Tik...tik...tik..
Ceklek....
"Haloo...haloo...ada orang disini?? sssii...sssii apa di sana??" jantungku berdebar semakin cepat...
Perlahan langkah kaki semakin berat, seakan ingin segera beranjak meninggalkan ruangan yang lembab ini. Namun langkahku terhenti sejenak...nampak sekelebat bayangan dari sudut ruangan itu. Aku mencoba memberanikan diri untuk mendekat...dan...
'Brasss...brasss...'
Ya Tuhan...jantungku rasanya mau copot...kupikir sesuatu sedang melayang tepat didepanku, ternyata... Tunggu dulu...a...aa...apa itu?? Seperti bayangan seseorang, apa dia sedang menatapku??
Perlahan dan pasti sosok bayangan itu mulai mendekatiku...sedikit demi sedikit... tercengang kakiku mulai bergerak untuk menjauhi sosok yang mendekat itu, aku merasakan darahku mengalir cepat dengan jantung yang berdegup kencang karena takut.
Perlahan-lahan mundur dengan tangan yang dingin, aku berlari dari ruangan lembab dan sempit itu. Nafasku tersengal dan serasa keringat dingin mengucur melalui tubuhku sore itu. Aku tidak tahu apa gerangan itu.
"Aaaa..." deg...deg...seperti nyata.
Ternyata hanya mimpi...sungguh mimpi mencekam dan menakutkan. Ahh...syukurlah aku masih di alam nyata.
Dert...dert...
'Tagihan kartu kredit anda telah melewati batas , silahkan anda melunasi tagihan kartu kredit anda sebelum diblokir.'
Ternyata isi pesan yang sama...
"Iya...tentu saja aku akan bayar."mengoceh sendiri.
"Hei...matikan hp mu itu.Dari tadi malam berbunyi terus...berisik." sahut Ji Hee.
"Cerewet sekali sih...aku juga baru tahu kalau alarm bunyi sampai semalaman." sahutku.
"Memangnya kamu tidak mematikannya??"
"Sudahlah...jangan membuat keributan pagi-pagi. Aku sedang tidak enak badan pagi ini."
"Kamu sakit ya?? Kenapa kamu berkeringat begini??" sambil memegang dahiku dan menyentuh miliknya sendiri.
Aku menepis tangan Ji Hee...
"Ahh...apa sih. Aku semalam mimpi buruk, sampai berkeringat dingin. Jauhkan tanganmu itu, bau..."
"Lalu...apakah mimpinya seram?? Coba ceritakan padaku." Ji Hee menggodaku.
"Tidak...aku tidak ingat lagi, aku mau mandi..."
"Heii...Soodam, ingat untuk menghemat air. Bulan ini kita belum membayar tagihan air dan listrik.." teriak Ji Hee sembari membenamkan dirinya kembali di ranjang.
"Hei...Ji Hee...apa aku bisa pinjam bajumu yang itu?? sembari menunjuk ke salah satu kemeja yang tergantung.
"Apa lagi sih?? Ehhh...iya pakai saja, tapi ingat jangan sampai kamu kotori seperti kemarin lusa ya." masih menguap.
"Hehehe...iya, kali ini aku jamin. Sekalian tas yang warna dusty itu ya?? sahutku lagi.
"Biaya sewanya 10.000 won satu minggu..."goda Ji Hee padaku.
"Hei...yaa...apaan sih??!! Pelit amat...aku berangkat ya..."
***
"Pak...tolong pergi ke alamat ini ya pak." sambil memberikan secarik kertas berisi alamat.
Akhirnya...aku kembali lagi ke sini. Rasanya seperti baru beberapa waktu yang lalu aku meninggalkan tempat ini. Namun...rumah ini masih tetap sama, tidak ada yang berubah sama sekali. Bangunan dan model yang sama, juga sudut-sudut yang tak beraturan. Aroma cat tembok yang sudah lama... membangkitkan memory lamaku.
"Hei...nona muda, bukankah kamu ini Nona muda Huang?? Huang Soodam bukan?? tanya salah seorang nenek.
"Ahh...iya...benar saya Soodam...Huang Soodam. Apa nenek mengenaliku??"
"Ohh...tentu saja, aku mengenalmu dengan baik. Aku ini adalah bibi Chen yang dulu berjualan kue beras di pasar." sahutnya.
"Ohh...benarkah...ahh saya tidak ingat. Maafkan saya nek...bolehkah aku memanggil anda nenek. Maaf karena anda terlihat sedikit lebih tua, jadi..."
