Sepulang dari mengunjungi beberapa pantai dan mengisi perut. Yusuf dan Mario membersihkan diri, tak ada mandi bersama di sore menjelang maghrib ini. Tapi setelah adzan berkumandang, sepasang kekasih itu kembali mengayuh bahtera cinta dalam desahan yang menggema hingga puncak kenikmatan mereka raih bersama dan tertidur dalam pelukan yang saling menghangatkan.
Yusuf terbangun, melihat jam dinding menunjukkan pukul 10 malam. Kontolnya kembali mengeras karena memeluk Mario dari belakang. Yusuf mengguncang Mario lagi. Berlayar pada kenikmatan yang meluluh lantahkan akal sehat, mereka fokus saling membalas gerakan-gerakan erotis dengan pagutan bibir yang tak kunjung habis. Mario telah dua kali berteriak mengakhiri peraduan pedang diatas ranjang. Tapi Yusuf tak kunjung menyusul, pedangnya masih kokoh terhujam pada liang senggama yang menyalurkan kenikmatan tiada tara. Yusuf benar-benar sudah menggilainya, tak ada lagi belahan vagina di otaknya, cinta Yusuf hanya bertuliskan nama Mario, begitu juga dengan otak kotor Yusuf, hanya bayang tubuh Mario yang ada didalam pikrannya.
"Mas!, jangan ditahan!, Aku capek" lirih Mario.
Yusuf tak menghentikan gerakannya, Ia terus memompa anus Mario dengan kecepatan penuh, tapi tak ada tanda-tanda apapun dari kontolnya, tak ada denyutan kencang yang Yusuf rasakan, padahal kontolnya sudah memanas karena terus-menerus menggesek anus Mario. Yusuf kesal dengan dirinya sendiri, Ia tak mengerti kenapa tak juga klimaks. Padahal Yusuf sudah menginginkan sampai pada titik kepuasan, Ia tak tega melihat Mario yang sudah lunglai tak bertenaga. Keringat mengucur semakin deras dari tubuh Yusuf dan Mario. Tapi ini kenikmatan yang tiada tandingannya, Yusuf tak merelakan kontolnya harus lepas dari anus Mario.
"aghh..maafin Mas," ujar Yusuf.
"egh..Mas, sakit!.." jawab Mario memejamkan mata.
Yusuf mencabut kontolnya. Ia tak mau membuat kekasihnya tersiksa. Yusuf beranjak meninggalkan Mario, mengambil handuk untuk mengelap keringatnya dan juga keringat Mario. Tak lupa Yusuf mengelap sperma yang membasahi perut Mario.
"Mas kan belum tuntas, ayo lanjutin aja!" ujar Mario, tapi wajahnya meringis menahan sakit, mana tega Yusuf melihat laki-laki yang Ia cintai sakit seperti ini.
Yusuf membelai wajah Mario, mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir dan juga kening Mario, Yusuf berkata dengan penuh cinta, "nggak apa-apa, mungkin karena udah sempet keluar jadi susah keluarnya, apa mungkin isinya habis!?, kayaknya mesti isi ulang".
Perkataan Yusuf membuat Mario tertawa pelan, Ia mencium wajah Yusuf, "Kamu kayak kuda, nggak ada capeknya".
"Mas nggak kuat kalo liat Kamu, bawaannya pengen mulu, Mas minta maaf ya!" ujar Yusuf mengakui bahwa Yusuf tidak bisa menahan hasrat untuk tidak menyentuh Mario sedikit saja.
"kenapa Mas minta maaf?" tanya Mario merubah posisi menyamping, Ia menarik tangan Yusuf untuk memeluk tubuh Mario dari belakang.
"Mas cuma takut, nanti Kamu mikirnya Mas macarin Kamu biar dapetin yang kayak gini tiap hari" jawab Yusuf mengutarakan kegundahannya.
Mario berbalik menghadap Yusuf, mendaratkan sebuah kecupan lagi dan membelai rahang Yusuf, "Aku nggak berpikiran ke arah sana, karena Aku yakin, Kamu ngelakuinnya pake cinta dan hati Kamu Mas"
"I love you" bisik Yusuf. "kamu tidur aja, besok kan kita pergi lagi, Mas ngerokok dulu ya!" ucap Yusuf kembali mengecup kening Mario.
Yusuf menutupi tubuh telanjang Mario dengan selimut. Lalu mematikan musik yang Ia nyalakan berulang-ulang dengan lagu kesukaan Mario. Yusuf melirik jam di hapenya, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Yusuf mengambil rokok yang ada di tas kecil miliknya, kemudian menuju balkon untuk menikmati hisapan demi hisapan nikotin yang Yusuf pegang. Yusuf menatap langit malam, langit masih saja cerah dengan rembulan yang membentuk bulatan sempurna, tepat diatas kepala Yusuf.
