webnovel

Aku harus bagaimana

Rembulan melihat Sarah datang dengan napas tersengal, seperti habis lari maraton saja. Dibelakangnya ada David yang mengekor tapi dengan gaya yang lebih kalem, berjalan dengan langkah biasa dengan satu tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana persis bak model yang sedang berjalan di atas cat walk. Gayanya sangat memikat. Mungkin kalau Rembulan tidak mengenal dekat seorang David, bisa saja matanya tak akan lepas memandang laki-laki itu. Belum lagi saat dia tersenyum ramah pada Rembulan dan Adrian.

Sedangkan Sarah lagaknya sudah mirip tukang kredit yang mau nagih kreditan dan khawatir nggak dibayar.  Sarah menatap Rembulan tajam, matanya juga melirik Adrian.

Adrian tak jadi beranjak dan memilih duduk kembali, dia melihat bingung ke arah Sarah dan David yang berdiri di dekatnya.

"Kenalkan, nama saya Sarah dan yang disebelah saya..."

"Nama saya David," Laki-laki itu tersenyum pada Adrian.

Tanpa sadar Rembulan berkata spontan, "Kalian berdua kayak ikut cerdas cermat SD di TVRI !"

Adrian langsung menundukkan wajahnya sambil menahan senyum. David dan Sarah saling berpandangan lalu tersenyum lebar.

"David, Sarah...kenalkan ini Adrian temanku." Rembulan menggerakkan tangannya mengenalkan Adrian pada David dan Sarah. Mereka saling berjabat tangan lalu saling berbasa-basi, Rembulan hanya menonton mereka bertiga bicara.

***

Sarah sedikit berhati-hati dalam bicara. Dia tidak ingin menyakiti atau mempermalukan Rembulan. Ada saatnya dia akan bertanya pada Rembulan. Walaupun dia didera rasa penasaran yang luar biasa melihat Adrian.

Laki-laki ini sangat menarik, terlihat tenang dan kalem. Sejak kapan Rembulan punya teman yang model begini? Sarah hampir mengenal semua teman Rembulan bahkan teman-teman sekolahnya yang sering datang ke rumah Rembulan. Tidak ada satupun teman Rembulan yang kalem. Sampai dulu Sarah menganggap Rembulan salah pergaulan karena Rembulan tidak terpengaruh sedikitpun.

"Serius mereka teman-temanmu?" Sarah bertanya setelah dia berjam-jam nongkrong bersama Rembulan dan teman-temannya. Sedari tadi Sarah tak bisa menahan tawanya mendengar mereka bicara dan mengeluarkan segala lelucon.

"Memangnya kenapa?" Rembulan mengerutkan kedua alisnya, dia tidak paham dengan maksud dibalik pertanyaan Sarah.

"Dari SMA berteman sama mereka kok kamu bisa seperti ini?Nggak berubah jadi lucu kayak mereka atau paling nggak suka ngobrol."

"Maksudmu kalau aku berada di tengah-tengah kambing, aku juga jadi bisa mengembik?"

"Ya iyalah, paling nggak sedikit ketularan berisiknya."

"Aku ya aku....biar saja mereka yang melucu, aku yang bagian tertawa."

"Nggak nyambung banget sih Lo! Maksud gue apa Lo jawabnya apa!" Sarah menjadi sewot.

Rembulan hanya melambaikan tangannya dan tidak mau membahas ini.

Jadi kalau ada yang seperti Adrian jelas membuat Sarah bingung.

***

Rembulan tahu dari tadi Sarah memperhatikan Adrian dengan teliti, persis seperti seorang ibu yang sedang menilai calon menantu. Rembulan juga tahu kalau Adrian sadar diperhatikan seperti itu oleh Sarah. Terkadang dia memandang kikuk, berusaha terlihat tenang dan fokus diajak bicara.

Sarah sungguh keterlaluan ! Rembulan mengumpat di dalam hati. Kalau bukan karena Rembulan sudah tahu kalau Sarah naksir David pasti saat ini Rembulan mengira Sarah sedang tertarik dengan Adrian.

"Oh, jadi kamu teman sekolahnya Bulan dan baru datang dari luar negeri." Sarah manggut-manggut, matanya tak lepas melihat Adrian.

"Pantas saja aku tidak pernah melihat kamu. Aku hampir mengenal semua teman Rembulan termasuk yang pernah naksir dia dan jadi pacarnya."

Rembulan nyaris menyemburkan minuman yang hampir ditelannya. Dia tidak menyangka Sarah berkata begitu. Memangnya aku secantik Dewi?

