Aku ingin begini saja
Menikmatimu dalam desah
nafas yang tertunda.
_________________________________________
Yusuf dan Yogi baru saja sampai di coffeeshop baru yang Yogi ceritakan, mereka menuju kesana dengan menggunakan mobil Yogi. Yusuf baru tahu jika Yogi sedang galau karena hubungannya kandas dengan perempuan bernama Anya. Yogi sudah bercerita banyak di mobil, pantas saja Yogi tidak seperti biasanya.
Setelah Yogi memarkirkan mobilnya, mereka berjalan menuju area cafe. Coffeeshop yang dimaksud yogi memang tampak cozy dan unik. Mengusung menu ketradisionalan walau tempatnya di dalam perumahan mewah yang modern. Yusuf mengagumi ide dari pemilik Coffeeshop, pemilik memanfaatkan lahan rumahnya yang besar. Yusuf dan Yogi memutuskan untuk duduk di luar karena di pintu kaca bertuliskan dilarang merokok di dalam ruangan.
"Yogi, Yusuf, kok bisa disini!?"
Yusuf dan Yogi sontak menoleh bersamaan ke suara yang menyapa mereka dari pintu cafe.
"Wey Marimar!! kok lu pake celemek" seru Yogi kencang.
Yusuf menendang kaki Yogi, ia merasa tidak enak karena keadaan cafe yang lumayan ramai pengunjung.
"Sakit peler!" pekik Yogi.
"Ini punya cici gua, gua bantu grand openingnya doang" jelas Mario menghampiri dan ikut duduk di meja yang berbentuk bundar.
"Dasar cina, udah kaya masih aja pengen kaya" celetuk Yogi membuat Mario tertawa.
Ada benarnya memang, rumah semewah ini masih saja digunakan untuk berbisnis, dasar otak dagang.
"Oh ya, mau pesen apa?" Mario menyodorkan menu yang dipegangnya.
"Vikinan lu nih? lu bisa bikin kopi begini?" tanya Yogi bersemangat.
"Bukan, gua mana bisa bikin kopi kayak gitu, kalo kopi seduh gua bisa" jawab Mario.
"Kalo bikin enak bisa nggak? kalo bisa, gua minta tolong bantuin temen gua, bikin dia keenakan, dia penasaran ama anal seks" bisik yogi pelan tapi Yusuf mendengarnya.
"Nggak usah didengerin Yo" sergah Yusuf, "gua pesen manual brew, kopinya ada yang semende?"
"Ada" jawab Mario singkat. "V60 (Vsixty), aeropress atau ...."
"V sixty aja" Yusuf memotong ucapan Mario.
Mario mengalihkan pandangan ke Yogi, "lu mau pesen apa, Yog?"
Si penjahat kelamin menggumam, memperhatikan menu dan buang-buang waktu.
"Lu pesen apa aja bebas, Yog. akalian nggak usah bayar, anggep aja traktiran gua karena menang tender ama Yusuf" ujar Mario membuat Yogi kegirangan.
"Itu baru temen gua, nggak kayak di depan gua nih, nggak inisiatif ngomong kayak lu" sindir Yogi yang sukses mendapatkan lemparan asbak kayu dari Yusuf tepat di perutnya.
"Kamu bikinin apa aja, aa Yogi terima, sayang" ujar Yogi mengerlingkan mata genit ke Mario.
Tak tahan mendengarnya, Yusuf kembali menendang kaki Yogi dari bawah meja.
"Udah sana Yo bikinin, entar lu gila kalo lama-lama ngeladenin Yogi" ujar Yusuf mengeluarkan rokok dari saku celana.
Mario tersenyum mengangguk, ia beranjak dari kursinya, lalu berbalik meninggalkan Yusuf dan Yogi. Yogi yang iseng mencolek bokong Mario, membuat Yusuf fokus ke bokong Mario yang memang menggiurkan dan bergeal-geol. Mario menggeleng-gelengkan kepala atas sikap Yogi yang sudah Mario sudah hapal jika itu hanya bercanda.
"Pantatnya sekel banget, sayang cowok" lirih Yogi setelah kepergian Mario dan melihat ke arah Yusuf, "udah Ler, sana hajar pantat Mario aja, katanya penasaran."