Yusuf memejamkan mata, menghirup angin malam yang semilir menerpa wajahnya. Bayang Mario kembali merasuki. Tak pernah Yusuf merasakan jatuh hati sedalam ini, Ia betul-betul sangat mencintai Mario. Yusuf berjanji pada dirinya sendiri, akan merubah sifat liarnya. Yusuf telah menancapkan satu nama di dalam hatinya, nama itu adalah MARIO. Setelah sebatang rokok yang dihisap telah habis, Yusuf kembali masuk, menuju toilet untuk berkumur-kumur guna menyegarkan nafasnya. Setelah itu, Yusuf kembali ke tempat tidur, merebahkan tubuhnya yang setengah telanjang di samping Mario yang berselimut.
Yusuf mengangkat kepala Mario dengan sangat hati-hati, Ia takut membangunkan Mario. Lalu Yusuf memanjangkan tangannya ke samping agar kepala Mario bisa tidur beralaskan lengan Yusuf. Mario sedikit bergerak dan menggumam dalam kelelapannya, namun Yusuf menenangkan Mario dengan penuh perhatian, seolah sedang menidurkan seorang bayi.
"I love you Mas" gumam Mario tetap memejamkan mata.
"I love you more, lanjutin tidurnya!, Mas cuma pengen peluk," balas Yusuf ikut memejamkan mata.
Sepasang kekasih itu terlelap dalam peluk yang begitu hangat. Cinta memang telah menyentuh hati keduanya, tak ada yang mampu menolak cinta sekalipun diri bersikeras menghindarinya. Pada akhirnya Yusuf jatuh ke dalam cinta yang dipendam oleh Mario, dan mimpi Mario memiliki Yusuf menjadi nyata, bukan lagi fatamorgana. Penantian Mario tidak sia-sia, kesabarannya berbuah hasil indah, bahagia yang dirasakannya saat seorang Yusuf melabuhkan bahtera di dermaga hati Mario, akhirnya Mereka terlelap dalam ikatan batin yang saling mencintai satu sama lain.
* * *
Sinar surya di kedamaian pagi yang menghampiri kembali membuka mata Yusuf. Yusuf tipikal orang yang terbiasa bangun pagi sekalipun tidur larut malam, namun Yusuf tidak ingin beranjak dari tempat tidur karena Mario masih mendengkur pelan di dalam dekapannya. Yusuf memandangi wajah sang kekasih yang begitu tenang dalam lelap, Ia menyentuh kelembutan kulit pipi yang dimiliki Mario. Kulit yang sangat halus, bahkan sehelai rambut tak ada yang tumbuh di wajah Mario.
Yusuf tertegun sejenak, begitu besar perasaan yang Ia miliki saat ini, tak ada keraguan dalam hatinya, Ia yakin pilihannya tepat, tak pernah sekalipun didalam hidup seorang Yusuf merasakan perasaan mencintai orang lain senyaman ini. Yusuf tak perduli cintanya datang dari mana, apakah tuhan yang mengetuk hatinya? atau ini semua bisikan setan untuk menghancurkan manusia?. Bagi Yusuf cinta adalah cinta, tak ada yang bisa menghindar saat cinta telah datang, Yusuf sudah tak perduli, sekalipun sebagian hatinya mengatakan, cinta yang Ia rasakan saat ini adalah sebuah bentuk kesalahan, ini tidak pantas dilakukan, namun Yusuf lagi-lagi tidak perduli.
"Kamu kenapa mandangin Aku kayak gitu Mas?" pertanyaan Mario membuyarkan lamunan Yusuf, Ia bahkan tidak sadar jika kekasihnya sudah bangun.
"Aku cinta sama Kamu Yo!" ujar Yusuf dengan senyum dan tatapan mata yang memancarkan ketulusan.
"Kamu udah bilang itu berkali-kali, nggak bosen?" timpal Mario mempererat pelukan.
Yusuf menggeleng, "Aku bakal tiap hari ngucapin kata itu ke Kamu, siap-siap aja kuping kamu kepanasan".
Yusuf meraih handphonenya yang ada di meja, Ia memutar sebuah lagu yang mengungkapkan perasaannya. Sifat Yusuf dalam sekejap berubah. Tak pernah seorang Yusuf menjadi melankolis seperti ini, hilang sudah Yusuf yang memiliki sifat masa bodoh, pembenci keromantisan. Dalam hitungan hari, Yusuf yang memiliki playlist lagu Skrillex, David Guetta, dan Martin Garrix, seketika beralih menikmati lagu lagu mellow. Pelan-pelan terdengar nada yang mengalun dari speaker yang masih terpasang.
