Aku pernah jatuh cinta, pada rintik hujan di sore hari. Tetesnya menyentuh telapak tanganku yang menengadah menghadap langit. Bersisian dengannya tanpa kata, ah...apakah dia pernah mendengar suara detak jantungku? Mungkin kau tidak tahu, tapi aku telah menciptakan ilusi yang indah untuk kita. Aku hanya ingin duduk tenang bersamamu, meskipun itu terasa sulit. Rendra Haryakusuma, andai bisa kusebut namanya tanpa rasa sakit. Namun kenapa nama itu begitu akrab dengan luka. Dan kini, sepuluh tahun berlalu. Aku sudah tidak lagi menggebu-gebu dalam cinta, aku sudah tidak lagi memikirkannya. aku sudah tidak ingin lagi berhubungan dengannya...tapi... “heiii..!!!” “apa? Kamu benar-benar ingin memakan puding yang sudah jatuh?” tanyanya tanpa merasa bersalah. “aku sangat lapar. Sekarang aku harus keluar dalam keadaan hujan untuk mencari makan,” “Lupakan, lihat saja kamu akan mati kelaparan di jalan.”