Yusuf hanya tersenyum kecut. Apa jadinya jika Yogi tahu jika sahabatnya sudah mencicipi bokong yang Yogi katakan.
"Nggak dah, takut ketagihan" ujar Yusuf menutupi kenyataan, "lu aja sana cobain!"
Kenyataannya, Yusuf memang ketagihan. Saat ini saja otaknya masih mengingat kejadian kemarin malam dan ingin mengulanginya lagi.
"Mario bukan tipe gua, body Mario kegedean, mana bodynya fitness mania, lebih cocok ama lu" seloroh Yogi tertawa, "gua mau cari anak SMA aja, yang kinyis-kinyis, biar gua dipanggil om" Yogi semakin terbahak-bahak.
"Jangan bilang lu udah pindah haluan?" tanya Yusuf menyelidik.
"Abisnya cewek ngecewain gua mulu, cari cowok aja kali ya" ujar Yogi kembali tertawa.
Malam semakin larut, Mario ikut bergabung saat mengantar pesanan Yusuf dan Yogi. Canda tawa terselip dalam cengkrama, bercerita, cerita yang semakin ngalor - ngidul, gundal- gandul, brutal-brutul, hingga obrolan mengarah ke kuntul. Semua terbahas sudah di malam ini tanpa batas, tanpa ada rasa tidak enak, saling melempar olokan, saling melempar godaan, hingga obrolan terpaksa dihentikan karena malam semakin kelam. Sepi, sunyi, senyap, keadaan seperti terlelap, sudah tak ada lagi pengunjung, menyisakan Yusuf, Yogi dan Mario yang mulai kehilangan topik, bungkam tak berisik, semua tampak asyik, dengan memegang handphone tanpa saling usik.
"Yog, cabut yok!" ajak Yusuf memecah kebungkaman diantara mereka.
"Lu bareng Yogi?" tanya Mario menatap Yusuf.
"Iya, nggak bawa mobil, pake mobil Yogi" jawab Yusuf memasukkan hape ke dalam saku celana.
Mario tersenyum lagi, "gua anter aja, Suf"
"Naaah ... ide bagus" sambut Yogi, "lu berdua kan searah, kalo gua kudu muter balik lagi. Ya udah, titip Yusuf ya Mar, gua duluan."
Yogi segera beranjak pergi meninggalkan Yusuf dan Mario, tak perduli Yusuf yang memanggil nama Yogi berkali-kali, penjahat kelamin sialan itu berpura-pura tuli tak mendengar.
"Sebentar Suf, gua balikin celemek sama pamit ke cici gua dulu" ujar Mario meninggalkanku.
Yusuf pasrah, namun otak kotornya menginginkan kejadian kemarin terulang lagi. Yusuf tersenyum sendiri memikirkannya.
"Ayok, pulang" ujar Mario mengejutkan Yusuf.
Yusuf dan Mario berjalan menuju ke parkiran, tak ada lagi mobil Yogi, ia benar-benar meninggalkan Yusuf. Mario melajukan mobilnya meninggalkan rumah sekaligus coffeeshop, mobilnya dilajukan cepat menembus jalanan ibukota hingga dengan cepat sampai di apartament Yusuf. Mario berhenti di luar apartement memarkirkan mobilnya.
"Besok kemana?" tanya Yusuf masih belum menunjukkan tanda-tanda ingin keluar dari mobil.
"Nggak kemana-mana" jawab Mario singkat.
"mau ... nginep, tempat gua nggak?" tanya Yusuf ragu-ragu, ia takut salah berucap.
"Lagi pengen?" tanya Mario tersenyum tipis, Yusuf menjawab jujur dalam anggukan kepala, "ya udah gua nginep, tinggal bilang pengen aja susah."
Yusuf berteriak riang didalam hati, akhirnya Yusuf bisa mengulang yang pernah terjadi kemarin malam. Mario melajukan mobilnya memasuki area apartemen menuju basement. Kemudian memarkirkan mobilnya dekat dengan pintu lift basement. Yusuf dengan penuh semangat keluar dari mobil berjalan ke pintu lift untuk menuju kamar apartementnya. Mario pernah ke apartement Yusuf, tapi bukan untuk dicumbu, berbeda dengan malam ini, Mario ke apartement Yusuf untuk digagahi.
