webnovel

Secrets (Of Us)

Zhizi Quarlin, gadis yang dibesarkan disebuah kota kecil dengan segala kesederhanaannya, harus menghadapi pengadaptasian dengan lingkungan keras sejak kepindahannya. Lucas, laki-laki dingin yang memiliki sebuah rahasia yang tidak diketahui orang lain. Hidup dengan beberapa identitas yang disembunyikan, tiba-tiba harus menbagikan ceritanya pada sosok gaids yang baru saja ia temui. -semua orang punya rahasia, baik sendiri ataupun bersama- @secret

ghkamilah · 青春言情
分數不夠
148 Chs

7

"Jangan ge er itu tas gue" jawab zhizi

Dilain tempat aina dan ayi sudah kehilangan zhizi dan mencari-carinya disegala penjuru ruangan. Panyaji minuman itu berkata zhizi sudah membayar dan pergi sejak tadi.

"Zhizi udah pulang?" Tanya roy

"gak tahu tapi menurut gue udah deh" jwab ayi

Mereka bertiga juga memutuskan untuk pulang, waktu sudah sangat larut dibandingan dengan zhizi yang lebih dahulu pergi tadi. Ayi, aina, dan Roy pulang bersama dengan mobil yang roy bawa. Mereka diantar lebih dahulu ke asrama sebelum laki-laki itu pulang.

Dikarenakan malam minggu yang nerupakan waktu bebas bagi mereka beberapa siswa banyak yang pulang kerumahnya sehingga asrma lebih sepi. Ibu penjaga asrama juga pulang kerumahnyasehingga karena tidak ada jam batas asrama.

Ayi dan aina masuk ke kamar yang sama, ayi akan tidur dikamar aina karena hanya ayi sendiri yang tidak pulang kerumah di kamarnya. Dara dan dasha juga sedang tidak dikamar jadi hanya mereka bertiga yang berada disana.

"Zhizi... lo kenapa pulang diluan" tanya aina pada zhizi yang sudah  berbaring di tempat tidurnya sambil bermain ponsel

"Gue capek... lagian kalian masih asik jadi gue pulang diluan"

"Lo pulang naik apa?"

Zhizi ragu menjawwab pertanyaan mereka dengan jujur. Karena sangat ganjal rasanya untuk mengucapkan nama "Lucas" sebagai orang yang mengantarnya pulang

"Gue naik taksi"

"Ooo.... eh btw kami bawa pizza, kami mandi dulu habis itu kita makan bareng yah" sahut aina

Ayi merebahkan dirinya di tempat tidur aina sambil menunggu antrian mandi. Zhizi tersenyum membalas tatapan ayi dan segera turun dari tempat tidurnya

"Apa lo tau tempat yang lain selain yang tadi?" Tanya zhizi

"Banyak, gue tahu dua tempat lagi yang biasa kami kunjungi, yang satu lebih ramai karena dekat dengan arena balap liar dan yang satunya lagi lebih sepi dan terlalu banyak orang dewasa disana"

"Ooo...." zhizi menganggukkan kepalanya

"Eh lo tahu darimana tempat tadi"

Pertanyaan ayi membuat zhizi terdiam, dia tak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti ini. Zhizi sempat terdiam mencari alasan-alasan mendadak yang paling memungkinkan.

"Sebenarnya gue tadi pergi jalan-jalan sekaligus belanja, belum ada niatan ke tempat seperti itu. Tapi karena baju yang gue pilih seolah-olah ingin kesana dan gue beli baju ditoko sebelahnya pegawai tokonya nanyain 'mau ke pesta sebelah ya mbak?' "

"Ooo... berarti lo gak sengaja kesana?"

"Gak sama sekali, gue aja sebenarnya bawa tas loh tadi, tuh di atas meja. Baju awal gue ada ditas, hahhaha"

Ayi tertawa dengan keras mendengar penjelasan zhizi, tumben sekali zhizi malah berakhir disana saat belanja di toko baju sebelah yang mengapit gang kecil itu.

"Lain kali gue ajak lo ke tempat yang lain" sahut ayi

Zhizi hanya mengangguk sambil ikut tersenyum. Sebenarnya berteman dengan aina dan ayi sangat menyenangkan, mereka tidak memilih-milih teman atau memandingkan teman mereka. Hanya saja sepertinya mereka melakukan kejahatan yang lumayan serius.

