Willona memegang gelas berkaki berisikan minuman Stingless yang ia perkirakan terbuat dari madu Melipona hasil lebah kecil pilihan dari Meksiko yang sering dibaca Willona saat berada di rumah.
Sangat manis.
Sesekali bibirnya menyesap dengan perlahan untuk melegakan hati yang sudah kacau balau. Tatapan melurus searah tanpa tujuan, kini hanya itulah aktivitas Willona, genggaman wanita itu pada gelasnya semakin kuat bahkan sudah menjadi remasan.
Setelah pertanyaan menjebak Kenan pada Jerry, sekarang Willona tahu bahwa tidak ada lelaki baik di dunia ini.
Begitu pula dengan Kenan yang hanya memerlukan dirinya untuk mendapatkan harta dari Kakek Bimo.
Willona menghembuskan napas kasar, ia memejam beberapa detik sembari meresapi kekisruhan nasib di hidupnya yang tak kunjung habis, bahkan terasa beranak pinak.
"Ck, dasar semua pria bajingan, brengsek!"
Sementara itu Jerry masih terkejut setengah mati saat Kenan tahu apa yang telah ia incar dari wanita yang berada di sampingnya, yang terlihat sedang menyalami para tamu satu persatu.
Semakin malam, gedung ini semakin penuh dengan kedatangan para tamu. Jerry juga semakin sulit menemukan keberadaan Willona.
Lampu-lampu kristal mewah menyala anggun nan cantik, tampak menyinari seluruh ruangan.
Percakapan tadi masih saja teringat hingga detik ini. Jerry benar-benar menggeram kesal jika mengingat hal itu.
"Pak Kenan, salah sangka. Perusahaan itu akan kami dirikan bersama. Seluruh rancangan juga telah disusun Tania."
"Jadi, Pak Kenan dan Wi ... Bu Willona bisa datang ke pembukaan pertama perusahaan kami. Kami akan senang dan tersanjung jika Ibu dan Bapak bisa datang."
Jerry melengkungkan senyum palsu seakan tak pernah merasa memiliki hubungan dengan Willona, meski hatinya begitu bergemuruh melihat tangan berotot Kenan melingkar lancang di pinggang ramping Willona
Sungguh mengesalkan.
'Hampir saja aku salah berbicara memanggil Willona di depan Pak Kenan dan Tania, bisa mati riwayatku kalau mereka berdua tau hubunganku dan Willona,' batin Jerry masih menyempurnakan aktingnya.
"Begitukah? Baiklah aku dan istriku akan menunggu peresmian perusahaan kalian. Jangan kecewakan keluarga Argants, kau tahu bukan bagaimana selera keluarga kami?"
Kenan menarik paksa tangan Willona agar semakin memeluk lengan tangannya erat nan mesra. Sedangkan apa yang dilakukan Kenan saat ini juga tidak luput dari pandangan Jerry.
'Astaga, pria ini kasar sekali, membuat tanganku sakit,' batin Willona sembari merintih kesakitan, tapi Willona adalah pemain handal untuk sekedar menyembunyikan ekspresi wajah tersiksanya.
Kaki Willona bergerak seiring dengan langkah kaki Kenan yang hendak meninggalkan kedua pasangan suami istri itu, tapi baru satu langkah kaki Kenan dan Willona melangkah, mendadak terhenti saat suara Jerry mengintrupsi mereka berdua.
Kenan menoleh, dengan tangan kekar Kenan yang tetap melingkar posssesif di pinggang Willona, menahan tubuh Willona untuk hanya sedikit berbalik.
"Pak Kenan, tunggu!" Jerry berseru sedikit melirik ke arah Tania yang masih sibuk dengan para tamu, dan hal tersebut membuat Jerry lega.
Jerry sedikit berlari kecil ke arah Kenan dan Willona.
"Saya hanya ingin bertanya, apakah benar kalian sudah menikah? Maksud saya, Anda dengan Bu Willona—"
"Benar. Lalu ada apa?" tantang Kenan berani dengan kedua alis melurus tajam.
Willona tak bersuara, iris hitamnya bergerak ke samping, melirik Kenan. Tubuh Willona masih terdiam di tempat, lengan tangan besi Kenan semakin mengunci tubuh Willona untuk tetap sedekat lem prangko dengan Kenan.