Ku pilih hatimu, tak ada ku ragu
Mencintamu adalah hal yang terindah
Dalam hidupku, oh... sayang
Kau detak jantung hatiku...
Setiap nafasku hembuskan namamu
Sumpah mati hati ini memilihmu
Dalam hidupku, oh... sayang
Kau segalanya untukku...
Janganlah jangan, kau sakiti cinta ini
Sampai nanti di saat ragaku
Sudah tidak bernyawa lagi
Dan menutup mata ini untuk yang terakhir....
"kenapa Kamu jadi mellow gini, Mas?" tanya Mario tersenyum dipelukan Yusuf.
"Kamu cekokin terus pake lagu begini" jawab Yusuf beralasan. Bisa dikatakan Mario memang ikut andil, tapi selebihnya, itu berasal dari hati Yusuf sendiri.
Yusuf menyentuh dagu Mario, ingin memberikan kecupan di bibir yang sedang dikerucutkan oleh pemiliknya, namun Mario menolak, Ia menarik kepalanya.
"Aku bau jigong tau mas" ujar Mario mengatup bibirnya yang tipis.
Yusuf tersenyum lebar, Ia tetap memaksa menggaet dagu Mario, memandangi kekasihnya dengan tatapan yang begitu lekat, "Aku nggak peduli!".
Mario tak dapat menolak saat bibir Yusuf kembali bertemu dengan bibirnya, memberi pagutan dan berbagi nafas serta lidah yang saling bersentuhan, Yusuf dan Mario meresapi setiap gerakan bibir dengan diiringi setiap nada lagu yang mengalun syahdu. Tangan Mario mulai nakal, tangannya mencari benda padat yang selalu membuatnya kalah telak, setelah dapat, Mario berniat membelainya, tapi tak disangka Yusuf menarik tangan Mario dari selangkangannya.
"Aku cuma mau cium dan peluk doang, bukan mau ngewski," ujar Yusuf setelah menghentikan pagutannya.
"tiap malam jum'at aja ya, biar sunnah kayak kata orang yang udah nikah," lanjut Mario tertawa kecil.
"nggak mau!" tolak Yusuf, "maunya, malam jum'at, malam sabtu dan malam minggu."
"Deal!!" seru Mario mengecup pipi Yusuf, "tapi kalo peluk sama cium jangan dibatesin!" Mario melanjutkan ucapannya dengan sedikit merengek.
"Itu sih harus, Aku mana bisa hidup tanpa pelukan dan ciuman dari Kamu, itu kan bagian dari nafas Aku" ujar Yusuf menempelkan hidungnya di hidung Mario lalu menggesekkan hidungnya.
"gombal!, kamu jangan terlalu manis Mas! Aku takut diabetes" celetuk Mario.
Sepasang kekasih itu kembali melanjutkan pergulatan bibir yang saling menarik, menggigit, dan tumpang tindih hingga berakhirnya lagu ikut mengakhiri ciuman mereka.
"Aku duluan mandi ya!, nggak enak kalo Mas Jupri nungguin," ujar Yusuf melepas pelukannya, Mario hanya mengangguk, membiarkan Yusuf mandi sendiri.
Mario sepertinya masih tidak menyangka jika Yusuf begitu serius dan bersungguh-sungguh melakukan perubahan demi dirinya, Yusuf yang liar, kadang egois, dan tidak mau ditolak jika ada maunya, langsung berubah 360°C bergantikan Yusuf yang penuh kehangatan. Efek mencintai Mario memang sangat luar biasa bagi diri Yusuf.
* * *
Hari ini jadwal mereka mengunjungi museum andrea hirata dan juga SD laskar pelangi. Di SD laskar pelangi mereka disambut dengan tarian adat belitung. Yusuf dan Mario merasa terlalu berlebihan dengan penyambutan itu, namun Mas jupri mengatakan jika itu sudah termasuk paket tour and travel yang dibooking perusahaan. Sepasang kekasih itu bahkan dipaksa menari, mengikuti gerakan dari penari-penari profesional. Setelah mengunjungi tempat itu, destinasi terakhir mereka hari ini adalah pulau lengkuas. Sebuah pulau yang identik dengan mercusuar yang ada di tengah-tengahnya. Yusuf, Mario, dan Mas Jupri bergabung dengan rombongan lain seperti yang Mas Jupri katakan kemarin. Tak banyak yang mereka lakukan disana. Yusuf dan Mario hanya berfoto, naik mercusuar dan duduk santai diatas bebatuan dengan hamparan laut berwarna biru yang sangat indah. Mereka juga tidak begitu menunjukkan kemesraan, walaupin Yusuf terkadang lepas kendali, tapi Mario selalu mengingatkan.