Yusuf yang sudah diburu nafsu yang memuncak, langsung memeluk Mario dari belakang saat tiba di dalam apartement setelah mengunci pintu dan melepas alas kaki seperti yang Mario lakukan, Yusuf meremas pelan dada Mario yang bidang dan membusung.
"Gua mandi dulu, Suf, biar nggak bau" ujar Mario melepas pelukan Yusuf, ia mengeluarkan dompet dan handphonenya, meletakkannya diatas meja, Yusuf juga melakukan hal yang sama.
Yusuf menarik Mario ke kamar mandi dan ikut masuk ke dalamnya serta mengunci pintu kamar mandi.
"Kok lu ikut masuk?" tanya Mario kebingungan.
"Gua belum pernah mandi bareng" jawab Yusuf jujur, "sekalian aja lu yang pertama mandi bareng sama gua."
Yusuf menarik Mario ke bawah shower, Yuauf memutar keran air hangat, shower langsung mengucur membasahi mereka yang masih mengenakan pakaian lengkap.
"Yusuf, basah" pekik Mario menghindar.
Yusuf menahan tubuh Mario, memeluk Mario erat, membiarkan air mengalir membasahi tubuh mereka, membasahi pakaian Yusuf dan pakaian Mario. Yusuf memberi pelukan lama yang semakin erat, hingga Mario pasrah berbasah ria bersama Yusuf. Yusuf menarik bagian depan kemeja Mario kasar hingga kancingnya lepas berantakan. Mario tak mau kalah, ia juga menarik kemeja Yusuf hingga kancing kemeja Yusuf ikut rusak. Sejenak mereka saling pandang dan tertawa kecil.
Mario langsung mengecup dada Yusuf yang membusung di depannya, meneliti seluruh bagian dada Yusuf dan hinggap di puting Yusuf. Mario menyusu seperti yang dilakukan Yusuf kemarin malam. Yusuf mendesah, membiarkan Mario beraksi menyusuri lekuk tubuhnya, memberi jilatan senti demi senti di sekujur dadanya. Mario melepas kemeja Yusf, sebagai gantinya Yusuf membalas melepas kemeja Mario. Mario menarik tubuh Yusuf rapat hingga punggung Yusuf menyentuh dinding kaca kamar mandi erat. Kembali jilatan demi jilatan lidah Mario lancarkan di leher, menjalar ke pundak, mengangkat tangan Yusuf ke atas dan lidahnya menjalar menjilati bulu ketiak Yusuf yang tumbuh lebat. Hal yang sama Mario lakukan di sebelah bagian tubuh Yusuf yang lain, bergantian kiri dan kanan, habis sudah tubuh Yusuf dijilat lidah Mario, diberi liur yang bercampur air shower.
"Lu nggak geli jilat ketek gua?" tanya Yusuf tersenyum.
"Kemaren aja pejuh lu gua telen, apalagi cuma ketek" jawab Mario tersenyum manis.
"Oke" ujar Yusuf menyeringai.
Yusuf membalikkan posisi, gantian Mario yang ia buat terhimpit, Yusuf mengangkat tinggi kedua tangan Mario, ia beri jilatan yang sama ke ketiak Mario yang mulus tanpa bulu, bermain dan pindah ke leher lalu turun ke kedua dada Mario yang membusung. Yusuf menghisap puting Mario bergantian, ia memberi gigitan- gigitan kecil yang menandai kedua dada Mario, tubuh Mario menggelinjang, meliuk tak karuan, mendesah pasrah dalam cengkraman, cengkraman Yusuf yang tak dapat ia elakkan.
Mario mengganti posisi lagi, Yusuf kembali dihimpit di dinding kamar mandi, lidah Mario menyusuri dada Yusuf, turun ke perut dan semakin turun ke bawah perut. Mario membuka kancing celana Yusuf, melorotkan celana jeans Yusuf yang basah sampai ke bawah, menyisakan celana dalam berwarna putih yang juga basah. Mario menjulurkan lidahnya ke penis Yusuf yang masih terbungkus kolor, tonjolann Yusuf ia lumat dengan rakus, ia hisap bercampur air sempak yang mungkin saja masuk ke dalam mulutnya, tapi Mario tak perduli, dengan buas ia terus melakukan itu, hingga akhirnya kedua tangannya menarik celana dalam Yusuf, meloloskan penis Yusuf yang memberontak sejak tadi, tepat berayun di depan wajahnya yang bersimpuh di bawah Yusuf.