"Hhhh....tentu saja tidak masalah. Kamu boleh memanggilku dengan sebutan nenek Chen...seperti cucuku."
"Tapi...maafkan saya sebelumnya. Apa nenek tahu siapa sekarang yang menempati rumah ini??" tanyaku.
"Ohh...bukankah sepertinya keluarga Han yang membeli rumah keluargamu ini. Tapi...nenek tidak tahu lebih jauh lagi, karena nenek tidak pernah menjumpai mereka."
"Ohhh...baiklah jika nenek tidak tahu, saya pamit nek. Mungkin lain kali saya akan berkunjung lagi."
"Tidak mau mampir ke tempat nenek?? Nenek membuat kue beras yang enak hari ini."sambil memegang lenganku.
"Ahh... mungkin lain kali nek...."sambil mencoba melepaskan tangan nenek Chen.
"Ayolah...jangan menolak, aku akan membuatkan teh hangat juga..Apalagi sekarang cuaca sedang dingin..."nenek Chen kembali menarik lenganku.
"Ta...tapi...nek..."
Akupun tak kuasa menolak ajakan nenek Chen siang itu. Kami menyusuri jalanan yang sempit dan terkesan jauh dari pemukiman warga yang lain. Hanya ada beberapa rumah kecil dan bangunan tua yang mengelilingi kawasan itu.
Aku hanya melihat sebagian orang berjalan menyusuri kawasan itu, jauh dari kesan pemukiman yang padat akan penduduk.
Sungguh bangunan rumah yang unik, terlihat di sepanjang dindingnya ukiran-ukiran khas seperti jaman Korea Kuno. Dan juga...pahatan-pahatan di dinding yang terpampang menghiasinya. Sungguh diluar dugaan...di jaman modern. Masih ada yang mempertahankan tradisi dan interior kuno seperti ini.
"Silahkan masuk...nenek akan menyiapkan teh hangat dan kue beras nya."
Aku hanya menatap dan mengangguk pelan, mengamati seluruh ruangan. Aku hanya memperhatikan detail yang sangat unik dari setiap sudut. Sungguh indah...membangkitkan suasana yang nyaman.
"Silahkan nona...diminum dan ini cicipi kue beras nenek. Pasti nona akan menyukainya..."sambil meletakkan secangkir teh dan sepiring kue beras.
"Ahh...iya, terimakasih nek. Saya akan mencicipinya..."
"Tapi nek...kenapa aku tidak melihat ada orang disini?? Bukankah tadi nenek mengatakan bahwa nenek mempunyai cucu??" sahutku lagi.
"Ohh...Jinyoung ?? Mungkin dia sekarang sedang ada di kamarnya...saat jam seperti ini dia selalu di sana. Dia tidak terbiasa dengan orang asing...jadi dia lebih suka untuk tidak bertemu dengan orang-orang."
"Ohhh..." aku hanya mengiyakan.
"Nenek...sepertinya saya sudah terlalu lama di sini, saya permisi pamit pulang nek. Lain kali jika saya berkunjung kemari saya akan mampir ke rumah nenek. Maaf telah merepotkan..."sambil membungkuk memohon pamit.
"Ahh...bukan apa-apa, nenek akan senang sekali jika lain kali nona mengunjungi nenek lagi. Nenek sudah lama tidak menerima tamu di rumah. Jadi sering-seringlah mampir ke rumah nenek."
"Ohh...iya...tentu saja. Terima kasih banyak untuk kue dan teh hangatnya nek...sampai jumpa lagi."
"Nenek...tidak perlu mengantarku...aku bisa menemukan jalan sendiri...tidak perlu repot nek..."
"Baiklah...sampai jumpa lagi...hati-hati di jalan."
Sore itu aku menemukan hal baru, sebuah tempat yang hangat. Tempat yang sudah lama tidak aku rasakan sampai beberapa tahun ini. Mungkin lebih dari 15 tahun lamanya...dan yang aku ingat hanyalah kenangan yang membekas dan sulit aku lupakan. Aku merasa seperti ada seseorang tengah memperhatikanku dari loteng rumah nenek Chen...
Namun...aku tidak yakin itu benar...karena aku hanya melihat bangunan yang tertutup rapat dengan jendela yang begitu suram.
Ahhh...mungkin hanya perasaanku saja... kulangkahkan kaki meninggalkan pemukiman itu karena hari sudah semakin petang.
Continue
Thank's for reading
*****