah secantik dan semempesona mungkin. Di gedung itu sudah ku siapkan tiga bom yang akan meledak setelah kau berhasil membuat mereka semua keracunan akan kecantikanmu."

Monalisa meneguk habis wine yang ada di gelas kaca tadi tanpa tersisa dan terus mendengarkan ucapan Gabriel, si pria berdarah perancis kaya raya yang masih belum puas akan kekayaan yang ia miliki dan sangat berambisi akan semua yang di miliki oleh Morgan, Richards Morgano yang mendapatkan julukan iblis RM tersebut.

"Lalu? Kau pikir pria iblis itu akan dengan mudahnya mati? Caramu amatlah pasaran." Tekan Monalisa membuat Gabriel terkekeh geli atas ucapan Monalisa barusan.

"Ssstt.. Dengarkanlah dulu sampai aku selesai, baru kau bisa berprotes sesuka hatimu." Monalisa memutar bola matanya jenuh dan bosan.

"Kau akan keluar dari dalam gedung itu 5 menit sebelum aku meledakannya. Dan jika itu gagal, selama semua orang berada didalam, di mobil pria iblis itu akan kita pasangi pula bom yang akan meledakannya sampai menjadi serpihan bangkai."

"Bagaimana jika itu masih tetap gagal?" Monalisa tahu bagaimana pria penuh kuasa bernama Morgan itu. Lelaki itu pantas disebut sebagai dewa maut yang dengan mudahnya menghindari kematian dan memberikan kematian pada orang lain.

Gabriel tersenyum dan mengunci kontak mata diantara mereka. "Kau yang akan membunuhnya dengan tanganmu sendiri. Aku tahu dia tidak akan melukaimu, karena kau sangat berharga baginya." Tutur Gabriel membuat Monalisa merasakan sesuatu didalam hatinya, sesuatu yang belum bisa dijelaskan.

Monalisa berdiri, wanita itu berdiri dan langsung melangkah cantik mendekati Gabriel yang sedang duduk bersandar pada sofa. Senyuman wanita itu sungguh berbeda dari dahulu, tak ada lagi senyum ceria yang menggambarkan kepribadiannya.

Hanya ada sebuah senyuman licik dan sadis pada bibir cantik Monalisa yang indah.

Tanpa Gabriel duga, didepan matanya Monalisa melepaskan handuk putih yang ia pakai dan membuat tubuhnya bertelanjang bulat dengan sempurna dihadapan Gabriel.

Bentuk tubuh yang begitu indah, lekukan pinggul yang membuat Gabriel tak tahan untuk mengelusnya benar-benar membuat pria mana pun akan menelan ludah mereka sendiri dengan susah.

Tak ada rasa malu pada diri wanita muda yang cantik itu, ia justru naik pada pangkuan Gabriel dan mendekatkan wajah mereka.

"Kau sedang menggodaku? Hm?" Begitu terdengar jelas pada telinga Monalisa nafas Gabriel yang sudah mulai berat menahan gairah panas yang ia rasakan.

Tak ada jawaban dari mulut Monalisa. Ia justru mengelusi kejantanan Gabriel yang sudah bangkit dengan sempurna dibawah sana dengan gerakan tangannya yang lembut. Gabriel memejamkan matanya tak sanggup menahan, sedangkan Monalisa hanya tersenyum memicing begitu menikmati pemandangan yang ia lihat saat ini.

"Bagaimana jika aku membuka resleting celanamu dan memasukan batang besar sialanmu ini kedalam milikku? Kau menginginkannya, bukan?" Tawaran yang sangat tak sanggup untuk pria manapun menolaknya.

Gabriel menatapi kedua mata Monalisa yang entah sejak kapan memiliki tatapan yang tajam. Di pegangnya dagu kecil wanita itu, dan bibir mereka pun bersentuhan. Bukan hanya sekedar sentuhan biasa, namun sebuah lumatan, jilatan, dan cecapan mereka berdua lakukan didalam ruangan yang kedap suara itu.

Monalisa merasakannya, ia merasakan sensasi yang biasa saja pada diri Gabriel saat mereka berciuman sekarang ini. Ini adalah ciuman pertama mereka setelah 6 bulan lamanya mereka bersama. Di saat matanya terpejam, bibir dan lidahnya sedang beradu bersama bibir juga lidah Gabriel, ingatannya hanya tertuju pada Morgan. Pria kejam yang telah membelinya seperti barang dan mengambil mahkota berharganya.

Pria yang mengajarinya cara bercinta dengan penuh gairah, pria penuh tekanan yang sudah menjamahi seluruh tubuhnya. Ia mengingatnya, mengingat seorang Richards Morgano yang akan dibunuhnya dengan tangannya sendiri besok malam.

Seketika Monalisa mendorong dada lebar Gabriel dan membuat aduan bibir mereka terputus. "Jadikan aku ratumu, dan aku akan menjadi milikmu seutuhnya." Monalisa berdiri dan jalan berlenggang tanpa sehelai benangpun ditubuhnya menuju kamar tidurnya.

Gabriel menghisap bibir bawahnya yang basah akibat ciuman panas tadi dengan mata yang terus memperhatikan tubuh seksi telanjang Monalisa yang sedang berjalan menjauh.

"Bunuh iblis RM itu, ambil semua harta kekayaannya, rebut lautan emas berliannya, ambil alih seluruh kekuasaanya, dan kau akan menjadi ratuku selamanya." Ujar Gabriel seorang diri dengan senyum memicing dibibirnya.

Gabriel, pria tampan berdarah perancis berambut pirang yang memiliki harta berlimpah, begitu tertarik pada Morgan yang amat dikenali seluruh umat dinegeri itu. Terkenal akan kekejamannya, kekuasaannya, dan julukan iblisnya yang sangat melekat didirnya.

Terlebih 10 tahun belakangan ini, nama seorang Richards Morgano sangatlah terkenal sampai kemana-mana, namanya begitu di agungkan dan tak ada yang berani menyebutnya dengan sembarang.

Sosok yang sangat dihormati dan ditakuti, itulah dirinya, seorang Richards Morgano yang memiliki aura gelap mematikan bagai jurang maut.

*

Haloo kesayangan² Maharani🤗🤗

Wahh ada peran tambahan ni, mau rebut Monalisa pula, ckck

Oh iya, lupa kah kalian pada Bruno?

Kok gk ada yang nanyain Bruno sih😂😂

Tunggu part berikutnya😉💗

Vote

Komen

Follow

Mwah

😘😘😘