"Matiin showernya, gua nggak rela ngisep air lain selain air dari kontol lu"
perintah Mario yang langsung Yusuf lakukan.
Mario menjulurkan lidahnya menyentuh ujung penis Yusuf yang mengeluarkan cairan precumnya. Mario menjilat dan menggelitik lubang kencing Yusuf, melumat kepala penis Yusuf, melakukan gerakan menyedot kepala penis Yusuf seperti menyedot es lilin. Perlahan semakin maju ke depan dan seluruh penis Yusuf ditelan utuh di dalam mulut Mario. Ahh!!
Kepala Mario mulai maju mundur menghisap penis Yusuf sampai pangkal, tak tersedak sama sekali, hidungnya menyentuh rambut kemaluan Yusuf, Mario juga tak perduli dan sangat menikmati. Ia terus menghisap, mengulum, menjilat, dengan kerakusan dan ketamakan seolah hanya ialah yang berhak menghisap penis Yusuf.
"Ssshh ... aghh ...." desah Mario yang berhenti menghisap, "ini kuat berapa lama?" tanya Mario membelai penis Yusuf dan melakukan gerakan memijat.
"Nggak kuat lama, tapi kuat berkali-kali" jawab Yusuf tersenyum.
"Oke, gua mau berkali-kali" goda Mario namun Yusuf suka keliarannya.
Mario memegang penis Yusuf, menjilat batang bagian bawah penis dengan gerakan dari bawah ke atas, Yusuf tak kuat untuk tak mendesah, tangan Yusuf berkacak pinggang membiarkan Mario bersiteru dengan penisnya. Jilatan Mario berpindah ke kedua bola penis Yusuf, Mario seolah menelannya bulat-bulat, menghisap dan mengaduk bola itu di dalam mulutnya. Ngilu, nyeri, tapi nikmat, itulah yang Yusuf rasakan, Yusuf hampir saja kalah, tapi Yusuf menahan penisnya agar tak muncrat. Saking nikmat, Yusuf sampai menggigit bibirnya terlalu bersemangat. Ahh ... benar-benar dahsyat.
Mulut Mario kembali bergerilya di batang penis Yusuf. Penis itu kembali merasakan hangat karena masuk dalam mulut Mario yang lezat. Tangan Mario menggaet tangan Yusuf, memindahkan posisi tangan yang berkacak pinggang untuk mencengkram bagian belakang kepalanya. Yusuf memegang bagian belakang kepala Mario dengan kuat. Menghajar lubang mulut Mario dengan hentakkan pinggul yang maju mundur, sesekali Yusuf menekan kepala Mario dalam selangkangannya cukup lama, membuat ujung penis Yusuf menyentuh amandel Mario. Mario tak tersedak tapi matanya berkaca-kaca saat Yusuf terlalu menekan kepalanya.
"Sorry" lirih Yusuf.
"Nggak apa-apa, yang penting lu suka" ujar Mario.
Yusuf yang merasakan gayung bersambut, mengulang aktifitas deep throath di mulut Mario. Mario yang hebat tak sekalipun tersedak, ia dengan rela menerima perlakuan Yusuf yang menekan kepalanya berkali kali menghajar mulutnya.
"Aghh ... mau muncrat, aghh ...." desah Yusuf.
Mario menghentakkan kepalanya semakin dalam, keningnya menyentuh perut Yusuf, hidungnya menggelitik bulu kemaluan Yusuf. Penis Yusuf berdenyut hebat, tubuh Yuauf menggelinjang dahsyat, Yusuf sudah dipenuhi hasrat, dan sesuatu terdorong ke luar dari dalam penis Yusuf lalu muncrat, menyemburat, ahh ... satt!!