Aina keluar dari kamar mandi dan segera digantikan oleh ayi. Mereka pun makan pizza bersama setelah ayi selesai mandi. Mereka makan pizza selama dua jam lamanya bukan dikarenakan pizzanya yang banyak melainkan percakapan mereka yang panjang.

-----------------------------------------------------

Hari minggu yang merupakan hari istirahat semua orang membuat zhizi ikut bermalas-malasan di tempat tidurnya. Tapi mengingat hanya hari ini dia bisa bersantai ria dan pergi kemanamun dengan bebas ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan segera mandi. Ia ingat akan datang kerumah lagi minggu ini.

"Lo dah bangun?" Sapa ayi dari atas tempat tidur dan melihat zhizi yang sudah berdiri di lantai.

"Iya, lo gak mau beranjak dari situ?"

"Ini kan minggu, lo mau kemana sampe mandi pagi segala?"

"Biasa.... mau kerumah bentar"

Dengan malas ayi kembali berbaring ketika zhizi melanjutkan aktifitasnya untuk mandi dan bersiap untuk pergi keluar.

Zhizi memakai celana jeans abu-abu dan kaos lengan panjang berwarna ice blue. Rambutnya dikucir kuda dengan liptint untuk mencerahkan wajahnya.

"Lo balik besok pagi?" Tanya aina yang sudah terjaga dari tidurnya saat zhizi berkemas tadi

"Gue bakalan balik nanti malam, kalian disinikan? Gue gak mau dong tidur dikamar sendiri"

Aina hanya menganggukkan tangannya dan memberikan jempolnya.

Setelah memakai sepatu putihnya zhizi keluar dari asrama dan menuju halte sekolah. Menunggu bus pertama  untuk menuju rumahnya. Setelah bebera saat bus yang di tunggu datang dan zhizi segera masuk, ia memang tidak membawa tas sama sekali, hanya HP, kartu bus dan beberapa lembar uang.

Di halte selanjutnya zhizi turun untuk menaiki bus dengan arah yang berbeda, saat ia menunggu disana ia melihat toko bunga yang pernah dikunjungi lucas saat ia mengutitnya.

"Oh iya, anak itu pasti sedang di RS" gumam zhizi

Saat lucas mengantarnya semalam dia tidak membelikan apapun. Hanya dengan modal terimakasih zhizi berhasil sampai di asrama dengan selamat. Jaket lucas yang ia pakai saja belum dikembalikannya karena ia merasa tidak enak hati jika belum mencucinya. Walapun hanya dipakai sebentar jaket itu sudah menempel ke badannya.

"Apa aku sekaligus jenguk mamanya aja?" Pikir zhizi

Bus yang ia tunggu sudah terlihat dari kejauhan, zhizi memutuskan menjenguk ibu lidya mama lucas sebelum kerumah. Ia menuju toko bunga untuk memesan bucket bunga. Selama menunggu bunga itu dirangkai ia mencari toko roti disekitar sana dan segera kembali ketoko bunga lagi.

"Untuk siapa?" Tanya pemilik toko bunga itu

"Orang tua teman yang sedang sakit"

"Oo... semoga cepat sembuh"

Sebuah bucket bunga yang tidak terlalu besar  sudah berada ditangan Zhizi. Ia keluar dari toko dan kembali ke halte untuk menuggu bis, syukur saja tidak perlu menunggu lama bus dengan tujuan yang sama sudah datang.

Zhizi mendapatkan kursi kosong sehingga ia tidak terlalu ribet megangi bunga dan sebuah bucket roti itu.

Dirumah sakit tempat ibunya dirawat Lucas sedang tidur diranjang tambahan, ia berada disana setelah mengantar Zhizi semalam. Bajunya bahkan belum berganti sama sekali.

"Lucas" panggil mamanya

Lucas tetap tidak bergeming dari tempatnya karena masih tertidur. Ibu Lidya sudah duduk di tempat tidurnya dan mengotak atik remote TV yang sedang ia tonton.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar dan mengalihkan perhatian ibu lidya

"Masuk"

Pintu perlahan terbuka dan disana Zhizi sudah menyunggingkan senyumnya pada ibu Lidya.

"Oh... teman lucas yang kemarin datang kan?"