Dari perkataan Sarah seolah-olah banyak yang suka pada Rembulan dan banyak yang sudah jadi korbannya. Rembulan menendang pelan kaki Sarah dibawah meja, dia memberi tanda pada Sarah agar menutup mulut daripada semakin kacau. Sarah hanya meliriknya tajam, tersenyum sekedarnya, dia tidak perduli dengan protes yang dilancarkan Rembulan.

***

David ikut bicara, hanya seperlunya dan berusaha ramah pada Adrian. Diam-diam dia memperhatikan tingkah Sarah dan Rembulan. Dia menahan senyumnya kalau Sarah mulai bicara ceplas-ceplos dan Rembulan melirik dengan sudut matanya.

Bagi David kedua sahabat ini saling melengkapi, yang satu bagaikan air yang bergelombang dan yang satu lagi bagaikan air yang tenang.

Akhirnya Adrian berpamitan, memandang Rembulan sekilas lalu menepuk pelan tangan Rembulan yang terletak di atas meja.

***

Begitu Adrian hilang dari pandangan matanya, Rembulan merasa kehilangan. Hatinya sedih, dia kehilangan seorang teman yang tidak mau menemuinya lagi karena cinta.

Terkadang cinta sungguh membingungkan, kehadirannya bisa mempersatukan namun juga terkadang kehadirannya bisa memisahkan seperti kisahnya dan Adrian.

Rembulan menahan kesedihannya. Ada David dan Sarah yang duduk didekatnya dan diam-diam memperhatikan semua gerak-geriknya. Dia ingin merasakan kesedihan ini sendiri. Baru saja dia melihat Adrian namun sudah harus kehilangan.

***

Sarah mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya diatas meja, "Jadi...siapa dia sesungguhnya?"

"Bukannya tadi kamu sudah tahu ceritanya, dia teman sekolahku." Rembulan mendadak jengkel dengan pertanyaan Sarah yang menginterogasinya ibarat dia seorang pesakitan yang berbuat kesalahan sangat vatal.

"Hei, sikap kalian berbeda ! Memangnya aku tidak bisa membaca bahasa tubuh kalian berdua !"Duh, Sarah mulai menjengkelkan kalau sikap ingin tahunya muncul.

"Sar..." David memanggil Sarah dengan suara pelan, "Mungkin Rembulan sedang tidak ingin membicarakannya."

Rembulan melihat David dengan pandangan terima kasih karena sangat mengerti dirinya.

"Pasti ada sesuatu yang spesial diantara kalian berdua, nggak cuma sekedar teman jaman sekolah. Ngapain sampai pegang-pegang tangan segala!" Sarah tidak perduli dengan kata-kata David, dia tetap melancarkan serangan pada Rembulan.

"Kalian melihat?" Rembulan bertanya dengan nada tak percaya.

"Nggak cuma kami, Raditya juga!"

"Hah! Raditya?Dimana dia sekarang?"

"Tadi dia bareng aku kesini, sekarang sudah pulang Lan." David menjawab dengan suaranya yang tenang.

"Oh Tuhan, gimana ceritanya sih?" Rembulan terlihat bingung dan nyaris menangis. Dia sudah menyakiti Raditya.

David menceritakan semuanya, keseluruhan cerita tanpa ada yang tertinggal. Dari mulai permintaan Raditya untuk ke kafe ini sampai Raditya akhirnya memilih pulang dan tidak ingin menemui Rembulan. David tidak ingin ada yang dirahasiakan, biar Rembulan bisa berpikir untuk mencari jalan keluar.

Di satu sisi David merasa kasihan pada Rembulan, dia tahu Rembulan tidak punya maksud untuk menyakiti Raditya. David melihat Rembulan yang terlihat bingung.

"Adrian memang menyukaiku bahkan hingga saat ini. Tapi aku tidak pernah ingin membalas perasaan cintanya. Tadi waktu kalian melihat tanganku yang berada dalam genggaman Adrian karena dia ingin mengucapkan kata-kata perpisahan, dia tidak ingin menemuiku lagi dan mengganggu hidupku. Tidak ada maksud lain." Rembulan berusaha menjelaskan pada David dan Sarah, biar bagaimanapun mereka berdua adalah temannya apalagi David juga teman Raditya. Dia berharap David bisa memberi jalan keluar untuk masalahnya.

"Vid, aku harus bagaimana?" Rembulan bertanya pasrah.