Mario menelan cairan mani Yusuf dengan buas, menyeruput dengan beringas, menyedot sisa cairan semakin ganas, hingga penis Yusuf memanas, tubuh Yusuf sedikit lemas, tapi Yusuf masih belum merasa tuntas, Yusuf menginginkan fucking his ass, karena penis Yusuf masih mengeras, dengan warna sedikit kemerahan yang kontras, Yusuf sangat menggilai permainan Mario yang membuatnya puas.
"Masih bisa ke bagian inti?" tanya Mario berdiri, bibirnya masih menyisakan mani, Yusuf mengelusnya dengan jari dan menyodorkannya untuk dijilati, membuat lidah Mario menari lagi.
"Rasanya apa?" tanya Yusuf tertawa.
"Lu mau coba?" Mario balik bertanya.
"Nggak akan pernah" jawab Yusuf penuh keyakinan membuat Mario tersenyum lebar.
"Yusuf, masih kuat ngentot gua?" Mario menantang dengan hardikan sedikit kasar.
"Gua nggak suka ditantang" jawab Yusuf menyeringai, "gua bikin lu minta maaf karena nantangin gua."
Mario menempelkan lidahnya di telinga Yusuf, "lets see, gua mau tahu, apa yang bikin cewek-cewek itu takluk sama lu."
"Gua nggak yakin karena ini" ujar Mario mencengkram penis Yusuf dengan sangat kuat.
"Oghh fuck, lu bikin Penisa Kontolodewa gua marah!" ucap Yusuf mendelik.
"Ioh, jadi kontol lu ini punya nama" seringai Mario kembali mengocok penis Yusuf.
Yusuf sudah tidak sanggup menahan hasratnya yang kembali bergejolak, dengan kasar Yusuf mendorong tubuh Mario hingga dadanya terhimpit ke dinding kamar mandi, membuka celananya dan meloloskannya hingga mata kaki, Mario telanjang utuh. Kini, bokong yang Yusuf suka, sudah tampak di depan mata.
Ctasss ... Yuauf menampar bongkahan bokong Mario yang membuatnya gila.
Berkali-kali ia tampar bergantian, Mario hanya mendesah, Mario sama sekali tak menolak, membiarkan pantatnya menggelepar, bergoyang goyang karena tamparan Yusuf. Yusuf menyelipkan jarinya di belahan bokong Mario, ia menekan masuk jari tengahnya ke dalam liang Mario, Mario semakin mendesah hebat, Yusuf merojok semakin dalam, lalu jarinya bergerak liar keluar masuk.
"Aghh ... apa lu nggak punya jari lain yang bisa bantu? apa jari lu cuma satu?" tanya Mario, nadanya benar-benar menantang Yusuf.
Yusuf menambah selipan jari telunjuk ke dalam liang Mario, desahan Mario semakin kencang, Yusuf menekan masuk kedua jarinya, membuat Mario ikut mendesah lagi.
"Ini yang lu mau?" tanya Yusuf menyeringai.
Mario menggeleng, "gua mau yang lebih gede, dua jari kurang" jawabnya mengejek.
"Lu mau yang lebih gede?" bisik Yusuf, "mau kontol gua?"
Mario mengangguk, "ya, gua mau itu, gua mau kontol lu, Suf."
Yusuf menarik kedua jarinya yang puas mengobok-obok liang Mario, lalu Yusuf menggesek penisnya ke garis bokong Mario, Yusuf memberikan air liur sebagai pelicin, kemudian ia tancapkan penisnta ke dalam anus Mario. Desahan mereka bertemu di titik yang sama, titik gairah yang membuncah. Mereka bergoyang, bergerak seirama, saling menyebut nama, melempar racauan yang menggema. Yusuf bahagia, sangat bahagia, menikmati bokong yang ia suka untuk kedua kalinya.
"Aghh ... cuma segitu, apa lu nggak bisa pentokin." Tantang Mario lagi.
Yusuf berang mendengarnya, ia mencengkram bongkahan bokong Mario dengan kuat, ia hentakkan berkali-kali tanpa ampun, Mario melolong bak serigala namun senyum jelas terukir di wajahnya.
"Stop it, gua nyerah, ahh ... gua tadi becanda" ujar Mario dalam desahannya.