"Hehehe iya tante"

"Aduh...tante lupa nama kamu"

"Zhizi tan" jawab zhizi sambil memberikan bunga pada ibu Lidya. Bucket roti ia letakkan diatas meja

"Makasih yah udah datang, tuh Lucas masih tidur"

Pandangan Zhizi teralih pada lucas yang terlelap di tempat tidur tambahan.

"Dia tidur disini sejak tadi malam tante?"

"Iya"

Zhizi sadar semalam Lucas mengantarnya keasrama dulu, padahal lucas bilang dia juga mau keasrama.

"Tante udah bangunin tadi, gak bergeming sama sekali"

"Kecapean mungkin tan"

Ibu Lidya mengangguk setuju dengan zhizi, mengingat putranya yang datang hampir larut malam semalam.

Suara pintu yang dibuka mengalihkan tatapan ibu Lidya dan Zhizi, disama sudah masuk seorang perempuan dewasa dengah wajah yang fresh.

"Hai ma"

"Kenapa kau lama sekali? Sudah jam berapa ini?" Omel ibu lidya

"Lagian kan ada Lucas ma, eh ini siapa ma?"

"Ini teman Lucas yang datang kemaren"

"Hai nama gue Silva, kakak lucas"

Zhizi menerima jabatan Silva dan segera memperkenalkan dirinya kembali.

"Oh iya tante, Zhizi boleh pamit diluan kan? Soalnya zhizi belum kerumah sejak kemaren"

"Oh gak papa kok, sering-sering datang yah"

"Eh bentar-bentar" potong Silva

Dengan cepat Silva segera menuju tempat Lucas berbaring dan menggoyangkan tubuh Lucas dengan keras.

"Apaan sih" geram Lucas yang terganggu tidurnya

"Sana antar teman lo... dia udah capek-capek datang kesini"

"Aduh kak gak usah... rumah Zhizi dekat kok dari sini"

Karena mendengar suara Zhizi Lucas akhirnya menoleh untuk memastikan. Ia melihat zhizi yang sedang duduk di kursi samping mamanya. Ia langsung duduk dan mengusap wajanya.

"Ngapain dia disini?"

"Yah jenguk mama lah o'on"

Dengan langkah malas lucas menuju kamar mandi untuk membasuh muka. Zhizi ditahan silva agar tidak keluar sendirian dari sana.

"Kamu pulang aja dulu, mandi dan lakukuin kegiatan lain" sahut ibu lidya

"Iya ma, ini mau pergi lagian bocah ini udah nyampe" tunjuk lucas pada Silva

"Eh, gue kakak lo tahu! sopan dong"

"Bawa teman mu sekalian"

Zhizi dan lucas pun pamit pada mama lucas dan segera keluar dari ruangan itu. Mereka saling diam, apalagi lucas yang masih mengumpulkan kesadarannya.

"Kenapa lo mau nganter gue semalam? RS sama sekolah kan arahnya beda dan jauh"

"Gue gak niat ke RS semalam, pas di jalan gue yang yang mutar balik"

"Jadi rumah lo arah sekolah?"

"Rahasia"

Mereka sampai di parkiran rumah sakit, dan lagi-lagi mereka berdebat tentang siapa yang akan memakai helm.

"Lo aja, rumah gue dekat"

Alhasil lucas lah yang memakai helm, ia mengantar zhizi sesuai jalan yang ia ingat. Lucas memberhentikan zhizi ditempat Indomaret kemarin, seperti permintaan zhizi.

"Emang rumah lo dimana sih berhentinya disini terus" tanya lucas

"Masuk gang ini aja dikit, gak jauh kok lagian gue mau beli sesuatu dulu"

"Yaudah gue cabut"

Lucas pergi dari sana dan zhizi segera masuk kedalam toko.

"Hai bang"

"Lo pulang lagi?" Tanya Yudi

"Astaga bang, gak ada senangnya lo lihat gue" omel zhizi sambil memilih makanannya

Seperti biasa dia membeli banyak jajanan untuk dibawa kerumah. Entah itu akan dihabiskan sendiri atau bersama adik laki-lakinya itu.

"Nih belanjaan lo"

Setelah selesai membayar belanjaannya zhizi keluar dari toko dan segera menuju rumah

"Zhizi pulang!" Ucap zhizi setelah berada di rumahnya.

Tidak ada yang menyahutnya kedatangannya, tapi anehnya pintu depan sama sekali tidak dikunci.

