"Aku tidak mungkin untuk diam saja dan tidak berjuang untuk mendapatkan hatinya kembali! Lihat saja nanti aku bisa mendapatkan dirimu kembali Brahma. Karena hanya kamulah yang tercipta untukku bukan untuk yang lain. " Alana menyeringai menatap bayangan di kaca kamarnya. Dia benar-benar akan melakukan segala cara untuk mendapatkan ambisi dan obsesinya demi mendapatkan hati lelaki yang telah dia cintai selama ini. Dia memang tipikal perempuan yang pantang menyerah bahkan ambisinya melampaui batas.
Alana mulai memoles wajahnya dengan bedak tipis dan menggunakan lipstik yang merah merona."Sempurna!"
Senyuman itu benar-benar terlihat dalam tatapan sengitnya. Alana akan melakukan segala cara demi mendapatkan apa yang telah dia inginkan karena semenjak kecil dia selalu mendapatkan sesuatu yang dia inginkan tanpa terkecuali.
Alana mulai berjalan keluar dari kamarnya lalu dia menuruni anak tangga dengan kedua langkah kakinya yang menggunakan sepatu hak tinggi. Beberapa pelayan yang berdiri di sana tertunduk kepada dia karena sikap Alana benar-benar keterlaluan. Banyak pelayan yang mengeluh tentang sikap Alana selama ini. Dia benar-benar tidak bisa bersikap baik kepada pelayan dia memperbudak semua pelayan dengan aturannya yang tidak pernah ah orang pikirkan selama ini. Dia selalu menuntut kesempurnaan dalam setiap apapun. Dia akan memecat seenaknya sendiri tanpa memberikan surat peringatan sekalipun.
Pelayan di rumahnya sering sekali ada pergantian setiap minggunya bahkan kadang-kadang ada pelayan Baru yang hanya satu hari saja bekerja di rumahnya lalu besoknya dipecat secara tidak terhormat. Sikap Alana benar-benar keterlaluan makan dia tidak memikirkan nasib orang lain sekalipun. Dia hanya melihat dari sebelah sisi saja karena menurut dia hanya mereka lah yang membutuhkan pekerjaan di rumahnya bukan dia dan keluarganya.
Seperti biasa rumah Alana Selalu ramai dengan wartawan yang sedang menunggu di luar pagar rumahnya. Karena kebetulan ayah dari Alana mencalonkan menjadi Bupati di Malang. Bahkan tidak jarang jarang ayahnya mengeluarkan uang yang begitu banyak sekali hampir miliaran demi kampanye hitamnya.
" Dasar ayah kebiasaan sekali menghambur-hamburkan uang untuk yang tidak penting! " Alana menembus dengan sangat kesal sekali dengan sikap ayahnya yang selalu berambisi untuk mendapatkan posisi sebagai bupati di Malang. Sebenarnya dia tidak menyukai jika ayahnya terpilih menjadi Bupati di Malang.
Alana segera keluar menggunakan mobil Jeep berwarna hitam. Dia keluar dari pagar namun beberapa wartawan mengerumuninya. Sikap Alana yang terbilang sangat cuek sekali Bahkan dia mengklakson wartawan itu agar segera minggir dari hadapannya. Kemudian dia segera melesatkan mobilnya dengan kecepatan yang begitu tinggi sekali." Persetan dengan semuanya! " Umpat Alana karena dia tidak menyukai Keadaan yang membuat dia harus terlihat baik di mata publik Bahkan dia harus kehilangan cinta sejatinya. Semua itu karena ayahnya yang melarang keras dia untuk tidak berhubungan dengan lelaki idamannya. Dia tidak terima saat itu ketika lelaki idamannya malah memilih untuk menikah dengan perempuan lain tanpa memperjuangkan dia yang mati-matian mencintai lelaki idamannya itu. Dia akan meminta pertanggungjawaban atas cinta itu. Bahkan dia akan melakukan segala cara demi mendapatkan apa yang telah dia mau.
" Aku tidak akan pernah membiarkan ambisiku untuk mendapatkan dirimu. Aku akan memperjuangkan dirimu walaupun keadaannya sudah berbeda. Karena hanya kamulah milikku bukan milik dia." Alana mengucapkan dalam hati kecilnya sambil mengendarai mobil jeepnya dengan kecepatan rata-rata untuk menyapu jalanan. Dia benar-benar tidak peduli dengan apapun itu.
