Alan melirik istrinya di samping, sadar akan ketidaknyamanan yang diciptakan, ia pun segera menyudahi pembicaraan.
"Ya udah, saya pamit dulu, ya, Lia. Soalnya masih ada keperluan." Alan semakin meremas tangan istrinya. Ia mengerti bahwa setiap kata dan kalimat yang tertuju pada Julia, sangat melukai hati Nada.
"Eh, Kak. Mengenai pemasangan komputer di butik, bisa disegerakan, ya." Julia menahan dengan gerakan tubuh. "Tadi aku nelpon mau bilang soal ini."
Alan mengangguk. "Ya, nanti akan saya sampaikan pada Rizki." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, pria itu menoleh pada istrinya yang sudah mengangkat wajah dan juga menatapnya.
"Ayo, Sayang, kita pulang."
Sebagai lelaki yang berperasaan, ia sangat paham dengan perubahan sikap Nada yang menjadi sangat pendiam.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者