"Mah ! Papa?!"  Panggil zhizi lagi

Adiknya wari segera keluar dari kamar saat mendengar orang memanggil. Ia melihat zhizi yang susah berada di ruang TV mencari-cari keberadaan orang dirumah.

"Kak zhizi?" Panggil wari sambil menuruni tangga

"War, yang lain mana?"

"Ooh... kak ega pulang hari ini, mama sama papa lagi jemput"

"Terus pintu gak lo kunci?"

Wari hanya menggelengkan kepala santai tanpa merasa bersalah

"Makanannya mana?"

"Dek! Kalo misalnya orang jahat masuk gimana?"

"Kan gak masuk"

Melihat tanggapan adiknya zhizi hanya menghela nafas, ia sama sekali tidak ingin berdebat sekarang. Mereka duapun duduk disofa sambil menikmati snack yang zhizi bawa,  menontonton siaran TV menunggu mama-papa pulang.

Setelah satu jam suara mobil memasuki garasi terdengar, mereka langsung keluar untuk menyambut kedatangan kakak tertua mereka.

"Kak ega!" Ucap wari sambil memeluk kakaknya itu. Mereka memang sangat akrab

"Kak" panggil zhizi sambil tersenyum memeluk kakaknya

"Gimana kabar kalian?" Tanya Ega

"Baik, kak zhizi masuk asrama" ucap wari sambil membawakan koper kakaknya

"Ayo kita masuk dan dengarin cerita Kakak kalian, papa yakin banyak hal luar biasa yang ia lalui" ucap sang papa sambil menggiring mereka semua masuk

Sebuah koper dibawa zhizi masuk kedalam rumah. Kakaknya memang akan menetap di indonesia lagi sambil bekerja.

Mereka semua kumpul diruang tengah, makanan oleh-oleh sang kakak langsung disajikan diatas meja dan mengingkirkan snack kesukaan zhizi yang di anggap tak sehat.

"Gimana? Kasih tahu mama perkembanganmu?"

"Biasa aja kok ma, syukurnya aku dapat IPK tertinggi dan ditawarin lanjut ke korea. Tapi Ega rasa lebih baik ambil waktu untuk kerja di Indo dulu sebelum lanjut pendidikan lagi"

Mama dan papa mereka sedang terkagum-kagum dengan anak pertama mereka, zhizi dan wari hanya mendengarkan kakak dan orang tua mereka yang asik bercerita

"Kalian dengar kan? Kakak kalian pintar kayak papa, kalian harus tiru jejak kakak kalian. Terutama kamu Zhizi" ucap sang papa tiba-tiba pada zhizi

Dibanding kedua saudaranya zhizi memang anak yang kehidupannya terlihat sangat datar. Hanya beberapa kali ikut lomba dan tidak selalu menjadi nomor satu disekolah, prestasinya hanya menjadi juara dua umum di sekolah saat ujian nasional ketika SMP, juara dua debat english dan satu berpuisi.

Adik laki-lakinya Wari pintar matematika seperti Ega, ia juga pandai komputer dan sudah bekerja kecil-kecilan sebagai editor vidio musik.

"Iya pa" datar zhizi

Jika sudah membahas kelebihan kakaknya zhizi akan lebih memilih diam. Dia merasa bersalah pada orang tuanya yang sudah menunjang semua pendidikannya dengan les privat tapi ia tak pernah menjadi seperti kakaknya.

Karena merasa tidak digubris zhizi pergi kekamarnya dan membawa sisa snack yang ia punya. Badannya dihempaskannya ke atas kasur empuk yang ia tinggalkan semenjak asrama.

"Nilai ulanganku kemarin buruk" gumam zhizi sambil melihat kertas ulangan yang ia keluarkan dari tas.

Kemarin lusa kelas Zhizi mengadakan ulangan kimia dadakan, dan nilai zhizi bahkan tidak sampai KKM, soal-soal disekolah mereka jauh lebih sulit dengan sekolah lamanya.

"Apa aku tanda tanga sendiri aja?" Batinnya

Tanda tangan ayahnya sangat sulit ditiru begitu juga ibunya. Pernah ia mencoba meniru tanda tangan orang tuanya dan itu ketahuan oleh guru. Dirinya langsung dimarahi habis-habisan oleh sang Ayah.

Jika ia memberikan nilai ulangannya sekarang kebahagiaan ayahnya atas kepulangan kak Ega akan luntur. Jadi zhizi memutuskan untuk mandi dan menunggu waktu makan malam.