Jalanan kota Malang mendadak sangat macet sekali. Dia melihat banyak orang yang sedang melakukan demonstrasi besar-besaran. Mereka adalah para buruh yang meminta kejelasan tentang Upah Minimum kota Malang yang tidak ada perubahan sama sekali. Mereka benar-benar memenuhi jalanan kota Malang sehingga membuat Alana benar-benar kesal sekali. Dia boleh mengklakson berulang-ulang kali tapi tidak dipedulikan.
"Sialan mereka semua membuat Aku benar-benar muak! Percuma saja mereka melakukan unjuk rasa besar-besaran jika pada akhirnya mereka malah kehilangan pekerjaannya! Bodoh sekali mereka semua!" Alana menggerutu dengan sangat kesal sekali. Dia menatap wajah dari perempuan itu.
Alana menggerutu tidak jelas dalam setiap kalimat yang terucap dari mulutnya. Dia menatap dengan sangat kesal sekali dengan apapun yang terjadi.
*
Di restoran Nusantara. Brahma mencoba untuk tetap menikmati pekerjaannya walaupun banyak sekali cucian piring yang menumpuk di restoran itu. Ia mensyukuri apapun yang telah diberikan oleh Tuhan. Walaupun gajinya tidak seberapa. Dia juga berencana untuk bekerja sebagai ojek online untuk mendapatkan tambahan uang. Dia akan melakukan segala cara demi keluarganya.
Restoran tempat Brahma bekerja begitu sangat ramai sekali. Bahkan pekerjaan tidak ada habis-habisnya saat itu hingga menjelang petang. Kebetulan Brahma berakhir saat itu juga dan dia menerima upah hanya selembar uang lima puluh ribu rupiah. Tapi dia bersyukur saat itu karena Tuhan masih memberikan dia sedikit rezeki untuk hidup.
" Akhirnya pekerjaan telah selesai juga dan aku bisa membelikan martabak manis untuk istriku di rumah. Semoga saja dia menyukai apa yang aku bawakan. " Brahma menggumam dalam hatinya sambil bersiap-siap untuk pulang. Dia akan membelikan martabak manis kesukaan istrinya di alun-alun kota Malang.
*
Gladys sedikit kesal sekali melihat tingkah laku Nadia yang benar-benar keterlaluan. Dia tidak menyangka kalau sahabatnya itu benar-benar menjadi musuh bebuyutannya untuk saat ini." Aku gak menyangka kalau dirimu benar-benar keterlaluan Nadia. Apa yang kamu mau dari aku?" Dia mendengus dengan sangat kesal sekali. Bahkan dia tidak terima kalau Nadia benar-benar menghancurkan kehidupannya mulai dari karirnya dan kisah cintanya juga berakhir. Kehidupannya semakin berantakan saat Nadia benar-benar menghancurkan perahu yang sudah mengapung di atas lautan tapi dia memberikan sebuah ombak hingga menghantam perahu itu hancur lebur.
Semuanya Sangat menyakitkan sekali bagi Gladys saat itu. Dia benar-benar tidak bisa berbuat apapun selain dia mensyukuri apa pun yang terjadi dalam kehidupannya walaupun tidak sejalan dengan hatinya. Sabar dan ikhlas memang dua kalimat yang sederhana tapi akan sulit untuk dilakukan siapapun juga.
" Aku tahu setiap ujian itu akan datang tidak tepat pada waktunya," Gladys mengembuskan nafas dengan sangat berat sekali saat itu. Dia sudah pasrah dengan ujian yang telah diberikan oleh Tuhan sang pemilik kehidupan. Dia akan menjalani lika-liku kehidupannya walaupun teramat sulit untuk dia.
*
Brahma sudah berada di tempat penjual kaki lima martabak manis kesukaan istrinya. Dia memesan satu porsi terang bulan spesial dengan coklat dan keju tanpa kacang karena istrinya alergi kacang. Dia merasa tidak sabar untuk memberikan martabak manis itu untuk istri tercintanya di rumah.
" Semoga saja kamu menyukainya Sekar. " Brahma mengucap dalam hati kecilnya sambil menunggu martabak manis yang telah dia pesan di pedagang kaki lima itu. Dia menunggu di sebuah kursi yang sudah disediakan oleh pedagang kaki lima itu.
Brahma mulai tersenyum karena dia masih bersyukur dengan rezeki yang telah diberikan oleh Tuhan untuk dia. Walaupun sedikit tapi setidaknya bisa memberikan nikmat sesungguhnya.