Yusuf memelankan ritme hujamannya, pinggulnya bergoyang maju mundur pelan, tangannya liar menggerayangi tubuh Mario, melingkar di dada Mario, memilin puting Mario seolah ingin memeras isinya, meremasnya, menciumi tengkuk lehernya, menyusuri bagian punggungnya, semua bagian tubuh Mario tak Yusuf sia-siakan. Desahan, kecipakan, deru nafas, bersatu padu memecah dinding kamar mandi, sangat lama, rasanya kaki Yusuf tak mampu lagi menopang tubuhnya yang terlalu lama berdiri.
"Yusuf, gua ... aghh ... gua sampe Suf, aghhh ..." desahan Mario melengking.
Tangan Mario yang bersandar di dinding lunglai, Yusuf menahan tubuh Mario dengan melingkarkan tangan Mario di lengannya. Yusuf Menghentakkan pinggulnya semakin dalam, semakin dalam, hingga hentakan terakhir ikut mendorong benih Yusuf yang menyembur, muncrat, menyemburat, dan tersemai dalam liang bokong yang ia suka. Yusuf juga sampai, sampai pada titik puncak kenikmatan terliar yang belum pernah ia rasakan. Yusuf merasakannya dengan seorang pria, pria yang selama ini duduk di depan meja kerjanya, pria yang ia panggil teman, dan sekarang, temannya itu merelakan dirinya menjadi pemuas nafsu Yusuf yang menggebu, memuaskan rasa penasaran Yusuf, rasa penasaran yang menyebabkan Yusuf ketagihan.
"Aghh ... huuh, lu gila!" Mario menarik tubuhnya dari pelukan Yusuf, sehingga penis Yusuf yang tertancap harus tercabut juga.
"Lu juga gila" balas Yusuf mengatur nafas yang tersengal, "emang nggak sakit?" tanya Yusuf tersenyum tipis.
"Lu bayangin, batang segede ini, masuk ke lubang sekecil ini, jelas sakitlah bloon" gerutu Mario bersandar di dinding kamar mandi, dadanya masih naik turun sama halnya dengan Yusuf.
"Terus kenapa lu tahan dan ngebiarin gua nyakitin lu?" tanya Yusuf lagi meletakkan tangan di dinding persis di samping kepala Mario.
"Nggak tau" Mario menggelengkan kepala, "nggak usah khawatir, not bad, sekalipun sakit, tapi gua juga puas kok."
"Rasanya apa ditusuk gitu?" tanya Yusuf lagi.
"Yang jelas, gua nggak tau apa gua bisa duduk nyaman, bekas kemaren malem aja masih kerasa, kayak masih ada yang ngeganjel" jawab Mario tertawa.
"jangan sering-sering minta jatah premannya, kasih gua sper waktu untuk istirahat" ujar Mario masih kelelahan.
"Oke, lu mandi abis itu kita tidur" Yusuf kembali menarik Mario ke bawah shower dan membersihkan tubuh mereka masing-masing.
● ● ●
Mereka sudah selesai membersihkan diri, Mario mengganti baju dan celananya menggunakan pakaian Yusuf.
"Suf" panggil Mario saat mereka tidur terlentang memberi jarak satu sama lain dalam remang cahaya kamar.
"Hmm" Yusuf menjawab dengan gumaman.
"Apa gua boleh minta peluk?" tanya Mario ragu-ragu
"Pake minta segala, tinggal dipeluk aja kalo mau meluk gua" jawab Yusuf.
Mario menggeser tubuhnya mendekat, lengan Yusuf dijadikan alas kepalanya, tangannya diletakkan di atas dada Yusuf.
"Makasih, Suf" ujar Mario mendaratkan kecupan di pipi Yusuf, "good night."
Jantung Yusuf berdetak cepat, darahnya berdesir lebih hebat, pelukan Mario semakin erat. Pemilik bokong yang Yusuf suka, sekarang tidur tenang dalam pelukan Yusuf. Yusuf menekan remote DVD player, walau dengan nada pelan, tapi lagu "sebuah rasa" bersenandung pelan dari speaker yang ada di pojok kamar apartemen Yusuf.
Yusuf memang sedang dihadapkan pada pilihan, antara benar dan salah. Mereka tertidur pulas diiringi lagu yang membuat suasana semakin syahdu.