Waktu yang ditunggu datang, sebuah quality time keluarganya yaitu saat makan malam.

"Kamu tidur disini?" Tanya sang mama

"Zhizi harus balik ke asrama, setelah makan malam ini" ucap zhizi

Sesekali ia melirik ayahnya yang asik bicara dengan kak Ega, mungkin meminta tanda tangan ibunya ide yang bagus.

"Ma"

"Hm?"

"Nilai ulangan zhizi harus ditanda tangani"

"Oh ya? Mana? Berapa nilai mu?"

Dengan berat hati zhizi menyodorkan nilai ulangannya

"45?!" Ucap sang mama dengan keras

"Kenapa nilai mu rendah zhizi? Apa kau gak pernah belajar? Papa...."

Mamanya berjalan membawa kertas ulangannya pada sang papa.

"Zhizi! Kenapa nilai mu hancur seperti ini?"

"Soalnya sulit pa, sekolah zhizi sekarang berbeda dengan sekolah yang lama"

"Itu bukan alasan, yang namanya SMA semua pelajarannya sama gak ada yang beda"

"Soalnya lebih su.."

"Jangan banyak alasan" potong sang ayah sebelum zhizi menyelesaikan kalimatnya

"Ini semua karna kamu kebanyakan main dan asik baca novel khayalan mu itu. Kau cuman tahu senang aja. Seharusnya kau mencontoh kakakmu... bahkan adekmu lebih berguna daripada mu. Di umurnya yang lebih muda saja dia bisa memenuhi kebutuhanya sendiri bukannya mengandalkan papa dan mama. Kau harusnya bercermin dari mereka"

Zhizi terdiam seketika dan matanya mulai berair. Hal ini bukan pertama kalinya bagi zhizi untuk dibanding-bandingkan dengan sang kakak tapi baru kali ini wari dibandingkan dengan dirinya. Bahkan ia seolah dianggap tak berguna.

"Pa, setiap orang punya waktunya masing-masing untuk sukses, begitu juga dengan aku pah.... Wari dan kak Ega memang sudah waktunya untuk berhasil, kalau mereka saja dibandingkan Wari juga lebih menang dibandingkan kak Ega. Wari lebih cepat berkembang dibanding kak Ega. Dan Zhizi lebih lama dibandingkan mereka. Zhizi juga lagu berjuang" bela Zhizi yang tidak mau kalah berdebat

"apa yang kau perjuangkan? nilai ini? kau pikir kau akan suskes dengan nilai seperti ini? untuk menjadi guru les saja kau gak akan bisa!"

"Jalan gak cuman ada satu pa"

"Zhizi! jangan menjawab lagi! Sejak SD kau gak pernah membanggakan papa. Kau bukan apa-apa dibandingkan kakak dan adikmu"

Sang mama menyadari perkataan suaminya yang terlalu berlebihan dan membuat Zhizi berhenti melawan, ia mengambilnya kertas ulangan zhizi dan berjalan mendekati zhizi dan meminta pena untuk menanda tanganinya.

"Gak usah ma, tanda tangan mama dan papa terlalu istimewa untuk nilai yang rendah ini" ucap Zhizi sambil menahan tangisnya yang hampir meledak

"Oh iya, Zhizi harus ke asrama sekarang. Zhizi pergi dulu yah mah, pah"

Kertas ujiannya ia ambil dari tangan sang mama dan segera mengambil tasnya dari kamar. Keluarganya tidak ada yang bergeming dan perlahan melanjutkan makan malamnya.

"Zhizi ke asrama mah" ucap zhizi sambil menyalami sang mama.

Sang papa terlihat mengacuhkan dirinya, sehingga nyali Zhizi tidak ada untuk menyalam ayahnya.

"kau tidak pamit pada ayah mu?" ucap sang ayah ketika Zhizi hendak berlalu

"Zhizi pergi pa" ucapnya berlalu

Akhirnya Zhizi keluar dari rumah yang sedang berbahagia itu. Rumah yang ia rahasiakan dari teman-temannya. Ia tidak ingin teman-temannya melihat bagaimana hebatnya saudara saudaranya itu kemudian membandingkan mereka dengan dirinya. Cukup keluarga dan tetangga mereka yang melakukan itu.

.

.

.

.

.

.

beri power stone dan komentar yah ❤️