"Sayang, tunjukkan cincinmu. Aku ingin melihat, apakah masih melingkar di sana," bisik Kenan sengaja ingin memecah pandangan lekat Jerry pada Willona.
Willona mengangguk menurut, lantas mengangkat tangan, dan memperlihatkan sebuah benda cantik melingkar di jari Willona.
"Ini Mas, aku tidak lupa. Kemarin memang karena mau ke kamar mandi, aku sembarangan taruh di kamar."
"Apa Tuan Jerry juga ingin melihat? Kami memang telah menikah. Maaf tidak menggundang karyawan kantor, termasuk Anda, karena melihat status suami saya begitu penting, jadi kami memutuskan hanya beberapa keluarga saja," balas Willona sangat pamer membuat Jerry menaikkan dada bidangnya, menekan seluruh emosi yang telah memuncak.
Kenan menyatukan tangannya dengan tangan Willona yang terpasang cincin dengan hiasan berlian di setiap pinggiran lingkaran.
Willona menurunkan fokus, menatap jemari besar Kenan menggegam tangan Willona erat. Kenapa degub jantung Willona mendadak tak enak seperti ini?
"Bagaimana Tuan Jerry, apa aku masih perlu membuktikan dengan memanggil asisten pribadiku dan membawa buku nikah kami?" tuntut Kenan dengan satu alis terangkat, mengejek.
Jerry menggeram samar, ia belum bisa melepaskan Willona. Ia berniat untuk menikahi Willona setelah dirinya mendapatkan harta dari Tania.
Akan tetapi, sekarang harapan Jerry pupus saat melihat benda indah itu telah melingkar setia di jari manis mantan kekasihnya.
'Pak Kenan bukan orang sembarangan yang akan mau diajak melakukan pernikahan palsu. Willona selama ini berarti telah mengkhianatiku? Tapi, bagaimana bisa, aku tau dia sangat mencintaiku.'
Kenan jengah dengan lelaki seperti Jerry yang tak mempunyai pendirian sama sekali dan begitu menjijikkan di mata elang Kenan. Kenan yang memang menginginkan harta warisan sang kakek, tak pernah sebodoh Jerry, yang justru mengorbankan kebahagian hanya demi harta.
"Sepertinya perkenalan kita sudah berakhir, aku akan mengajak istriku untuk berkenalan dengan para klien," ucap Kenan yang merasa tidak betah dengan keberadaan Jerry yang jelas-jelas tak bisa melepas Willona.
Jerry hanya bisa terdiam membeku di tempat menatap punggung kecil Willona pergi dari pandangan mata karena Wilona sama sekali tak mengatakan apa pun, setelah Kenan membawa pergi.
Persimpangan berbagai tamu tak kunjung membuat tubuh Jerry bergerak, air matanya menetes begitu saja saat punggung putih itu telah menghilang seiring padatnya para tamu yang berdatangan.
Sementara itu Willona mendadak menghentikan langkah, ia lupa dengan hadiah yang ia bawa tadi sebelum masuk ke gedung pernikahan.
"Tunggu, Pak Kenan. Aku lupa memberikan hadiah ini ...."
"Aku akan menemanimu."
Kenan bergerak ingin membalikkan tubuh, namun tiba-tiba ditahan Willona sembari menggeleng.
WIillona sudah banyak merepotkan Kenan malam ini dengan tangis memalukan, ketidak berdaayaan, serta kelemahan. Willona sudah cukup malu, ia tak akan membuat malu sang atasan lagi.
"Tidak perlu, Pak Kenan. Saya tidak akan lama, hanya menyerahkan kepada Tania. Saya akan menyusul Anda nanti," ujar Willlona berusaha meyakinkan, dan pada akhirnya Kenan mengangguk sebelum melirik diam-diam ke arah Jerry.
"Baiklah, cepat kembali. Kita masih harus menemui beberapa klien penting," dalih Kenan dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana.
"Mengerti, Pak."
Willona akhirnya membalik tubuh, mengayun langkah ke arah panggung pernikahan Tania, dan di sana ia memang tak melihat Jerry. Hal itu membuat napas Willona lega. Ini tandanya Willona tak harus membuat matanya panas.
Namun, tiba-tiba tangan Willona ditarik seseorang dari arah krumunan para tamu yang sebentar lagi akan dilewati Willona.
"Willona, ikut aku!"
"Agh! Lepas, Jer! Kamu gila hah?!"