"Mas!, jaga image dikit!, nggak enak diliat orang," ucap Mario kala mereka duduk berdua.
"Emang kenapa aku nggak boleh nunjukin rasa cinta aku ke kamu, apa pedulinya sama orang-orang itu," jawab Yusuf.
"Mas, kamu tahu kan kita ada dimana, jangan terlalu ditunjukin kalo di tempat umum!," Mario mencoba memberikan pengertian.
Yusuf menghela nafas, pada akhirnya Yusuf mengangguk, "ya udah, aku minta maaf!, Aku janji nggak akan berlebihan kalo di tempat umum."
Sudah tiga janji yang mereka ikrarkan. Pertama, janji untuk saling mencintai. Kedua, janji untuk membuat jadwal bercinta. Dan ketiga, janji untuk menyimpan cinta mereka tanpa harus menunjukkannya pada semua orang. Janji yang ketiga membuat Yusuf berat. Tapi harus bagaimana lagi, permintaan Mario adalah hal wajib bagi Yusuf. Yusuf dalam sekejap sudah menjadi budak cinta.
Hari itu mereka habiskan dengan bersenang-senang. Berbaur dengan rombongan lain untuk mengikuti beberapa games yang dibuat oleh Mas Jupri dan satu temannya selaku tour leader dari trip tersebut. Yusuf berusaha bersikap seperti yang Mario inginkan. Walau hatinya berat melakukan itu. Ingin sekali Yusuf memeluk Mario saat Mario memenangkan games lempar gelang ke dalam pasak yang ditancapkan di pasir pantai. Tapi sayangnya Yusuf harus menahan diri demi janji yang sudah dia katakan pada Mario.
Trip hari ini diakhiri dengan snorkeling bersama. Mario lagi-lagi sedikit menjaga jaraknya, Yusuf kesal, namun Ia tahan rasa kesalnya dan berusaha meyakinkan diri jika yang dilakukan Mario adalah keputusan bijak. Tapi Yusuf tidak menyukai yang seperti ini. Yusuf tidak menyukai jika harus menjadi orang lain di depan orang banyak. Kenapa mereka harus memperdulikan apa kata orang.
"Kamu marah mas?" tanya Mario berbisik saat mereka sudah selesai snorkeling dan duduk di atas kapal menunggu rombongan lain naik.
"Nggak Yo, emang keliatannya gua marah ya?" Yusuf balik bertanya.
"Kok pake gua, ini kan lagi berdua," sungut Mario.
"Kenapa sih kita harus berakting di depan umum?, kenapa harus sembunyi dengan cinta yang kita punya?, aku cinta kamu Yo, aku nggak bisa harus punya dua kepribadian, bersikap sebagai teman kamu di keramaian dan menjadi pacar kamu saat berdua, aku nggak bisa!" Yusuf berbicara dengan sangat pelan dan lembut.
"Mas, jangan egois!" Mario memarahi Yusuf, "kamu harus bisa liat situasi dan kondisi!."
"Aku nggak cium kamu depan orang Yo, tapi kenapa aku harus tahan diri untuk bersikap manis didepan kamu, beberapa kali kamu coba ngehindar hari ini, dan ...."
"Kamu bener-bener nggak mau ngerti Mas," Mario memotong ucapan Yusuf dan pergi meninggalkan Yusuf ke bagian belakang kapal.
Masih dalam hitungan hari, sepasang kekasih itu sudah ribut kecil. Yusuf menghela nafas. Ia tidak menghampiri Mario. Ia sengaja memberi ruang untuk mereka saling menenangkan diri terlebih dahulu. Yusuf mencari tas kecil yang Ia bawa, mengambil handphone dari dalam tas, kemudian menelpon seseorang.
"Hallo Mba, Ini saya Yusuf, tamu yang menginap di resort nomer 3, bisa minta tolong siapin dinner di dalam kamar saya, nanti tagihannya saya bayar setelah sampai di hotel ya!" Yusuf diam sejenak mendengarkan jawaban dari orang yang Ia telepon.
"oke mba, terima kasih banyak!" Yusuf menutup panggilan telepon dan kembali menyimpan handphonenya.
Yusuf memandangi Mario yang bersandar di belakang kapal kayu yang mereka naiki saat ini, tapi Mario membuang wajah tak mau menatap Yusuf. Yusuf tersenyum melihat Mario memanyunkan bibirnya. Tak berselang lama para rombongan ikut menaiki kapal lalu meninggalkan area snorkeling sore hari itu.